. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 27 April 2020

Sambut New Normal Tourism, Bisnis Perjalanan Wisata Kudu Siap dan Adaptasi Ketrampilan

Bisnis perjalanan wisata harus bersiap menyambut era baru pariwisata yang disebut “new normal tourism”.

Era normal baru dalam pariwisata ini akan sangat memperhatikan higinitas.

Hal itu disampaikan Tazbir Abdullah yang pernah menjabat Asisten Deputi Bisnis Kementrian Pariwisata (2017-2018) dan Kepala Dinas Pariwisata DIY (2007-2013) dalam diskusi daring webinar via webex bertema "Kiat Strategi Adaptasi Bisnis Perjalanan Wisata Pasca-Pandemi Covid-19", yang digelar Program Studi Sarjana Terapan Bisnis Perjalanan Wisata, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (25/4) sore. 

Kata Tazbir, new normal dalam pariwisata, tumpuannya pada kesiapan destinasi, melingkupi  differensiasi, keunikan, dan kualitas produk wisata yang ditawarkan.

Oleh karena itu maka tanggung jawab pemerintah dalam mempersiapkan destinasi menjadi lebih besar.

Konsekuensinya kebijakan anggaran pemerintah harus lebih fokus pada persiapan destinasi yang memenuhi tuntutan new normal.

"Promosi dan pemasaran relatif akan lebih mudah jika destinasinya sudah siap," ungkapnya.

Menurut penasehat DPP ASITA ini sangat dibutuhkan integrasi seluruh stakeholder untuk mewujudkannya. 

Kata dia, produk-produk yang menerapkan protokol kesehatan akan dijadikan prinsip.

Covid-19 ini justru akan menghadirkan kreativitas pelaku wisata untuk tidak melakukan business as usual saja yang membutuhkan integrasi semua sektor untuk meningkatkan kompetensi dan standardisasi agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain.

"Situasi Covid-19 ini dirasakan yang sama oleh semua negara di dunia," tambah Tazbir.

Melihat tuntutan bisnis perjalan yang berubah kedepan, lanjut Tazbir, maka perguruan tinggi yang membuka kajian bisnis perjalanan wisata juga harus beradaptasi dengan tuntutan masa depan tersebut.

Kreativitas Pemandu
Pemantik diskusi lainnya Andi Muhammad Mudhiuddin selaku Ketua Komisi Etik DPP Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) mengatakan situasi yang terjadi pada rekan-rekan pemandu wisata hari ini bahwa semua pemandu tidak mendapatkan wisatawan sejak Februari.

Maka, dibutuhkan kreativitas seorang pemandu untuk mengembangkan usaha lain selain kepemanduan, misalnya retail atau kuliner yang bisa dikembangkan dengan bisnis daring sebagai solusi jangka pendek.

“Di masa pemulihan mendatang, target wisatawan yang harus difokuskan adalah wisatawan domestik,” ungkap Andi yang pernah menjabat sebagai Ketua DPD HPI DIY periode 2009-2013.

Dalam sambutan sekaligus paparannya, nara sumber Nuryuda Irdana selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Bisnis Perjalanan Wisata, Sekolah Vokasi UGM menyampaikan kalau pandemi Covid-19 ini sangat memukul industri pariwisata dan sangat dibutuhkan strategi praktis segera untuk biro perjalanan wisata.

“Program studi kami bersama konsorsium program studi sejenis se-Indonesia sebagai representasi akademisi mencoba memaksimalkan program penelitian dan pengabdian masyarakat untuk memberikan solusi,” terangnya.

Dalam sesi tanya jawab, Endang Komesty Sinaga selaku Ketua Program Studi D4 Bisnis Perjalanan Wisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung menyampaikan bahwa kalangan perguruan tinggi juga dipusingkan dengan rencana program praktik kerja lapangan yang membutuhkan industri bisnis perjalanan wisata sebagai mitra, sedangkan situasi masih dalam suasana pandemi seperti ini.

Hal lain yang diperlukan untuk diketahui segera adalah perilaku wisatawan pasca-pandemi ini. 

Penanggap lain, Kornelus dari DPC HPI Kalimantan Utara menyampaikan kalau virtual tourism dan guide bisa menjadi salah satu alternatif.

Merespon hal tersebut, Andi Muhammad Mudhiuddin mengatakan teknologi menjadi hal yang tidak bisa dibendung, namun marwah pemandu wisata jangan sampai hilang karena tergeser dengan teknologi.

Tazbir juga menanggapinya dengan mengatakan esensi pariwisata adalah interaksi dengan manusia. Ia meyakini teknologi tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia.

Panca Sarungu dari BLK Serang mempertajam diskusi dengan menanyakan skill baru apa yang harus dikuasai pemandu dan produk wisata semacam apa yang bisa dibuat pasca-pandemi ini, apakah model pariwisata berkelompok masih dominan.

Andi Muhammad Mudhiuddin lalu menanggapinya, kalau ketrampilan kepemanduan dan produk wisata yang menerapkan konsep menjaga jarak akan menjadi dominan ke depan.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.@tazbirabdullah


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP