. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 09 Juni 2010

Aksi Penari Uzur di 42 Tahun LKB Saraswati



Ada yang berbeda dalam Pagela-ran Lintas Generasi Lembaga Kesenian Bali (LKB) Saraswati ke 42 tahun di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), (5/6). Selain menghadirkan sejumlah penari tua yang ‘beraksi’ menari klasik Bali, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik dan juga Guruh Soekarno Putra turut unjuk gigi.

Tari Puspanjali yang berati menghormati bunga, puspa (bunga), anjali (menghormati) mengawali pagelaran ini. Tarian yang diciptakan N.L.N Swasti Wijaya sebagai penata tari dan I Nyoman Winda selaku penata tabuh pengiring pada 1989 ini merupakan tarian penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri. Gerakannya lembut dan lemah gemulai berpadu dengan gerakan ritmis nan dinamis.

Yang unik, dalam pagelaran kali ini, tarian tersebut ditarikan 10 penari Bali berusia lanjut dari Jakarta, anggotan LKB Saraswati era 60 dan 70-an. Kendati sudah nenek-nenek, gerakan mereka masih energik. Kendati sudah tak selentur penari muda, gerakan mereka masih kompak. Alhasil jerih payah mereka pun mendapat ganjaran tepukan hangat para penonton antara lain Direktur jendral Nilai Budaya, Seni dan Film (Dirjen NBSF) Tjetjep Suparman, para alumni LKB Saraswati Jakarta, dan undangan lainnya, sejak awal mereka muncul hingga akhir tarian.

“Benar-benar tidak ada jongkoknya,” kata I Gusti Kompiang Raka, pimpinan LKB Saraswati yang mengomentari penampilan tarian pertama pagelaran ini. Komentar itupun tak ayal mendapat sambutan tawa penonton. Menurut Kompiang Raka, tarian yang disuguhkan tadi memang disesuaikan dengan usia para penarinya yang sudah uzur. “Mereka minta tariannya nggak pake jongkok,” terangnya.

Tari Trunajaya dari Buleleng, Bali Utara yang semula diciptakan Pan Wandres dalam bentuk Gebyar Legong lalu disempurnakan I Gde Manik menjadi tarian berikutnya. Tarian yana menggambarkan gerak-gerik seorang remaja muda yang beranjak dewasa, emosional, dan kerap bertingkah menarik hati wanita.

Yang menarik meskipun tarian ini termasuk tarian putra namun ditarikan oleh 4 penari putri anggota LKB Saraswati yang juga tak lagi muda lagi, angkatan 80 dan 90-an. Dan yang lebih menarik lagi, Menbudpar Jero Wacik tampil sebagai salah satu penabuh setelah diminta oleh Kompiang Raka.

Jero Wacik yang sewaktu mudanya mengaku kerap berlatih di LKB Saraswati terlihat masih memiliki kebolehannya dalam menabuh. Dia mampu mengikuti cara menabuh penabuh di sampingnya, mengiringi 4 penari yang gerakannya begitu dinamis.

Tari Rebong Puspa Mekar menjadi suguhan penutup sesi pertama pagelaran ini. Tarian yang terinspirasi dari adegan rebong pada wayang kulit Bali dan Tari Kakan-Kakan pada Parwa, melukiskan putri-putri nan elok dan manis laku bak bunga yang mekar mewangi. Kali ini ini tarian tersebut dibawakan 7 penari anggota LKB Saraswati era 80 dan 90-an.

Dalam tarian tersebut, setiap penari membawa wadah berisi dupa dan aneka bunga yang beberapa kali ditaburkan hingga lantai pementasan penuh dengan bunga beraneka warna. Aroma asap dupa tercium oleh penonton di bagian atas. Namun ada yang lebih menarik lagi, pencipta tarian ini Guruh Soekarno Putra ikut mengiringi para penari dengan menabuh gendang Bali.

Sewaktu Kompiang Raka meminta Guruh naik ke pentas untuk turut menampilkan kebolehannya, para penonton meminta Guruh untuk menari. Namun anak presiden pertama RI ini memilih menabuh dengan alasan pakaian yang dikenakannya sudah seperti penabuh. Gaya menabuh Guruh masih terlihat lihai. Tangannya mudah mengikuti tepukan penabuh di sampingnya yang tak lain Kompiang Raka.

Alhasil sesi pertama Pagelaran Pentas Generasi 42 Tahun LKB Saraswati menghadirkan suguhan kolaborasi 2 penabuh dan 7 penari beda generasi yang apik.

Sebelum pementasan, Kompiang Raka menjelaskan LKB Saraswati yang terbentuk 3 April 1968 telah melahirkan 3000 penari Bali dan 5000 kali pementasan di dalam dan luar negeri ini, sengaja tampil di GKJ sebagai bentuk kepedulian akan kesenian Bali di Jakarta. “Ini sebagai ajang reuni para penari Bali alumni LKB Saraswati, berkumpul sekaligus mengadakan pertunjukan untuk mengangkat kesenian Bali, khususnya di Jakarta di tengah gempuran pesatnya perkembangan budaya asing,” terangnya.

Jero Wacik menyambut baik pagelaran LKB Saraswati ke 42 tahun ini. Menurutnya pagelaran semacam ini merupakan bagian dari pembangunan karakter bangsa sebagaimana tengah digiatkan pemerintah. “Dalam 5 tahun ke depan ini, pemerintah dalam hal ini Kemenbudpar akan terus menggalakan pembangunan karakter bangsa. Dan pembangunan karakter bangsa ini akan terus berlanjut. Medianya bisa lewat tari, musik, film, teater, dan kesenian lainnya guna menumbuhkan kecintaan terhadap Tanah Air serta menggalang persatuan dan kesatuan,” jelasnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP