Meski Krisis, SITF 2009 Tetap Semarak
Berbekal pengalaman sebagai tuan rumah Sumatera International Travel Fair (SITF) tahun lalu, SITF 2009 di Kota Padang, Sumbar 5-8 Juni lalu tetap tampil semarak meski masih dalam pengaruh krisis keuangan dunia.
Berdasarkan pantauan TravelPlusIndonesia yang diundang Dirjend MICE Depbudpar RI untuk meliput SITF 2009 ini, buyers mancanegara yang hadir tetap tinggi antara lain dari Jerman, Belanda, Singapura, Malaysia, dan beberapa negara dari Timur Tengah. Begitupun dengan sellers yang mengikuti pameran ini. Bukan cuma itu, kemasan acara terutama suguhan atraksi budaya SITF tahun ini terlihat lebih baik dan menarik.
Pada pembukaaan yang berlangsung di Hotel Pangeran Beach, Padang (Sabtu (6/6) misalnya, sejumlah tarian dari seluruh provinsi yang ada di Pulau Sumatera ditampilkan bergantian dalam sebuah kemasan tarian bertajuk Tari Ragam Andalas antara lain Tari Saman-Aceh, Tari Melayu-Riau, dan Tari Piring-Sumbar. Pada kesempatan ini, sejumlah buyers dari mancanegara ikut menari bersama para penari di panggung utama.
Peserta dari Sumatera Selatan tak mau kalah, mengingat tahun depan mereka menjadi tuan rumah SITF 2010, mereka pun menyajikan aneka tarian dan lagu daerah saat jamuan makan siang di restoran Hotel Pangeran Beach. Mereka berusaha menarik perhatian para buyers dan sellers untuk bisa meramaikan SITF 2010 nanti.
Dari segi booth atau stand pameran SITF 2009 kali ini, beberapa peserta terlihat benar-benar menyiapkan diri tampil maksimal dan berbeda. Berdasarkan pantauan TravelPlus ada beberapa stand yang cukup menarik perhatian, seperti stand Depbudpar yang tampil dengan konsep natural dengan bangku-bangku dan meja terbuat dari potongan kayu lengkap dengan sebuah lemari dari kayu bercat warna coklat serta beberpa tanamannhias hingga terkesan menyatu dengan alam. Konsep booth yang terbuka itu membuat pengunjung betah duduk berlama-lama dan akrab dengan penjaga booth.
Sedangkan booth Malaysia tampil gagah dengan miniatur menara kembar Petromasnya. Malaysia kali hadir dengan kekuatan penuh, para penjaga boothnya berseragam hingga mudah dikenali para pengunjung.
Sementara booth Kota Sawahlunto berbentuk terowongan tambang seolah ingin menggambarkan bahwa kota tersebut memang memiliki sejumlah obyek wisata berkaitan dengan tambang batubara yang dulu berjaya dan juga sejumlah bangunan tua bekas kolonial Belanda.
Lain lagi dengan booth AKSSB (Asosiasi Kapal Selancar Sumatera Barat) yang tampil dengan nuansa pantai yang ramai. Beberpa papan selancar menghias booth ini selain sejumlah aksesoris berbau pantai hingga pengunjung tergoda untuk datang dan lalu membeli.
Booth lain yang tak kalah menarik seperti booth BKSDA Sumbar yang menonjolkan keindahan Lembah Harau sebagai background boothnya. Booth Kabupaten Tanah Datar menampilkan miniatur Istana Basa Pagaruyung yang tetap menjadi ikon pariwisata kabupaten ini. Sementara booth Kabupaten Somasir juga tak mau kalah. Booth kabupaten termuda di Sumatera Utara (Sumut) ini sangat kental dengan nuansa Batak-nya. Sejumlah kain ulos menghiasi beberapa sudut dinding dan meja di dalam booth. Ditambah dengan miniatur rumah bulun atau rumah adat Suku Batak serta ‘bambu kalender’ khas penanggalan Batak yang diletakkan di atas meja.
Kendati begitu, ada juga booth yang tampil sederhana, apa adanya. Cuma satu meja dan kursi buat penjaga booth serta poster yang ditempelkan begitu saja di dinding booth, seperti booth Disbudpar Provinsi Sumut. Bahkan ada beberapa booth yang kosong tanpa peserta sehingga kurang sedap dipandang mata.
Menurut Hj Herlinawaty, staff promosi disbudpar Sumut mengaku boothnya hanya memberikan bahan-bahan promosi wisata Sumut seperti leaflet, CD, dan poster. “Tenaga kami terpecah dua dengan kegiatan Gebyar Wisata Nusantara (GWN) di Jakarta, sehingga booth di SITF 2009 ini tampil sederhana,” jelasnya.
Menyangkut waktu penyelenggaraan SITF 2009 yang berbarengan dengan GWN, direktur MICE Depbudpar Nia Niscaya berjanji akan mengkajiulang pelaksanaan SIFT 2010 nanti di Palembang, Sumatera Selatan, agar tidak berbarengan dengan event serupa seperti GWN. Sehingga nanti peserta yang ikut berpameran benar-benar tampil lebih siap dan semenarik mungkin, termasuk soal penampilan booth dan atraksi keseniannya.
Tak kalah menarik, dalam SITF 2009 ini juga dipamerkan sejumlah foto indah dan menakjubkan karya para fotografer yang tergabung dalam wadah Minangkabau Photograper (MP). Sayangnya foto-foto yang ditampilkan lebih dominan obyek-obyek wisata yang berada di Sumbar, seharusnya obyek-obyek di luar Sumbar seperti Lampung, Sumut, Aceh dan lainnya juga ditampilkan agar lebih lengkap dan merata informasinya.
Secara keseluruhan, SITF 2009 di Kota Padang memang tetap semarak meski dilanda krisis keuangan global. Yang menjadi catatan penulis, entah kenapa lokasi pameran kembali berlangsung di hotel berbintang. Bisa jadi itu dipilih untuk mempermudah kelancaran akomodasi serta makan dan minum para pesertanya. Namun di sisi lain, lokasi hotel berbintang justru terkesan berjarak dengan masyarakat. Bila pameran diadakan di sebuah mall atau mungkin gedung seni-budaya di kota tersebut, bisa jadi lebih mendekatkan diri pada masyarakat. Dengan begitu gaungnya pun akan lebih bergema.
Naskah & Foto: Adji K. (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar