. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 04 Juni 2020

Di Bogani Nani Wartabone Tak Melulu Lihat Maleo, Ini Sederet Aktivitas Menarik Lainnya

MALEO memang menjadi daya tarik utama sekaligus primadona Taman Nasional (TN) Bogani Nani Wartabone. Tapi sebenarnya di kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai TN pada 18 November 1992 ini, pengunjung tak cuma melihat burung endemik Sulawesi yang berjuluk si Penelur Jumbo itu.

"Maleo dijuluki Penelur Jumbo karena meskipun badannya lebih besar sedikit dari ayam tapi telurnya 4-5 kali besar dari telur ayam. Berat satu telur Maleo bisa sampai 239 Gram," terang Kepala Balai TN Bogani Nani Wartabone Supriyanto kepada TravelPlus Indonesia lewat pesan WA baru-baru ini.

Untuk menetaskan telurnya, memerlukan panas bumi dengan durasi penetasan 60-80 hari. Telurnya ditanam ke tanah pada kedalaman 30-50 Cm.

"Maleo yang menetas butuh waktu sampai 2 hari untuk keluar dari permukaan tanah," jelas Supriyanto. 

Uniknya lagi, setelah menetas anakan Maleo sudah mandiri. "Karena anak Maleo tidak tau siapa induknya jadi harus mampu survive dalam berbagai kondisi dan cuaca. harus mampu mencari makan sendiri dan mampu bertahan dari serangan predator," ungkapnya.

Supriyanto membenarkan kalau di TN Bogani Nani Wartabone yang semula bernama TN Dumoga Bone, yang merupakan penggabungan hutan Suaka Margasatwa Dumoga (93.500 hektar), Cagar Alam Bulawan (75.200 hektar), dan Suaka Margasatwa Bone (110.000 hektar) ini, pengunjung terbilang mudah melihat Maleo.

Pengunjung yang datang  ke TN yang namanya diambil dari nama Nani Wartabone, Pahlawan Nasional Indonesia asal Gorontalo ini dapat melihat habitat Maleo di Hungayono dan di Sanctuary Maleo Tambun.

Sekurangnya ada 4  kegiatan wisata alam minat khusus dalam melihat Maleo yang bermuatan ramah lingkungan atau wisata ekologi, yakni mengamati Maleo di lokasi peneluran atau habitat alaminya, mencari dan mengumpulkan telur Maleo, memindahkan dan menanam telur Maleo di Hatchery, dan me-release atau melepasliarkan anakan Maleo.

"Ada sejumlah sarpras atau sarana dan prasarana di lokasi Sanctuary Maleo seperti gerbang, tugu, kandang habituasi, hatchery, pusat informasi, jalur pengamatan, shelter, gubuk pengintaian, dan menara pengintaian," tambahnya.

Di Sactuary Tambun yang merupakan lokasi peneluran, tempatnya berdampingan dengan  lokasi pengamatan burung.

Selain melihat Maleo, masih ada sederet aktivitas wisata minat khusus lainnya yang bisa #sobathijau dan #sobatkonservasi lakukan selama berkunjung ke TN ini.

Misalnya, mengamati Anao dan Babi Hutan. TN ini memiliki 36 jenis mamalia. Lalu, mengamati Tarsius di Hungayono.

Selanjutnya, mengamati burung di Hungayono, Tambun, Toraut, dan Muara Pusian.

"Burungnya saja ada 206 jenis. Selain Maleo, ada Srigunting Jambul Rambut, Betet Kelapa Punggung Biru, Julang Sulawesi, Punai Penganten, Elang Bondol, Celepuk Sulawesi Cangak Merah, dan Merpati Hitam Sulawesi," bebernya.

Disamping itu juga 40 jenis reptilia, 13 jenis aktivis, 200 jenis kupu-kupu, 1.395 jenis kepik, 128 jenis laba-laba, 16 jenis capung, 19 jenis belalang, 25 jenis ikan air tawar.

Sementara floranya ada 331 jenis vegetasi hutan antara lain pohon palem, talas, dan pandan; 58 jenis anggrek; 12 jenis jamur; dan 124 jenis tumbuhan berkhasiat obat.

Tak ketinggalan ke sejumlah air terjun, antara lain Air Terjun Mengkang, Tumpah, Bolonsio, Lombongo, dan Air Terjun Bumbung.

"Air Terjun Bumbung paling tinggi dan letaknya paling jauh, dibutuhkan 3 hari perjalanan untuk sampai ke sana," ungkap Supriyanto.

Sobat Hijau dan Konservasi juga bisa ke sumber air panas yang berada di pinggir Sungai Bolango, Hungayono.

"Airnya panas atau hangat, biasanya wisman mandi berendam, tempatnya agak di pinggir terus ada seperti kubangan alami," terangnya.

Berikutnya ke goa batu yang berstalaktit, masih di Hungayono. Serta menikmati panorama alam (landscape view) di Bukit Peapata.

Travel Tips
TN Bogani Nani Wartabone berada di Sulawesi Utara (Sulut) dan Gorotalo. 

Kalau yang di Sulut, bisa diakses dari Bandara Manado ke Kotamobagu jalan darat sekitar 4 jam dilanjutkan ke Sactuary Tambun atau Muara Pusian sekitar 1 - 1,5 jam, langsung di Kantor Resort. Dari situ ke lokasi pengamatan Maleo sekitar 200 meter.

Kalau yang di Gorontalo, dari Bandara ke lokasi Desa Tulabolo, Kabupaten Bone Bolango sekitar 1,5 - 2 jam.

"Di sini ada 5 homestay, tarifnya Rp 200.000 per malam sudah termasuk sarapan pagi," ujarnya.

Selanjutnya dari desa bisa jalan kaki menuju gerbang pintu masuk sekitar 1,5 Km langsung bisa pengamatan jenis-jenis burung.

Alternatif lain dari desa naik ojek ke pos sekitar 30 menit, dilanjutkan jalan kaki sambil pengamatan jarak sekitar 2 km sampai di Sactuary Hungayono.

Harga tiket masuk TN Bogani Nani Wartabone sudah ditentukan sesuai klasifikasi, sebesar Rp 5.000 per wisnus pada hari biasa dan Rp 7.500 per wisnus untuk hari libur.

Untuk wisman Rp 150.000 hari biasa dan Rp 175.000 untuk hari libur dan ditambah pengamatan hidupan liar Rp 10.000 baik hari biasa maupun hari libur.

Menurut Supriyanto, sampai saat ini TN  Bogani Nani Wartabone masih ditutup sementara untuk kunjungan wisata sejak tanggal 25 Maret 2020.

"Kapan dibukanya, disesuaikan dengan kebijakan Pemda setempat dan juga arahan dari pusat," jelasnya.

Kalau pada masa new normal sudah  diperbolehkan di buka, pihaknya akan ikuti protokol kesehatan untuk masuk kawasan konservasi ini. 

Jumlah pengunjung akan disesuaikan dengan kapasitas menara pengamatan dan dengan tetap menjaga jarak.

"Kapasitas menara pengamatan yang semula 4 orang menjadi 2 orang. Tapi kalau pengamatan burung bisa maksimal 10 setiap site atau di air terjun masih bisa lebih banyak lagi sekitar 20 orang," pungkas Supriyanto. 

Sebagai informasi tambahan, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day (WED) yang diperingati setiap 5 Juni, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) serta Lawalata IPB akan menyelenggarakan acara berjudul: "Maleo the Heart of Wallacea" di Zoom Meeting, Jumat (5/6/2020) mulai pukul 1 WIB siang.

Selain Supriyanto, diskusi virtual tersebut juga akan menghadirkan 2 pembicara lagi yakni Dosen KSHE IPB Abdul Haris Mustari dan Ketua Ekspedisi Sayap Bonawa, Lawalata IPB Andre Harahap.

Acara yang akan dimoderatori oleh Adinda Egreina Putri dari Lawalata IPB itu juga menampilkan 3 narsum yakni Jihad dari Biodiversity Mainstreaming Officer, Hanom Bashari dari EPASS FCU Bogani Nani Wartabone, dan Herman Teguh dari Protected Area Specialist WCS Indonesia Program Sulawesi.

Sesuai judul IPB Webinar tersebut, Supriyanto akan memaparkan keistimewaan Maleo, si unik yang cantik, nan endemik, simbol hati dari Bumi Sulawesi dan sekaligus sang primadona TN Bogani Nani Wartabone.

Nah, kalau Anda berencana berwisata minat khusus maupun ecotourism ke TN Bogani Nani Wartabone pada era new normal setelah dibuka kembali, ada baiknya Anda membaca artilel TravelPlus ini terlebih dahulu dan atau mengikuti IPB Webinar tersebut sebagai bekal awal perjalanan Anda.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.@supriyanto1597 & @btnbogani_official

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP