. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 25 April 2020

Mengenal Lebih Dekat Sosok Basoeki Abdullah dari Camelia Malik, Yusuf Susilo, dan Dewi Motik

Menyebut nama Basoeki Abdullah, mungkin ada dua hal yang terlintas dibenak orang awam/kebanyakan (baca: kurang melek sejarah). Pertama, pelukis  Indonesia yang namanya mendunia dan nama museum yang berada di Cilandak, Jakarta Selatan, yakni Museum Basoeki Abdullah.

Kedua jawaban itu jelas benar. Tapi apakah generasi milenial sekarang banyak yang tahu kalau pria nyentrik bernama lengkap Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, Hindia Belanda, 25 Januari 1915 ini pernah menikah empat kali (pertama dengan gadis bernama Josephin asal Belanda, lalu Maya Michel, kemudian dengan Somwang Noi dari Thailand, dan keempat dengan Nataya Nareraat juga dari Thailand)?

Apakah banyak yang tahu kalau dia meninggal secara tragis di rumah kediamannya (sekarang menjadi Museum Basoeki Abdullah), Jum’at, 5 Nopember 1993 pada usia 78 thn karena dibunuh seorang pencuri, lalu jenazahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta, bersanding dengan makam dr. Wahidin Sudirohusodo, kakek yang amat dicintainya?

Apakah juga banyak yang tahu kalau maestro pelukis Indonesia beraliran realis dan naturalis ini  pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi Istana-Istana Negara dan Kepresidenan Indonesia, bahkan karya lukisannya menjadi barang koleksi sejumlah kolektor seni dari penjuru dunia?

Dan apakah anak-anak kekinian banyak juga yang tahu kalau Basoeki Abdullah pernah melukis penyanyi dangdut senior yang mahir menari Jaipong, Camelia Malik dan juga mantan top model dan peragawati Dewi Motik?

Jujur, saya sendiri tidak sampai tahu sejauh itu. Karena itulah saat ada kiriman undangan seminar daring bertajuk “Basoeki Abdullah dan Model Lukisan Wanita” lewat pesan WA secara japri dari Maeva Salmah selaku Kepala Museum Basoeki Abdullah, saya pun langsung menjawab Insya Allah akan ikut bergabung dalam seminar yang dilaksanakan pada Kamis, 23 April 2020 lalu itu.

Pasalnya seminar yang diikuti oleh kurang lebih 80 peserta melalui aplikasi zoom, dan ditonton oleh 70 peserta melalui live channel di youtube Museum Basoeki Abdullah ini bukan hanya dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Sri Hartini yang mengapresiasi kegiatan ini, tapi juga karena menghadirkan dua perempuan yang pernah dilukis Basoeki Abdullah semasa hidup yakni Camelia Malik dan Dewi Montik serta satu orang narsum wartawan budaya senior, Yusuf Susilo Hartono.

Lewat pemaparan Camelia Malik di seminar yang dimoderatori Bambang Asrini Widjanarko ini, akhirnya saya baru tahu bagaimana proses perjalanan sampai si pelantun lagu Colak-Colek dan Wakuncar ini dilukis oleh Basoeki Abdullah.

Camelia Malik (65), artis berdarah Minangkabau yang pernah berjuluk "diva dangdut jaipong" ini menceritakan pada awalnya dia ditelepon sekretaris Basoeki Abdullah yang mengatakan apakah mau dilukis oleh Basoeki Abdullah sebagai penari jaipongan bukan penyanyi dangdut.

Ketika itu Basoeki Abdullah menanyakan bayaran yang diinginkan untuk menjadi model lukisnya, namun wanita yang akrab disapa Mia ini menolak untuk dibayar.

Ia mau dilukis oleh Basoeki Abdullah jika lukisan tersebut akan menjadi miliknya.

Setelah melalui pertemuan langsung dengan Mia, Basoeki Abdullah pun menyetujui hal tersebut, namun lukisannya nanti akan dipamerkan terlebih dahulu dalam pameran yang dilaksanakan di Hotel Sahid. 

Menurut Mia, Basoeki Abdullah memintanya melakukan berbagai pose tarian jaipong saat hendak dilukis. Hal ini dilakukan untuk mencari gaya yang akan dilukis oleh sang maestro.

Ia juga bahkan diminta untuk datang kembali keesokan harinya dengan menggunakan baju, aksesoris, dan tata rias yang sama dengan sebelumnya.

Mia mengaku merasa sangat bahagia pernah menjadi model lukis seorang maestro lukis yang terkenal bahkan sampai keluar negeri.

Ia juga merasa sangat bangga memiliki lukisan hasil karya seorang Basoeki Abdullah.

Menolak Dilukis Telanjang
Begitupun lewat penuturan Dewi Motik (70) yang menceritakan pengalaman pertamanya bertemu Basoeki Abdullah, pada tahun 1975, sebulan sebelum pernikahannya. 

Dari cerita pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) ini, saya jadi tahu kalau Basoeki Abdullah ternyata sudah berkerabat lama dengan orang tua Dewi Motik menawarkan Dewi Motik untuk dilukis.

Beliau meminta izin untuk melukis Dewi Motik sebagai Ladygodiva-nya Indonesia, rambutnya yang panjang terurai naik kuda putih, telanjang.

Mendengar kata 'telanjang', Dewi Motik menolak karena tidak mau untuk dilukis seperti itu, keluarganya juga akan berkeberatan, apalagi ia akan segera menikah.

Menurutnya Basoeki Abdullah tidak pernah memaksakan kehendak. “Basoeki Abdullah sangat menghargai perbedaan, sangat menghargai prinsip orang,” ujarnya. 

Beliau tidak membujuk Motik untuk mengikuti inspirasinya itu. Akhirnya Basoeki meminta izin untuk melukis Dewi Motik dengan gaya ballerina, yang diperuntukkan sebagai kado pernikahan Dewi Motik.

Setelah pertemuan itu, Dewi Motik bersahabat dengan Basoeki Abdullah.

Dewi Motik pun menceritakan pada hari Basoeki Abdullah meninggal, tepatnya 5 November 1993, mereka telah memiliki rencana untuk makan siang bersama dengan Nataya Narerat, istri Basoeki Abdullah.

Sekitar pukul setengah lima pagi, Dewi Motik mendapat telepon dari sekretaris Basoeki, dan mendapatkan kabar meninggalnya Basoeki Abdullah karena dibunuh.

Dia juga mengutarakan pengalamannya saat mendengar kabar duka tersebut, dan langsung mendatangi jenazahnya di RSCM.

Dia melihat sosok Basoeki Abdullah bersimbah darah di kamar jenazah rumah sakit, betapa merupakan kenangan yang sangat amat mengerikan dan menyedihkan.

Dewi Motik pun menilai Basoeki Abdullah orang yang rendah hati. “Dia mau datang ke pameran pelukis pemula”, ujarnya.

Basoeki menurutnya juga orang yang sangat lucu dan juga cerdik untuk bisa membuat orang mau dilukis. 

Basoeki Abdullah sebelumnya pernah ingin melukis ibu dari Dewi Motik. Mengetahui suaminya yang tidak mungkin akan mengizinkan, Basoeki menawarkan keduanya untuk dilukis bersama. Ketika itu, Basoeki melukis menggunakan cat air.

Menurut Dewi Motik, sepengetahuannya Basoeki jarang sekali memakai cat air, ia lebih sering memakai cat akrilik. Ternyata dengan cat air, hasil lukisannya juga luar biasa bagus, karena itu Dewi Montik menilai Basoeki Abdullah merupakan sosok pelukis yang mahir dalam menggunakan segala media untuk melukis.

Begitupun dari pemaparan Yusuf Susilo Hartono di seminar yang pesertanya berasal dari berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa, dosen, seniman, perupa, hingga wartawan, yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia ini, saya jadi paham ternyata ada dua strategi Basoeki Abdullah dalam melukis.

Pertama, beautifikasi atau mengelokkan, dipercantik, diperbagus yang diambil dari kacamata Basoeki Abdullah.

Kedua, Basoeki Abdullah memilih segmen lapisan atas dalam berkarya.

Faktanya, Basoeki Abdullah kerap melukis tokoh-tokoh ternama baik perempuan maupun laki-laki.

Beliau melukis dari kalangan presiden, raja-raja, ratu, menteri, sampai artis tersohor ketika itu, di antaranya Dewi Motik dan Camelia Malik.

Berdasarkan cerita Yusuf Susilo saya juga jadi tahu kalau Basoeki Abdullah semasa hidupnya selalu berkarya dalam studio, menggunakan beberapa pendekatan, yaitu menghadapi langsung obyek yang dilukis, menghadapi model penggantinya, dan menghadapi foto atau sketch.

"Basoeki Abdullah menghadapi langsung obyeknya ketika melukis tokoh-tokoh dunia, raja, presiden, artis. Basoeki Abdullah juga menggunakan model pengganti sewaktu melukis Nyi Roro Kidul," terang Yusuf Susilo.

Kata Sang Cucu
Menariknya dari seminar yang menurut Maeva Salmah merupakan kegiatan perdana yang dilakukan untuk tetap menginspirasi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini, bukan hanya dari tiga narsum itu  saja saya jadi lebih mengenal sosok Basoeki Abdullah, tapi juga dari pemaparan Erica Hestu Wahyuni, cucu Basoeki Abdullah serta Vikey Yordan, kerabat Basoeki Abdullah lainnya.

Dari Erica, saya jadi tahu kalau Basoeki biasa dipanggil Eyang Bas oleh Erica itu orangnya selalu ingin dianggap muda. Bahkan beliau lebih mau dipanggil Pak De Bas dibandingkan Eyang Bas.

Erica mengaku mengagumi teknik Basoeki Abdullah dalam melukis.

Menurutnya, Basoeki Abdullah mempelajari teknik melukis secara otodidak, ditambah dengan teknik yg dipelajari selama sekolah di Belanda menghasilkan karya yang luar biasa. 

"Mendengar cerita dari Ibu Dewi Motik dan Mbak Camelia Malik menjadikannya (Basoeki Abdullah) sangat istimewa secara personality, secara skill yang menjadi ramuan yang membuat tidak akan ada Basoeki Abdullah kedua," ujar Erica.

Sementara dari Vikey Yordan, saya juga jadi tahu kalau Basoeki Abdullah itu pekerja keras, buktinya setiap hari ke studio, tidak ada hari libur, bahkan Sabtu-Minggu tetap melukis. 

Nah, kalau Anda mau tahu lebih dekat dengan sosok Basoeki Abdullah, sebenarnya ada beberapa cara.

Pertama, datang ke Museum Basoeki Abdullah (Musbadul) yang beralamat lengkap di Jl. Keuangan Raya No.19, RT 7/RW 5, Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan. (Tapi nanti kalau sudah dibuka kembali usai Covid-19 pergi).

Menurut Maeva Salmah, di Musbadul ada 108 koleksi lukisan asli Basoeki Abdullah dan 11 lukisan repro.

"Lukisan beliau juga ada di Istana Kepresidenan RI, Museum Purnabakti Pertiwi, Istana Thailand, Belanda, dan sejumlah tempat lain yang belum terdeteksi," jelas Maeva Salmah kepada TravelPlus Indonesia usai seminar daring tersebut.

Nah cara yang kedua, karena saat ini masih #workfromhome dan #physicaldistancing untuk memutus rantai sebaran Covid-19, Anda cukup melihat siaran ulang seminar daring ini di link: https://bit.ly/seminardaringlive, ya #dirumahsaja.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Para narsum, panitia pelaksana dan beberapa peserta seminar daring bertajuk “Basoeki Abdullah dan Model Lukisan Wanita” yang digelar Musbadul.
2. TravelPlus Indonesia bukan sekadar ikut pun sekaligus meliput seminar tersebut.
3. Camelia Malik menceritakan proses sampai dia dilukis Basoeki Abdullah.
4. Dewi Motik setelah dilukis akhirnya bersahabat dengan Basoeki Abdullah.
5. Basoeki Abdullah saat melukis model wanitanya. (dok.@musbadul)
6. Yusuf Susilo narsum dari sudut pandang wartawan seni budaya.
7. Peserta seminar daring perdana di masa pandemi Covid-19 ini diikuti peserta dari berbagai provinsi.
8. Kepala Musbadul, Maeva Salmah (kanan atas) saat menjelaskan tujuan seminar daring ini.




0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP