Keliling Tsunami Memorial City, Banda Aceh
Bila dulu Anda berwisata ke Banda Aceh cuma melihat Masjid Baiturrahman. Tapi kini bukan cuma masjid raya itu, melainkan pula obyek-obyek wisata dari sisa-sisa keganasan tsunami 2004 silam. Obyek-obyek tersebut, kini justru menjadi primadona wisata baru di kota berjuluk "Serambi Mekah" ini. Pasalnya selain khas dan bikin heran, obyek-obyek itu hanya ada di Banda Aceh. Karenanya, kota ini pun kemudian berpredikat Tsunami Memorial City. Obyek wisata khas tsunami apa saja?
Obyek wisata khas pasca gempa berkekuatan 9,3 Skala Richter disusul tsunami dasyat di Banda Aceh cukup banyak, antara lain Masjid Baiturrahim Ulee Lheue di Kecamatan Meuraxa. Masjid ini merupakan satu-satunya bangunan di pinggir Pantai Ulee Lheue yang tetap berdiri kokoh meski diterjang gelombang tsunami. Sementara bangunan rumah dan lainnya rata dengan tanah.
Setelah direnovasi, masjid itu tampil cantik dengan ornamen klasik bercat putih dan krem, lengkap dengan menara di sebelah kanan bangunan utama dan dua gapura di depan masjid.
Di depan gapura masjid ini, ada plang persegi empat berwarna putih dengan tulisan hitam berbahasa Indonesia, Arab, dan Inggris yang berbunyi “Perhatian: Anda memasuki kawasan wajib mengenakan busana muslim/muslimah”. Berkat keperkasaan masjid ini dari amukan gempa dan tsunami, kini banyak wisatawan yang berdatangan untuk sekadar melihat dan memotret arsitekturnya maupun melakukan ibadah shalat.
Di depan sebelah kiri masjid ini, ada sebuah Koperasi Anak Yatim yang menjual beragam souvenir dan oleh-oleh khas Aceh seperti aneka kerajinan dari rotan, tas, rencong, kopiah, bros, kopi Aceh, Kopi Gayo, dan lainnya.
Yang juga menarik perhatian, di depan sebelah kiri koperasi ini ada plang bercat biru bertuliskan Zona Bahaya Tsunami lengkap dengan gambar orang sedang berlari ke bukit menghindari riak tsunami. Di bawah gambarnya, ada tulisan putih dalam bahasa Aceh dan Indonesia yang berbunyi meunyoe geumpa rayeuk plung laju ke teumpat yang manyang, bek to laot yang artinya “jika terjadi gempa segera menjauhi pantai/lari ke tempat yang tinggi”.
Kemudian Anda bisa pergi ke obyek kapal di atas rumah di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam. Semula kapal nelayan itu berlabuh di Dermaga Pantai Aceh. Akibat tsunami, kapal itu terbawa arus hingga lebih kurang 3 Km ke daratan. Yang mencengangkan, meski terbawa arus super deras, kapal itu berhasil menyelamatkan 165 orang dari terjangan gelombang karena mereka menyelamatkan diri ke atas kapal tersebut. Untuk memudahkan pengunjung melihat kapal melayan ini dari dekat, Pemkot membangun sebuah jembatan.
Obyek berikutnya yang pastinya bakal bikin Anda terheran-heran adalah Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Apung I di Gampong Punge Blang Cut. Bagaimana tidak, tongkang berbobot mati 2.500 ton dan luas lambung 1.600 meter persegi tersebut terempas tsumani dari Dermaga Ulee Lheue sejauh 4 Km ke tengah permukiman padat penduduk hingga menelan korban nyawa dan juga merusak bangunan.
Di tongkang PLTD Apung yang sudah tak berfungsi lagi itu, Anda dapat naik ke atas geladak setinggi lebih kurang 20 meter lewat tangga besi di sisi tongkang. Dari atas geladaknya, Anda dapat menyaksikan pemandangan luas ke berbagai belahan kota di Banda Aceh, termasuk ke dermaga termpat tongkang itu semula berlabuh.
Tugu & Museum Tsunami
Selain mengunjungi sisa-sisa kedayatan tsunami di atas, Anda bisa melanjutkan kunjungan ke obyek-obyek wisata baru yang masih berkaitan dengan tsunami t seperti Taman Edukasi Tsunami, Kuburan Massal, Museum Tsunami Aceh, dan Tugu Peringatan Tsunami.
Usai menaiki tongkang PLTD Apung 1, Anda bisa rehat sejenak di Taman Edukasi Tsunami, sekitar 50 meter dari tongkang itu. Di sana Anda bisa duduk-duduk di teras sambil melihat aneka tanaman bunga seperti mawar dan lainnya atau mendatangi pusat kreasi seni yang memamerkan sejumlah foto-foto tsunami.
Selanjutnya Anda bisa melihat Kuburan Massal Meuraxa yang semula merupakan halaman Puskesmas Meuraxa yang luluh lantah oleh tsunami. Lokasinya sekitar 6 Km dari pusat Kota Banda Aceh atau beberapa ratus meter dari Pantai Ulee Lheue. Di kuburan massal itu tidak ada batu nisan. Hanya berupa lapangan tanah berlapis rumput. Di lahan kuburan tersebut ada plang kecil berbentuk menara masjid bertulisan “Kuburan Dewasa”. Di depannya ada gapura dengan pintu besi bercat hijau bertuliskan kata-kata yang mengingatkan pengunjung supaya sadar bahwa kematian itu mutlak adanya. Di kuburan massal tersebut, Anda bisa memanjatkan do’a buat para korban tsunami.
Obyek baru pascatsunami berikutnya yang harus Anda kunjungi adalah Tugu Peringatan Tsunami di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tugu yang dibangun oleh Yayasan Harapan Bangsa Nusantara dan didanai oleh yayasan dari USA ini diresmikan pembuatannya oleh Panglima Kodam Iskandar Muda, Majend TNI Supiadin AS, Juni 2008.
Selain tugu tersebut di lapangan ini juga ada Prasasti Taman Internasional “Aceh Thanks The World”. Monumen tersebut berbentuk gelombang tsunami bercat putih sementara ratusan prasasti ucapan dari bermacam negara berbentuk pucuk perahu yang tertancap di tanah mengeliligi tengah lapangan, bertuliskan terimakasih dalam bahasa masing-masing negara.
Keberadaan Prasasti Taman Internasional dan Tugu Peringatan Tsunami membuat Lapangan Blang Padang semakin menarik untuk dikunjungi. Sebelumnya sudah ada Tugu Pesawat Seulawah RI-001 di lapangan yang menjadi kebanggaan warga Banda Aceh itu.
Dari Lapangan Blang Padang, Anda tinggal menyeberang ke Museum Tsunami Aceh, di sebelah Makam Belanda (Kherkhof) dekat simpang jam, tepatnya di Jalan Iskandar Muda.
Yang menarik dari museum yang dibangun oleh berbagai pihak seperti BRR NAD-Nias sebagai penyandang dana dan Pemkot Banda Aceh sebagai penyedia sarana dan prasarana lingkungan museum, lalu diresmikan Presiden SBY Februari 2008, arsitekturnya unik. Desainnya berbentuk Rumoh Aceh Escape Hill karya M Ridwan Kamil. Eksteriornya berbentuk kapal terdiri 4 tingkat dan hiasan motif Islam. Rencananya koleksi museum ini akan disi oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM).
Menurut Direkur Museum, Dirjen Sepur, Depbudar, Intan, bentuk bangunan dan konsep Museum Tsunami Aceh ini sudah sangat bagus dan spesifik sekaligus menambah keberagaman museum yang sudah ada. “Permasalahannya tinggal siapa yang menjadi penyelenggara museum ini. Apakah pemkot atau swasta. Idealnya diisi oleh para tenaga ahli bidang permuseuman. Harus dibuat struktur organisasi yang jelas. Jika memang diserahkan ke swasta, persyaratannya harus punya pendanaan yang tetap agar tidak terbengkalai kelak,” imbuhnya.
Di samping obyek-obyek di atas. Dalam waktu dekat, Anda juga bisa menikmati Monumen Tsunami yang berada di pinggir Jalan Banda Aceh-Meulaboh (Aceh Barat). Monumen yang di bangun di atas lahan seluas 7,8 hektar di bibir pantai yang telah rata diterjang tsunami itu juga akan dilengkapi bermacam fasilitas publik, seperti tugu tsunami, mushala, kantor, dinding relief, ruang audio visual, areal parkir, dan toko souvenir.
Melihat banyaknya obyek baru pascatsunami guna mengenang bencana alam maha dasyat itu, wajar kalau Banda Aceh kini menyandang gelar sebagai Tsunami Memorial City.
Tips Perjalanan
Anda bisa mengunjungi semua obyek baru pascatsuami di Banda Aceh dalam satu atau dua hari saja. Sebab, lokasinya mudah dijangkau dan berdekatan. Anda bisa menyewa mobil travel, taksi, labi-labi (angkot) atau kalau ingin irit ongkos pilih saja becak motor yang sudah lama menjadi kendaraan spesial warga Banda Aceh.
Di sela-sela melihat obyek-obyek tersebut, sempatkan menikmati wisata kuliner setempat seperti Mie Aceh di Rumah Makan Mie Razali, bermacam makanan khas aceh seperti Ayam Tangkap, Ikan Kayu Tumis, Sambal Udang, Gule Kambing, Sate Matang, dan Ikan Bakar Rambeu di Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk, serta Bubur Bombay, Nasi Gurih, dan Kopi Tarik Aceh di berbagai sudut kota.
Bila ingin membawa cendramata khas Aceh, seperti baju koko, tas, rencong dan lainnya pergi saja ke Toko Souvenir Rencong Aceh, Putroe Aceh, di seberang Masjid Masjid Raya Baiturrahman dan Koperasi Souvenir Mutiara Intan di dekat Masjid Baiturahim. Kalau suka dengan kaos berkata-kata humor atau bijak khas Aceh, semacam Dagadu-Yogya atau Joger-Bali, datang saja ke Toko Celoteh di dekat PLTD Apung. Selamat berwisata khas tsunami hanya di Banda Aceh.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Obyek wisata khas pasca gempa berkekuatan 9,3 Skala Richter disusul tsunami dasyat di Banda Aceh cukup banyak, antara lain Masjid Baiturrahim Ulee Lheue di Kecamatan Meuraxa. Masjid ini merupakan satu-satunya bangunan di pinggir Pantai Ulee Lheue yang tetap berdiri kokoh meski diterjang gelombang tsunami. Sementara bangunan rumah dan lainnya rata dengan tanah.
Setelah direnovasi, masjid itu tampil cantik dengan ornamen klasik bercat putih dan krem, lengkap dengan menara di sebelah kanan bangunan utama dan dua gapura di depan masjid.
Di depan gapura masjid ini, ada plang persegi empat berwarna putih dengan tulisan hitam berbahasa Indonesia, Arab, dan Inggris yang berbunyi “Perhatian: Anda memasuki kawasan wajib mengenakan busana muslim/muslimah”. Berkat keperkasaan masjid ini dari amukan gempa dan tsunami, kini banyak wisatawan yang berdatangan untuk sekadar melihat dan memotret arsitekturnya maupun melakukan ibadah shalat.
Di depan sebelah kiri masjid ini, ada sebuah Koperasi Anak Yatim yang menjual beragam souvenir dan oleh-oleh khas Aceh seperti aneka kerajinan dari rotan, tas, rencong, kopiah, bros, kopi Aceh, Kopi Gayo, dan lainnya.
Yang juga menarik perhatian, di depan sebelah kiri koperasi ini ada plang bercat biru bertuliskan Zona Bahaya Tsunami lengkap dengan gambar orang sedang berlari ke bukit menghindari riak tsunami. Di bawah gambarnya, ada tulisan putih dalam bahasa Aceh dan Indonesia yang berbunyi meunyoe geumpa rayeuk plung laju ke teumpat yang manyang, bek to laot yang artinya “jika terjadi gempa segera menjauhi pantai/lari ke tempat yang tinggi”.
Kemudian Anda bisa pergi ke obyek kapal di atas rumah di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam. Semula kapal nelayan itu berlabuh di Dermaga Pantai Aceh. Akibat tsunami, kapal itu terbawa arus hingga lebih kurang 3 Km ke daratan. Yang mencengangkan, meski terbawa arus super deras, kapal itu berhasil menyelamatkan 165 orang dari terjangan gelombang karena mereka menyelamatkan diri ke atas kapal tersebut. Untuk memudahkan pengunjung melihat kapal melayan ini dari dekat, Pemkot membangun sebuah jembatan.
Obyek berikutnya yang pastinya bakal bikin Anda terheran-heran adalah Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Apung I di Gampong Punge Blang Cut. Bagaimana tidak, tongkang berbobot mati 2.500 ton dan luas lambung 1.600 meter persegi tersebut terempas tsumani dari Dermaga Ulee Lheue sejauh 4 Km ke tengah permukiman padat penduduk hingga menelan korban nyawa dan juga merusak bangunan.
Di tongkang PLTD Apung yang sudah tak berfungsi lagi itu, Anda dapat naik ke atas geladak setinggi lebih kurang 20 meter lewat tangga besi di sisi tongkang. Dari atas geladaknya, Anda dapat menyaksikan pemandangan luas ke berbagai belahan kota di Banda Aceh, termasuk ke dermaga termpat tongkang itu semula berlabuh.
Tugu & Museum Tsunami
Selain mengunjungi sisa-sisa kedayatan tsunami di atas, Anda bisa melanjutkan kunjungan ke obyek-obyek wisata baru yang masih berkaitan dengan tsunami t seperti Taman Edukasi Tsunami, Kuburan Massal, Museum Tsunami Aceh, dan Tugu Peringatan Tsunami.
Usai menaiki tongkang PLTD Apung 1, Anda bisa rehat sejenak di Taman Edukasi Tsunami, sekitar 50 meter dari tongkang itu. Di sana Anda bisa duduk-duduk di teras sambil melihat aneka tanaman bunga seperti mawar dan lainnya atau mendatangi pusat kreasi seni yang memamerkan sejumlah foto-foto tsunami.
Selanjutnya Anda bisa melihat Kuburan Massal Meuraxa yang semula merupakan halaman Puskesmas Meuraxa yang luluh lantah oleh tsunami. Lokasinya sekitar 6 Km dari pusat Kota Banda Aceh atau beberapa ratus meter dari Pantai Ulee Lheue. Di kuburan massal itu tidak ada batu nisan. Hanya berupa lapangan tanah berlapis rumput. Di lahan kuburan tersebut ada plang kecil berbentuk menara masjid bertulisan “Kuburan Dewasa”. Di depannya ada gapura dengan pintu besi bercat hijau bertuliskan kata-kata yang mengingatkan pengunjung supaya sadar bahwa kematian itu mutlak adanya. Di kuburan massal tersebut, Anda bisa memanjatkan do’a buat para korban tsunami.
Obyek baru pascatsunami berikutnya yang harus Anda kunjungi adalah Tugu Peringatan Tsunami di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tugu yang dibangun oleh Yayasan Harapan Bangsa Nusantara dan didanai oleh yayasan dari USA ini diresmikan pembuatannya oleh Panglima Kodam Iskandar Muda, Majend TNI Supiadin AS, Juni 2008.
Selain tugu tersebut di lapangan ini juga ada Prasasti Taman Internasional “Aceh Thanks The World”. Monumen tersebut berbentuk gelombang tsunami bercat putih sementara ratusan prasasti ucapan dari bermacam negara berbentuk pucuk perahu yang tertancap di tanah mengeliligi tengah lapangan, bertuliskan terimakasih dalam bahasa masing-masing negara.
Keberadaan Prasasti Taman Internasional dan Tugu Peringatan Tsunami membuat Lapangan Blang Padang semakin menarik untuk dikunjungi. Sebelumnya sudah ada Tugu Pesawat Seulawah RI-001 di lapangan yang menjadi kebanggaan warga Banda Aceh itu.
Dari Lapangan Blang Padang, Anda tinggal menyeberang ke Museum Tsunami Aceh, di sebelah Makam Belanda (Kherkhof) dekat simpang jam, tepatnya di Jalan Iskandar Muda.
Yang menarik dari museum yang dibangun oleh berbagai pihak seperti BRR NAD-Nias sebagai penyandang dana dan Pemkot Banda Aceh sebagai penyedia sarana dan prasarana lingkungan museum, lalu diresmikan Presiden SBY Februari 2008, arsitekturnya unik. Desainnya berbentuk Rumoh Aceh Escape Hill karya M Ridwan Kamil. Eksteriornya berbentuk kapal terdiri 4 tingkat dan hiasan motif Islam. Rencananya koleksi museum ini akan disi oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM).
Menurut Direkur Museum, Dirjen Sepur, Depbudar, Intan, bentuk bangunan dan konsep Museum Tsunami Aceh ini sudah sangat bagus dan spesifik sekaligus menambah keberagaman museum yang sudah ada. “Permasalahannya tinggal siapa yang menjadi penyelenggara museum ini. Apakah pemkot atau swasta. Idealnya diisi oleh para tenaga ahli bidang permuseuman. Harus dibuat struktur organisasi yang jelas. Jika memang diserahkan ke swasta, persyaratannya harus punya pendanaan yang tetap agar tidak terbengkalai kelak,” imbuhnya.
Di samping obyek-obyek di atas. Dalam waktu dekat, Anda juga bisa menikmati Monumen Tsunami yang berada di pinggir Jalan Banda Aceh-Meulaboh (Aceh Barat). Monumen yang di bangun di atas lahan seluas 7,8 hektar di bibir pantai yang telah rata diterjang tsunami itu juga akan dilengkapi bermacam fasilitas publik, seperti tugu tsunami, mushala, kantor, dinding relief, ruang audio visual, areal parkir, dan toko souvenir.
Melihat banyaknya obyek baru pascatsunami guna mengenang bencana alam maha dasyat itu, wajar kalau Banda Aceh kini menyandang gelar sebagai Tsunami Memorial City.
Tips Perjalanan
Anda bisa mengunjungi semua obyek baru pascatsuami di Banda Aceh dalam satu atau dua hari saja. Sebab, lokasinya mudah dijangkau dan berdekatan. Anda bisa menyewa mobil travel, taksi, labi-labi (angkot) atau kalau ingin irit ongkos pilih saja becak motor yang sudah lama menjadi kendaraan spesial warga Banda Aceh.
Di sela-sela melihat obyek-obyek tersebut, sempatkan menikmati wisata kuliner setempat seperti Mie Aceh di Rumah Makan Mie Razali, bermacam makanan khas aceh seperti Ayam Tangkap, Ikan Kayu Tumis, Sambal Udang, Gule Kambing, Sate Matang, dan Ikan Bakar Rambeu di Rumah Makan Khas Aceh Rayeuk, serta Bubur Bombay, Nasi Gurih, dan Kopi Tarik Aceh di berbagai sudut kota.
Bila ingin membawa cendramata khas Aceh, seperti baju koko, tas, rencong dan lainnya pergi saja ke Toko Souvenir Rencong Aceh, Putroe Aceh, di seberang Masjid Masjid Raya Baiturrahman dan Koperasi Souvenir Mutiara Intan di dekat Masjid Baiturahim. Kalau suka dengan kaos berkata-kata humor atau bijak khas Aceh, semacam Dagadu-Yogya atau Joger-Bali, datang saja ke Toko Celoteh di dekat PLTD Apung. Selamat berwisata khas tsunami hanya di Banda Aceh.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar