Di Festival Indang Pariaman Maret Ini, Seribu Penari Siap Pecahkan Rekor MURI
Buat traveler yang berencana berwisata ke Kota Pariaman (orang setempat menyebutnya Paiaman, huruf 'r'-nya tak terdengar), Sumatera Barat (Sumbar) Maret ini, sepertinya akan mendapatkan suguhan culture event yang spesial, bertajuk Festival Indang Pariaman.
TravelPlus Indonesia bilang spesial, karena di event perdana Calendar of Event (CoE) Kota Pariaman 2020 yang akan berlangsung 22-22 Maret tersebut akan menampilkan kesenian Indang untuk memecahkan Rekor MURI.
"Dalam Festival Indang Pariaman 2020 yang diselenggarakan Pemkot Pariaman melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan atau Disparbud-nya ini akan memecahkan Rekor MURI dengan keterlibatan 1.000 pemain Indang yang semuanya pelajar se-Kota Pariaman," terang Kepala Disparbud Kota Pariaman Alfian kepada TravelPlus Indonesia baru-baru ini.
Para pemain Indang tersebut akan memakai kostum khas warna-warni lengkap dengan membawa atribut Rapa'i atau alat musik pukul tradisional Minang yang bentuknya seperti Rebana kecil.
"Mereka akan tampil secara kolosal membawakan Indang untuk memecahkan Rekor MURI yang akan dibuka oleh Walikota Pariaman Genius Umar," ungkap Alfian.
Kesenian Indang tersebut, lanjut Alfian akan ditampilkan pada ajang Rapat Kerja Wilayah I Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesias (Rakerwil I APEKSI), dimana Kota Pariaman menjadi tuan rumah, yang kemudian dikemas menjadi Festival Indang Pariaman (FIP).
Adapun tujuan pemecahan Rekor 8MURI tersebut sebagaimana tertuang dalam proposal FIP untuk MURI yang dikirim Kabid Pemasaran Dispar Kota Pariaman Devi Hastuti ke TravelPlus Indonesia adalah untuk menumbuhkan kesadaran dan rasa cinta Tanah Air melalui kesenian Indang Pariaman, serta sekaligus menunjang promosi pariwisata Kota Pariaman lewat pemanfaatan kebudayaan daerah.
Dijelaskan pula kesenian Indang dalam FIP yang pertama ini akan berdurasi 12 menit dengan iringan lagu Dikie, kemudian dilanjutkan dengan lagu Indang sesuai dengan tema yang disertai gerakan tarian para pemainnya.
Target audiens FIP 2020 ini bukan hanya para peserta Apeksi se-Sumatera, budayawan dan seniman Sumbar serta masyarakat umum, tapi juga wisnus dan wisman.
Tradisi Sastra Lisan Islami
Sebagai informasi tambahan, Indang merupakan kesenian Sastra Lisan Islami Minangkabau yang berasal dari Sumbar, khususnya Pariaman.
Tradisi yang disampaikan secara lisan ini dilakukan secara berkelompok sambil berdendang dan memukul Rapa'i.
Catatan sejarah menyebut Kesenian Indang ini lahir dan berkembang di surau-surau yang dimainkan ba'da (sesudah) mengaji.
Isi dari nyanyian yang didendangkan bercerita tentang pengajaran agama, oleh sebab itu bersifat dakwah dan pemainnya adalah para pemuda yang tengah menuntut ilmu agama.
Seiring perubahan dan perkembangan zaman, kesenian Indang kemudian ditampilkan di tempat keramaian untuk menjadi atraksi tontonan seperti dalam acara pesta pernikahan, alek nagari, penampilan kesenian, dan lain-lain.
Kesenian Indang ini biasanya dilakukan sambil duduk berdampingan, berderet-deret antara 9 sampai 25 orang atau dengan kata lain jumlahnya harus ganjil.
Masing-masing pemainnya memegang dan memainkan Rapa'i serta mengiringi gerakannya dengan alunan lagu-lagu secara bersamaan atau serempak.
Sambil menari, pemain Indang akan memukul-mukul dan menjentikan jari ke Ripa'i tersebut.
Dalam permainan Indang tersebut gerak tubuh juga menonjol, yakni gerakan meliuk-liukan badan secara serempak serta berlawanan arah antara pemain yang satu dengan pemain lainnya.
Kalau yang satu meliukkan badan ke kanan agak ke depan, maka pemain berikutnya meliukkan badan ke arah kiri ke belakang.
Kesenian Indang ini boleh dibilang menjadi ikon seni budaya Pariaman.
Di berbagai acara baik itu tingkat lokal, nasional bahkan level internasional kerap ditampilkan.
Contohnya pada sport tourism event tahunan Sumbar, Tour de Singkarak (TdS) tahun lalu yang grand opening dan grand start-nya dimulai dari Kota Pariaman tanggal 2 November 2019, Kota Pariaman menampilkan Indang dan parade Gandang Tambua Tasa serta kesenian tradisional lainnya.
Lalu pada pertemuan Tourism Promotion Organization (TPO) for Asia Pacific Cities atau pertemuan organisasi promosi wisata kota se-Asia Pasifik di Busan, Korea Selatan (Korsel), tim Kota Pariaman yang dipimpin Genius Umar juga menampilkan Tari Indang.
Jika dalam FIP 2020 Maret ini kesenian Indang berhasil memecahkan Rekor MURI, maka berarti bertambah pula koleksi gelar serupa buat Pemkot Pariaman.
Sebab sebelumnya penampilan 1.000 pemain Gandang Tambua Tasa di Puncak Hari Nusantara 2019 yang bertempat di Pelataran Parkir Tugu Maritim Muaro, Pantai Gandoriah, Kota Pariaman, Sabtu (14/12), sudah lebih dulu mencatatkan Rekor MURI.
Seluruh pemain Indang yang bakal memecahkan Rekor MURI dalam FIP 2020 dikabarkan sudah mulai latihan..Venue latihannya dipusatkan di GOR Rajo Bujang Karan Aur, Kota Pariaman.
Selain FIP, masih ada 47 event lagi yang akan digelar di Kota Pariaman sampai November 2020. Setelah FIP, lalu Tour De Pariaman, Gandoriah Art Festival, Pariaman Internasional Music Fest, Piaman Food Festival, Festival Tabuik Piaman, Pariaman Internasional Run, Vlogger Summer Camp, hingga Back To Nature.
"Semua event itu digelar dengan tujuan untuk meningkatan kunjungan wisatawan ke Kota Pariaman," pungkas Alfian.
TravelTips
Buat traveler yang ingin menyaksikan pemecahan Rekor Muri 1000 penari/pemain Indang dalam FIP 2020 di Kota Tabuik, julukan Kota Pariaman ini, paling praktis naik pesawat dari kota asal, misalnya dari Jakarta ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Sumbar.
Selanjutnya dari BIM bisa carter mobil atau pesan transportasi online (grabcar atau gocar) ke lokasi acara FIP yakni di Balai Kota Pariaman sekitar 25 Km. Waktu tempuhnya sekitar 25 menit.
Kalau lewat Ibukota Sumbar, Padang diperlukan lebih kurang 45 menit berkendara menuju Kota Pariaman yang berjarak 50 km dari Kota Padang.
Dari Kabupaten Agam butuh sekitar 30 menit. Buat yang suka backpacker-an bisa naik Kereta Api Sibinuang dari Padang ke Pariaman, ongkosnya lebih ekonomis.
Pilihan menginapnya ada beberapa hotel antara lain Hotel Al Madinah Pariaman, Hotel Nan Tongga, Hotel Tazkia, Hotel Safira, Hotel Romi, dan Hotel Atami. Tarifnya berkisar antara Rp 200 ribu sampai 500 ribu per malam.
Jenis akomodasi lain yang cocok buat turis ransel berupa wisma antara lain Wisma Esra, Wisma Putra Bungsu, dan Wisma Bundo Kanduang yang harganya lebih murah.
Obyek wisata yang bisa traveler kunjungi usai menyaksikan FIP 2020 antara lain wisata bahari Pantai Gandoria, Pantai Kata, Pulau Angso Duo (ada Makam Panjang), Pulau Kasiak (ada mercusuar-nya), wisata buatan Taman OPC, wisata sejarah Masjid Tuo Kurai Taji, Masjid Raya Guci Badano, Masjid Raya Kota Pariaman, Rumah Gadang Mohammad Saleh, Stasiun Kereta Api Pariaman, dan Sekolah Tinggi Khusus Beruk (STKB) yang unik.
Jangan lupa nikmati aneka kuliner khasnya seperti Nasi Sek (nasi kucing-nya Pariaman), Sala Lauak, Gulai Kapalo Ikan, Sate Pariaman yang sudah me-nasional, Nasi Sala, Ladu Arai Pinang (bisa buat oleh-oleh), Katupek Gulai Tunjang Gulai Jangek di sekitar Pantai Gondaria, dan Idiyappam atau Putu Mayang (kue khas keturunan India Keling/hitam di Pariaman) tepatnya di Kampuang Kaliang Piaman, Kelurahan Lohong, Kecamatan Pariaman Tangah serta minuman Pokat Cancang di Los Lambuang Pasar Kurai Taji Pariaman.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, Ig: @adjitropis)
Foto: dok.disbudpar kota pariaman & adji
Captions:
1. Para pemain Indang, kesenian tradisional khas Pariaman.
2. Kostum pemain Indang full color alias warna-warni.
3. Kesenian Indang merupakan tradisi lisan yang memadukan berbagai unsur seni antara lain musik, lagu, dan gerak atau tarian.
4. Indang dulu dimainkan oleh para pemuda di surau-surau ba'da mengaji.
5. Calendar of Event (CoE) Kota Pariaman 2020.
6. Kesenian Indang bakal pecahkan Rekor MURI dengan melihatkan 1.000 pelajar se-Kota Pariaman dalam Festival Indang Pariaman (FIP).
7. Nasi Sek khas Pariaman.
8. Pantai Kata, salah satu pantai wisata di Kota Tabuik, Pariaman.
0 komentar:
Posting Komentar