Tujuh Kiat Destinasi Ramai Peminat, Nomor Satu Jangan Remehkan Wisatawan Domestik
Ketujuh kiat berikut ini berdasarkan hasil amatan teranyar TravelPlus Indonesia.
Kiat pertama, memahami dan mengindahkan Sapta Pesona yang mencakup tujuh unsur pariwisata berkualitas yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan
Kenapa Sapta Pesona ini berada diurutan pertama atau teratas? Karena sebanyak apapun dan sekeren/seindah/semenarik/seunik apapun objek wisata yang ada dalam sebuah destinasi wisata baik itu wisata alam, buatan maupun budaya kalau tanpa mengindahkan Sapta Pesona, lambat laut akan memudar dan bahkan bakal ditinggalkan wisatawan.
Penjabaran dari tujuh unsur Sapta Pesona tersebut adalah dengan menciptakan keamanan sehingga wisatawan merasa aman dan terlindungi selama berkunjung; mengutamakan ketertiban di setiap kegiatan wisata yang dilakukan sehingga berjalan lancar; menciptakan kebersihan lingkungan sehingga wisatawan merasakan kenyamanan dan sehat.
Selanjutnya, menciptakan kesejukan rasa sehingga wisatawan betah berlama-lama (kerasan); menciptakan/menjaga keindahan (visual) agar wisatawan terpesona; menomorsatukan keramahan (senyum tulus, senang membantu/menolong, dll) sebagai tuan rumah (masyarakat, pemilik, pelaku usaha wisata) kepada setiap wisatawan; dan menciptakan kenangan yang berkesan kepada wisatawan sehingga mereka tertarik untuk datang kembali, minimal mereka bangga menceritakan pengalaman dan citra positif selama berwisata kepada orang lain.
Khusus keramahan, senantiasa berlaku ramah dengan wisatawan dari manapun, baik itu wisatawan domestik (wisdom) yakni wisatawan dari satu provinsi (biasa juga disebut wisatawan lokal atau wislok) dan wisatawan dari provinsi lain namun masih dalam satu negara (biasa disebut wisatawan Nusantara atau wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman) atau wisatawan asing dari berbagai negara.
Senantiasa ramah kepada bermacam tipe wisatawan, entah itu backpacker maupun yang bergaya turis kelas atas, dan atau turis berkantong tebal. Senantiasa pula ramah kepada wisatawan yang melakukan kunjungan wisata secara sendiri atau solo traveling, small grup (kelompok kecil) dan ataupun rombongan besar (big group) secara terorganisir.
Jangan terlalu/berlebihan membangga-banggakan/mengutamakan/menomorsatukan wisman dan sebaliknya jangan sekali-kali meremehkan/memandang sebelah mata/mengenyampingkan/menomor sekian-kan wisdom.
Jangan terlalu memuja-muja dolar dan sebaliknya mengecilkan rupiah. Jangan pula melakukan tindakan atau aksi rasis dan atau pilih kasih. Bila itu terjadi, bisa jadi wisdom akan beralih ke destinasi wisata lain.
Sejatinya, setiap wisatawan yang datang harus/wajib diperlakukan sama yakni dilayani/dibantu/diarahkan/dipandu dengan ramah, tulus, baik, dan cepat.
Kiat kedua, tidak melakukan hal-hal yang merugikan wisatawan misalnya melihat wisatawan seperti mangsa empuk untuk mendapatkan keuntungan misalnya menaikkan harga (ngemplang) baik itu saat menjual kuliner/oleh-oleh/kerajinan tangan, tarif penginapan, ongkos moda transportasi, tiket masuk, dan harga lainnya, atau menjual dengan cara memaksa.
Bila ada oknum yang melakukan hal-hal negatif tersebut, segera beri sanksi kemudian buat solusi terbaik agar tidak terulang.
Berikutnya atau kiat ketiga, memahami sifat dasar/umum wisatawan antara lain cepat bosan/jenuh artinya kalau destinasi wisata yang dikunjungi atraksinya atau daya tariknya/objek wisatanya begitu-begitu saja atau itu-itu saja, kemungkinan cukup sekali dia datang. Tapi kalau ada sesuatu yang baru/beda/menarik/kreatif, kemungkinan ingin datang lagi. Jadi daya kreativitas dalam menghidupkan setiap atraksi yang ada di destinasi wisata, amatlah penting.
Kiat keempat, memenuhi kebutuhan wisatawan terutama ketersediaan moda transportasi umum ke objek-objek wisata di destinasi wisata tersebut, ketersediaan akomodasi yang beragam dari penginapan biasa sampai hotel berbintang, dan keterjangkauan dari sisi harga (tentu wisatawan lebih senang destinasi wisata yang biaya transportasi/akomodasi/paket wisata/tiket masuk/kuliner/buah tangan, dan lainnya terjangkau isi dompet).
Selanjutnya atau kita kelima, memahami dan mewujudkan tiga elemen kunci dalam pengembangan destinasi wisata yang biasa disingkat 3S, yaitu Something to See (daya tarik untuk dilihat wisatawan seperti keindahan alam dan lainnya), Something to Do (aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan seperti tur, treking, water sports, dll), dan Something to Buy (souvenir/merchandise /kerajinan tangan atau produk lokal yang dapat dibeli wisatawan sebagai cinderamata atau oleh-oleh).
Kiat keenam, memahami dan mewujudkan konsep 3A (Attraction, Accessibility, dan Amenities) terkait pengembangan destinasi wisata.
Untuk atraksi, caranya dengan membuat berbagai kegiatan menarik antara lain festival, konser musik, pertunjukan/suguhan seni budaya dan lainnya secara kontinyu di objek wisata yang dimiliki. Untuk aksesibilitas, caranya antara lain dengan menyediakan bermacam moda transportasi umum seperti shuttle bus yang nyaman (ber-AC) dari pusat kota ke objek wisata setiap hari dengan waktu keberangkatan dari pagi sampai sore begitupun dengan jadwal kepulangan.
Untuk Amenitas atau fasilitas pendukung, caranya antara lain menyediakan akomodasi yang beragam dari penginapan kelas backpacker sampai hotel berbintang. Tak ketinggalan melengkapinya dengan berbagai fasilitas umum (fasum) standar seperti musala/masjid, MCK, lahan parkir, sentra kuliner, sentra oleh-oleh, ATM Center, money changer, ketersediaan jaringan internet gratis (free wifi), pusat pelayanan kesehatan, dan pusat informasi wisata.
Kiat terakhir atau ketujuh, melek literasi digital lalu gencar mempromosikan daya tarik dan hal-hal positif terkait pariwisata agar publik tahu lewat ragam media sosial (medsos) atau kerjasama publikasi dengan jurnalis/wartawan dan atau content creator (pembuat konten video) spesial pariwisata. Misalnya kalau ada penginapan baru, moda transportasi baru, tempat kuliner baru, agenda kegiatan wisata, paket-paket wisata murah, promo-promo menarik yang menguntungkan bagi wisatawan, dan lainnya, semestinya rutin dipublikasikan ke publik jauh-jauh hari.
Sebaliknya cepat mengontrol/meredam kabar negatif yang dapat merusak citra positif objek wisata yang dimiliki atau destinasi wisata secara keseluruhan.
Intinya apapun upaya yang dilakukan dari tujuh kiat di atas, muaranya untuk membuat setiap wisdom maupun wisman yang berkunjung nyaman, terkesan, terkagum-kagum, betah, puas, dan kangen lalu kembali bertandang.
Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id
Captions:
1. Sejumlah wisatawan tengah berkunjung ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
2. TravelPlus Indonesia sejak dulu konsisten bukan hanya meliputi pun mengamati sekaligus memberi masukan positif untuk pengembangan destinasi wisata di Tanah Air tercinta, Indonesia.
3. Wisman mengabadikan atraksi budaya lokal di Buton.
4. Wisatawan bersantai di salah satu pantai di Bali.





0 komentar:
Posting Komentar