. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 18 April 2020

Tren Wisata Berubah, Renew Tourism Product dan Garap Niche Market Jadi Solusinya

Pasca-bencana non alam wabah pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) berakhir, sejumlah pihak memprediksi tren wisata bakal berubah.

Guna menyambut dan menyesuaikan perubahan style atau gaya berwisata baik itu wisatawan nusantara (wisnus) maupun mancanegata (wisman) pasca-pandemi Covid-19, pelaku usaha di sektor pariwisata, khususnya inbound tour harus me-renew tourism product-nya setelah di-review dan dievaluasi terhadap produk lama yang selama ini ditawarkan/dijual kepada wisatawan. 

Hal itu disampaikan I Ketut Ardana dari Bali Sunshine Holiday Travel dalam diskusi virtual NGOPI Sore di Zoom Meeting,  Kamis (16/4/2020) yang diikuti sejumlah owner tour inbound dan beberapa wartawan pariwisata antara lain TravelPlus Indonesia.

"Tujuan me-renew tourism products-nya itu supaya kemasan dan pengelolaannya lebih baik, sesuai yang pasar inginkan," terang Ardana yang tak lain Ketua Asita Bali.

Kata Ardana, kalau perlu menyasar pasar baru yaitu niche market atau pasar minat khusus mengingat pasar tersebut diperkirakan semakin banyak peminatnya selepas Covid-19 berakhir.

Berikutnya, melakukan pembenahan di objek wisata, fasilitas kesehatan, sanitasi, keamanan, dan kenyamanan.

"Stakeholder harus kerjasama dengan pemerintah setempat karena sebagian besar pengelolaan objek wisata dikelola Pemda," tambahnya. 

Dinas Pariwisata dan pengelola objek wisata, lanjut Ardana, harus  memberikan treatment (harga khusus) untuk program recovery kepada travel agent (TA) &  tour operator (TO) seperti diskon tiket dan lainnya.

Sebagai tahap awal, pelaku usaha wisata sebaiknya berkonsentrasi menggarap pasar jangka pendek mengingat pasar domestik diprediksi akan mulai masuk masa recovery (pemulihan), Juli mendatang.

Setelah fokus menggarap pasar domestik, baru kemudian membidik pasar negara tetangga (ASEAN countries).

Hal lain yang penting dilakukan adalah belajar bahasa asing, terutama bahasa negara-negara yang menjadi pasar unggulan (captive markets) seperti Bahasa Thailand, Vietnam, dan Bahasa Mandarin, mengingat ketiga negara tersebut adalah penyumbang kunjungan wisman yang besar dan potensial. 

"Kalau Bahasa Inggris umumnya sudah dikuasai oleh stakeholders pariwisata. Biasanya wisman dari negara Philipina, Malaysia, Singapura, Australia, dan New Zealand menggunakan Bahasa Inggris," ungkapnya.

Pelatihan Bahasa Mandarin masih sangat diperlukan mengingat SDM (pemandu wisata dll) di Bali yang fasih berbahasa Mandarin, dirasa cukup kurang dan masih didatangkan dari daerah luar Pulau Dewata ini.

Upaya lebih fokus kepada pasar domestik juga diamini Wishnu dari GD Tour Bali, mengingat hal itu lebih mudah dan lebih realistis.

Menurut Wishnu masyarakat Bali sudah sangat siap dan tanggap menerima kembali wisatawan domestik setelah badai wabah Covid-19 selesai.

Beberapa strategi taktis jangka pendek pun diterapkan beberapa  pegelola Biro Perjalanan Wisata (BPW) asal DI Yogakarta.

Udji dari ViaVia Travel Jogja misalnya terus aktif di media sosial menyapa konsumennya, dengan brainstorming dan storytelling berkelanjutan sehingga konsumen dan mitra kerja bisa interaktif berkomunikasi. 

Strategi yang sama juga dilakukan Dahliana Ginting dari Lisa Tour Jogja, dengan rajin menyapa mitra kerjanya di belahan dunia lain dengan sekadar tegur sapa di Facebook dan WA kemudian berlanjut ke email dan update products.

Lain lagi dengan Monas Travel Surabaya yang belakangan rajin mengajak Instagram (IG) followers-nya untuk ikut storytelling dan bermacam  kuis menarik dan berhadiah.

Bahkan Monas juga mengajak interaksi menentukan pilihan destinasi favorit dalam bucket list

Akhirnya dari berbagai kegiatan tersebut ditemukan pilihan destinasi impian followers-nya.

"Ini salah satu taktik sebagai survey pasar terbaru setelah Covid-19," ujar Monas.

Daniel G Nugraha dari Exotic Java Trails Bandung yang menjadi host diskusi Kamisan kedua bertema "READINES TOURISM STAKE HOLDERS after COVID-19, what whe should do?" ini, menyimpulkan bahwa pelaku industri wisata masih tetap optimis dan berharap bisa kembali berbisnis pasca serbuan Covid-19 dengan menyasar pasar domestik lebih awal baru kemudian pasar negara tetangga kawasan ASEAN.

Menurutnya hal yang tak kalah penting adalah membuka pintu gerbang penerbangan asing untuk mendatangkan dan mendistribusikan wisman dengan menyiapkan Bali sebagai Hub-nya.

"Jika Bali berhasil dipercaya dunia maka pariwisata Indonesia akan kembali bersinar," pungkas Daniel dalam resume hasil diskusi virtual Ngopi Kamisan yang digelar para inbound tour yang tergabung dalam WAG Para Pejuang Devisa ini.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto:  dok. bali sunshine holiday & adji

Captions:
1. Me-renew tourism products sebagai persiapan menyambut tren wisata pasca-Covid19. (dok. bali sunshine holiday)
2. I Ketut Ardana dari Bali Sunshine Holiday Travel. (dok. bali sunshine holiday)
3. Konsentrasi menggarap pasar jangka pendek, pasar domestik. (dok. bali sunshine holiday)
4. Wishnu dari GD Tour Bali.
5. Monas Travel Surabaya, pojok kanan atas.
6. Daniel G Nugraha dari Exotic Java Trails Bandung, pojok kanan atas.


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP