Ingin Majukan Pendakian Gunung di Tanah Air Lewat Konten? Ini Delapan Kiatnya
Banyak cara untuk bisa berkontribusi memajukan dunia pendakian gunung di Tanah Air, salah satunya dengan membuat konten.
Nah, sebelum TravelPlus Indonesia suguhkan kiat bikin konten, ada baiknya kita pahami terlebih dulu pengertian konten (content), konten digital (digital content), dan kreator konten (content creator).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konten adalah suatu informasi yang tersedia pada media atau produk elektronik. Dengan kata lain konten itu semua hal yang dapat dikelola dalam format elektronik yang apabila diubah ke dalam bentuk digital dengan bantuan internet maka menjadi konten digital.
Kelebihan konten digital, jauh lebih mudah dibagikan (di-share) ke warganet (publik pengguna internet) lewat beragam medsos (media sosial), aplikasi pesan (messenger) seperti WhatsApp, (WA), dan lainnya serta bisa pula antar-gawai (gadget/smartphone).
Adapun content creator atau kreator konten adalah orang yang bukan hanya suka, serius, dan konsen membuat konten pun paham mengenai pembentukan konten yang menarik sesuai segmen-nya yang ingin dijangkau di ragam medsos.
Salah satu keistimewaan seorang content creator, lewat kontennya dia mampu menarik followers, dengan kata lain dapat menambah jumlah pengikutnya.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman TravelPlus Indonesia meramu bermacam konten digital. Sekurangnya ada delapan kiat memajukan pendakian gunung di negeri sendiri dengan konten.
Kiat pertama, kontennya variatif, maksudnya konten yang dibuat tak hanya tulisan atau foto tapi juga audio, audio visual (video) dan bentuk konten lain sehingga warganet punya banyak pilihan untuk melihatnya.
Maklum minta baca kebanyakan masyarakat Indonesia belum setinggi bangsa lain. Masyarakat kita, terlebih setelah ragam medsos hadir sepertinya lebih banyak yang menyukai melihat video ketimbang membaca, apalagi membaca buku.
Untuk memanjakan warganet yang kurang suka membaca, untuk itu kreator konten juga harus mampu membuat berbagai jenis konten lain (tak cuma konten tulisan atau teks seperti tulisan/artikel di website, weblog, cerpen, novel, buku motivasi, puisi, teks promosi, isi email, e-book, teks berita, teks narasi, dan lainnya).
Melainkan membuat pula jenis konten gambar (contohnya foto, meme, flyer, spanduk, infografis, dll); jenis konten audio (antara lain acara radio, voice note, musik dalam format mp3, dan konten PodCast). Maupun jenis konten video, contohnya video Reels Instagram, video YouTube, video TikTok, vlog, film, game, iklan, dan lainnya.
Kiat yang kedua, kontennya berdaya tarik, maksudnya konten yang dibuat ditonton minimal ratusan, ribuan bahkan mungkin sampai jutaan warganet. Lebih bagus lagi kalau sejumlah warganet memberi komentari positif atas konten yang diunggah tersebut, disukai, apalagi kalau sampai di-repost atau di-siar ulang.
Bermanfaat Lebih
Berikutnya atau kiat ketiga, kontennya bermanfaat lebih, artinya konten yang dibuat isi atau pesannya punya nilai lebih seperti bermuatan informasi, edukasi, ramah lingkungan atau pro konservasi, pesan bermuatan religi, review, dan atau interaksi.
Contohnya konten edukasi antara lain konten tips mendaki gunung di usia senja, kiat mendaki bersama buah hati, tips memilih lokasi nge-camp yang aman dan nyaman di gunung, kiat memasang tenda dengan simpul yang praktis, dan lainnya. Sedangkan konten lingkungan antara lain konten tentang flora ataupun fauna unik yang ada di gunung tersebut, tips mendaki ramah lingkungan, dan lainnya.
Kiat yang keempat, kontennya memuat bukan hanya gunung-gunung populer (Rinjani, Gede, Ciremai, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Slamet, Kerinci, Latimojong, dll) pun sebaiknya gunung-gunung kurang bahkan tidak populer yang ada di Jawa maupun luar Jawa.
Bukan cuma gunung-gunung berpredikat membanggakan seperti Seven Summits Indonesia, gunung dengan jalur pendakian terpanjang, ter-ekstrem/tersulit, dan tertinggi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan. Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, dan di pulau besar lainnya. Pula gunung-gunung yang tidak berpredikat tapi punya daya tarik tersendiri namun kurang diketahui publik.
Selanjutnya atau kiat kelima, kontennya berisi ragam daya tarik gunung tersebut, panduan ke base camp, tips sukses menggapai puncaknya, sederet fakta gunung tersebut, kisah perjalanan pendakian, kegiatan menarik/bermuatan ramah lingkungan, dan lainnya.
Kiat keenam, kontennya punya ciri khas tersendiri sehingga beda dengan konten video buatan kreator konten lainnya Misalnya dari cara mengeditnya, cara pengambilan gambarnya, dan cara memberikan captions-nya.
Berikutnya atau kiat yang ketujuh, kontennya punya kreativitas lebih dan original (tidak latah, tidak ikut-ikutan). Misalnya memberi audio untuk konten tersebut dengan lagu karya sendiri sebagaimana yang saya lakukan selama ini. Cara ini tergantung kreativitas masing-masing sang kreator.
Terakhir atau kiat kedelapan, setelah selesai konten dibuat, sebarluaskan konten tersebut ke ragam medsos (IG, Threads, TikTok, FB, Twitter, juga kanal YouTube jika ada) dengan menyertakan sederet tagar terkait, antara lain tagar nama gunung tersebut, #pendakigunung, #pecintaalam, #mendakigunung, #nanjakgunung, #pendakiangunung, #pendakianprokonservasi, #pendakianramahlingkungan, dan tagar lainnya.
Jangan lupa, bagikan pula link-nya lewat ragam messenger seperti Telegram, WA, dan sejumlah WAG terkait agar publik yang melihat konten tersebut semakin banyak.
Itulah delapan kiatnya, semoga bermanfaat 🙏. Semangat berkreativitas, jangan kasih kendor untuk terus berkontribusi memajukan dunia pendakian gunung di Tanah Air lewat beragam konten menarik.
Salam Nanjak Pro Konservasi,
Salam Nanjak Ramah Lingkungan.
Teks & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id
Captions:
1. Pendaki tengah asyik mengabadikan keindahan Gunung Merbabu dari puncak Gunung Andong di Jateng untuk stok visual konten videonya.
2. Tips memilih lokasi nge-camp yang aman dan nyaman di gunung.
3. Beberapa konten pendakian gunung yang TravelPlus Indonesia buat dan unggah di akun IG @adjitropis, salah satunya konten bermuatan lingkungan tentang kalajengking (dilingkari warna kuning) di salah satu jalur pendakian Gunung Tampomas yang jarang digunakan pendaki.
4. Jangan cuma konten narsis, buat pula konten pendakian yang pro konservasi atau ramah lingkungan biar lebih variatif dan punya manfaat lebih.
0 komentar:
Posting Komentar