. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 22 Juni 2009

Orang Komodo, Ora, Ikan, & Lontar


Lokasinya agak terpencil, alamnya gersang, dan iklimnya kering. Tapi penghuninya justru hidup rukun dan bahagia dari berbagai sumber pangan yang melimpah. Siapa saja penghuninya dan apa saja sumber hidupnya?


Bila Anda datang dan melihat kondisi Taman Nasional Komodo (TNK) yang agak terpencil, kering dan gersang, mungkin akan menduga kawasan itu hanya dihuni komodo, bukan manusia karena tidak ada sumber penghidupan. Dugaan itu pun sempat hinggap di benak TravelPlusIndonesia (TPI) ketika kali pertama mengunjungi Pulau Komodo, salah satu pulau di kawasan konservasi tersebut.

Ternyata dugaan itu salah besar. Sebab pulau itu pun berpenghuni manusia yang justru sudah menetap jauh sebelum kawasan itu ditetapkan sebagai taman nasional. Penghuninya itu mengklaim sebagai orang asli Pulau Komodo dan menamakan dirinya Orang Komodo. Jumlahnya ada ratusan jiwa yang menetap di sebuah kampung bernama Kampung Komodo. Lokasi kampungnya di pesisir pantai, sekitar 3 Km ke arah Barat dari Pos Loh Liang.

Sebelum tinggal di Kampung Komodo seperti sekarang ini, konon orang asli Pulau Komodo ini menetap agak ke pedalaman di dalam hutan. Mereka hidup dengan berburu rusa dan memanfaatkan hasil hutan. Namun ketika pulau tersebut akan difungsikan sebagai kawasan konservasi, mereka “dipindahkan” ke luar pulau.

Anehnya setelah pemindahan itu terlaksana dan ketika kawasan itu hendak diresmikan sebagai taman nasional oleh orang penting, ternyata tak ada satu pun ditemukan komodo. Biawak purba raksasa yang dipanggil Ora oleh Orang Komodo ini seolah lenyap ditelan bumi.

Ada kisah berbau mistis di sini. Konon, lenyapnya komodo lantaran Orang Komodo dipindahkan. Usut punya usut ternyata ada pertalian erat antara komodo dengan Orang Komodo. Bahkan ada cerita bahwa komodo itu berasal dari Orang Komodo. Dengan kata lain Orang Komodo merupakan nenek moyang dari komodo. Buktinya, setelah Orang Komodo dikembalikan ke Pulau Komodo dengan menempatkan lokasi yang baru seperti sekarang ini, komodo kembali bermunculan di pulau itu dan berkembangbiak sampai sekarang. Mereka hidup rukun berdampingan. Benar atau tidak cerita itu, yang pasti kian menambah daya tarik pulau ini.

Sewaktu TPI mendatangi Kampung Komodo, ada rasa was-was dan tanya besar. Seperti apa orangnya? Dan apakah bersahabat dengan pengunjung? Tapi ketika melihat di kampung itu ada mushala, rasa cemas itu pudar. Ternyata Orang Komodo di kampung itu mayoritas muslim. Mereka tinggal di rumah panggung yang berukuran besar. Satu rumah bisa dihuni 2-3 kepala keluarga. Rumah mereka berdempetan satu sama lain. Atapnya dari seng dan ada juga dari rumbai Pohon Lontar. Dindingnya dari bilik atau papan kayu. Di belakang panggung terdapat lapangan besar yang bisa digunakan warga setempat untuk berolah raga seperti main sepak bola.

Siang itu, Kampung Komodo nampak sepi. Yang tinggal anak-anak dan orang tua. Sementara pria dewasa sebagian besar bekerja, terutama melaut. Jelang sore keramaian mulai nampak. Para pemuda menuju lapangan untuk bersepekbola, anak-anak tak mau ketinggalan berebut bola kaki di pantai, sementara ibu-ibu mengangkat ikan asin yang dijemur di bawah terik matahari, dan para nelayan satu persatu mendaratkan perahunya ke pantai kemudian membawa bermacam hasil laut untuk dikonsumsi atau diasinkan.

Bagaimana Orang Komodo bisa bertahan hidup di alam yang gersang, kering dan terpencil? Ternyata di balik kegersangan dan kekeringan itu, kawasan ini menyimpan sumber kehidupan yang tak terkira. Di perairannya tersedia bermacam ikan konsumsi. Orang Komodo bukan cuma menangkap ikan untuk dimakan tapi juga untuk diperdagangkan ke luar pulau. Dari hasil menjual ikan laut itu, beberapa Orang Komodo ada yang berhasil menunaikan ibadah haji.

Menurut survei sebuah lembaga penelitian internasional, perairan TNK menyimpan sekitar 900 jenis biota laut. Di antaranya 1000 lebih spesies ikan, antara lain ikan napoleon (Cheilinus undulates), kerapu, kakap merah dan ikan pari manta (Manta birostris) yang ukurannya mencapai 4 X 5 meter. Selain ikan berukuran kecil dan sedang, perairannya juga kerap dilalui beberapa jenis ikan besar seperti hiu dan lumba-lumba serta tak ketinggalan si mamalia laut raksasa yaitu paus. Di dasar lautnya juga mengoleksi 260 spesies terumbu karang, terutama jenis Acropora sp.

Untuk membuktikan hasil survei tersebut, TPI mengikuti seorang nelayan Kampung Komodo dengan perahu layar bersampan. Tak ada 1 jam, hasil tangkapan nelayan itu dengan kail dan jala itu cukup banyak. Tak sulit mendapatkan ikan di perairan pulau ini, saat TPI berada di dermaga Pos Loh Liang saja, bermacam ikan mudah dilihat di bawah dermaga yang berair jernih.

Selain ikan konsumsi yang melimpah yang menjadi sumber pangan dan juga ekonomi bagi Orang Komodo, masih ada sumber pangan lainnya, yakni Pohon Lontar atau Palmyra Palm (Borassus flabellifera). Tapi itu dulu, sebelum pulau ini dijadikan taman nasional. Orang Komodo bisa bebas memanfaatkannya.

Di Pulau Komodo, Pohon Lontar tumbuh berkelompok di antara padang rumput (savana) dan semak-semak. Pohon yang sepintas mirip pohon kurma ini, memiliki ciri khas tersendiri. Batangnya lurus tak bercabang tapi lebih ramping dari pohon kelapa. Tingginya dapat mencapai 25 meter. Daunnya meruncing di ujungnya dengan warna hijau tua, tumbuhnya tepat di pucuk batang, sekilas menyerupai mahkota.

Sejak lama, daun lontar berfungsi melebihi daun-daun pohon lain. Dulu, seorang raja menggunakan daun lontar untuk menulis perintah, surat dan kitab. Daun lontar yang lebar menjadi media ‘kertas’nya. Kitab Sutasoma dari jaman Majapahit yang di dalamnya memuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika, juga ditulis di atas daun lontar. Fungsinya sebagai kertas baru memudar setelah bangsa Portugis masuk dan membawa kertas ke Indonesia.

Selain di TNK, lontar juga banyak tumbuh di sekitar Desa Lesser Sundas, Pulau Rote dan Sabu, Flores. Di Desa Lesser, Pohon Lontar bermultiguna. Daunnya dibuat wadah air dan keranjang. Batangnya untuk kayu bakar, dan buahnya dimakan begitu saja.

Di Pulau Rote dan Sabu, Pohon Lontar menjadi sumber bahan pangan. Masyarakat di kedua pulau paling Selatan Indonesia itu, mengkonsumsi air sadapan dan larutan gula merah dari lontar atau nira. Orang Rote dan Sabu biasanya makan nira dengan ikan bakar dan gurita serta pepaya atau daun kacang panjang mentah.

Nira merupakan produk lontar terpenting, diperoleh dari sadapan bunganya. Lontar berbunga pada musim hujan selama 4 bulan dan musim kemarau selama 3 bulan. Para penyadap lontar lebih memilih melakukan penyadapan sebanyak mungkin selama kemarau karena kadar sucrose-nya tinggi dibanding musim hujan.

Nira sadapan dimasak dalam kuali besar dan diaduk terus-menerus. Nira disadap dari batang bunga yang terbesar. Lalu dikumpulkan dalam wadah terbuat dari daun lontar. Selanjutnya dituang dalam kuali untuk ditanak lalu diaduk terus-menerus hingga gulanya kental dan berwarna coklat.

Kaum wanita di sana juga suka membuat cuka dari nira lontar, dimasukkan dalam botol kaca lalu dibiarkan dalam proses fermentasi selama 5 hari. Cuka dari nira digunakan untuk memasak ikan. Kaum prianya, gemar membuat laru_minuman beralkohol dari hasil fermentasi nira selama 4 jam dan sopi_hasil penyulingan nira. Banyak juga yang memanfaatkan pohon ini untuk keperluan membangun rumah seperti balok, tiang, atap, dan tali-temali pengikat pagar.

Pohon Lontar, salah satu jenis pohon yang tumbuh subur di daerah beriklim kering seperti di TNK ini. Selain di kawasan Flores, lontar dapat ditemukan di sepanjang wilayah kering daratan Australia, India, Indo-China, Asia Tenggara bahkan Afrika. Selain padang rumput, kapuk hutan, waru dan kesambi, keberadaan deretan Pohon Lontar di TNK kian menambah khas panorama kawasan konservasi ini.

TravelPlusIndonesia (TPI) setuju kalau keberadaan Orang Komodo, ora, ikan, dan Pohon Lontar menjadikan Pulau Komodo dan pulau-pulau lain di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) seperti dunia baru yang benar-benar berbeda, ajaib, dan tentunya menakjubkan. Oleh karena itu, rasanya Anda patut memilih Taman Nasional Komodo via internet agar terpilih masuk sebagai 7 keajaiban dunia baru versi Yayasan New 7Wonders. Caranya dengan melakukan vote ke http://www.new7wonders.com/nature/en/vote_on_nominees. Selamat memilih dan lalu menikmati keajaiban dunia baru di Taman Nasional Komodo. ***

Naskah & Foto: A. Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP