Yachter Mancanegara Antusias Belajar Masak Kasuami dan Sop Parende Khas Buton
Dua yachter asal Swedia begitu antusias belajar memasak (cooking class) dua kuliner tradisional Buton, Kasuami dan Sop Parende.
Lokasi memasaknya di Pasarwajo, tepatnya di Lembaga Kursus Pelatihan (LKP) Nobel Star punya yayasan yang diketuai oleh Sekretaris Pariwisata Kabupaten Buton, Rusdi Nudi.
Kedua bule pasutri asal Swedia bernama Johan dan Lisa itu merupakan perwakilan para peserta Wonderful Sail Indonesia yang mengikuti serangkaian acara Festival Budaya Tua Buton (FBTB) di Kabupaten Buton, 19-24 Agustus 2019.
Saat belajar memasak Kasuami dan Sop Parende, keduanya dipandu masyarakat setempat.
Kuliner pertama yang mereka masak adalah Kasuami.
Selain menjadi makanan khas Buton, kuliner unik berbahan utama ubi kayu atau singkong ini juga ada di beberapa daerah lain di Sulawesi Tenggara, yakni Muna dan Wakatobi.
Proses pembuatan Kasuami, pertama singkong dikupas kulitnya lalu cuci hingga bersih kemudian diparut atau digiling dengan mesin parutan seperti memarut kelapa.
Gilingan itu kemudian dibungkus dengan kain atau karung yang bersih agar tetap higinis.
Biar kadar air gilingan singkong itu berkurang, lakukan penindisan. Lalu biarkan selama 1-3 jam hingga air benar-benar kering.
Selanjutnya gilingan itu dimasukkan ke dalam kukusan kecil berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Baru dimasukkan ke dalam periuk kukusan untuk dikukus.
Kalau gilingannya sudah menyatu dan terasa seperti adonan yang kental kalau ditusuk, itu menandakan Kasuami telah matang dan siap dihidangkan.
Saat gilingan singkong itu dikukus, Johan dan Lisa beralih ke masakan kedua yakni Sop Parende.
Mereka menyiapkan bumbunya dengan cara mengiris bawang merah, bawang putih, tomat, belimbing sayur, dan juga memotong-motong cabe merah.
Bumbu lainnya ada kunyit bubuk kering dan sereh. Sop satu ini tidak menggunakan bumbu penyedap sama sekali.
Ikan yang dipakai untuk Sop Parende adalah Ikan Bubara. Biasanya masyarakat membelinya di tempat pelelangan ikan di Teluk Pasarwajo.
Semua bumbunya tidak ditumis sesuai resep masakan orang Buton dulu melainkan langsung dimasukkan ke dalam rebusan air dalam wajan ataupun panci. Tapi sekarang banyak orang yang menumis terlebih dulu bumbunya.
Setelah itu potongan ikan dimasukkan ke dalam rebusan air yang sudah berbumbu, dimasak sekitar 15 menit.
Kalau aromanya sudah tercium, itu tandanya Sop Parende sudah siap disajikan.
Setelah Kasuami dan Sop Parenda matang, kedua bule itu dan juga masyarakat kemudian makan bersama selagi kedua masakan itu masih hangat.
Selain Kasuami, teman bersantap Sop Parende bisa juga Buras ataupun Ketupat.
Selepas makan, Lisa penasaran dengan bungkus/kulit Ketupat dan dia meminta diajarkan bagaimana membuat kulit Ketupat dari daun kelapa.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Buton La Ode Zainuddin Napa mengatakan cooking class menjadi salah satu acara tambahan dalam FBTB yang diadakan setiap tahun.
"Acara ini memang diperuntukan buat wisman terutama para yachter yang mengikuti serangkaian acara FBTB dengan tujuan untuk memperkenalkan kekayaan kuliner khas Buton agar mendunis sekaligus supaya mereka mengetahui bahan dan proses memasaknya," terangnya.
Menurut Zainuddin selain Kasuami dan Sop Parende masih banyak jenis kuliner tradisional Buton baik itu berupa makanan utama/lauk pauk maupun panganan/camilan.
Namun tak bisa dipungkiri kedua jenias makanan itu paling populer dan tak heran sampai ada anggapan, belum lengkap kunjungan ke Buton kalau belum menyantap Kasuami dan Sop Parende-nya.
"Nah, kalau wisatawan ingin menikmati Sop Parende, salah satunya di Warung Wangi-Wangi di Jalan Protokol, Kelurahan Saragi, Kecamatan Pasarwajo," ungkap Zainuddin.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar