Mau Lihat Turis Bule Masak Makanan Khas Buton? Datanglah Saat Festival Budaya Tua
Buat masyarakat Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) pasti sudah terbiasa setiap hari memasak aneka makanan khas daerahnya. Tapi kalau turis asing alias bule yang memasaknya itu jelas langka, dan adanya cuma setahun sekali yakni saat penyelenggaraan Festival Budaya Tua Buton.
Nah, dalam Festival Budaya Tua Buton (FBTB) tahun ini, kelas belajar memasak makanan khas Buton yang diikuti sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) yakni para yachter dari berbagai negara, peserta Sail Wonderful Indonesia 2019 akan kembali diadakan.
FBTB 2019 atau yang ketujuh ini akan berlangsung 19-24 Agustus mendatang, berpusat di Taman Alun-Alun Takawa, Pasarwajo, Ibukota Kabupaten Buton.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buton, La Ode Zainuddin Napa kelas memasak tersebut kembali diadakan karena ternyata diminati para yachter sekaligus menjadi salah satu daya tarik FBTB.
"Di FBTB tahun lalu, para yachter sangat antusias mengikuti kelas belajar memasak makanan khas Buton langsung di rumah penduduk," terang Zainuddin kepada TravelPlus Indonesia, Kamis (15/8).
Ketika itu masakan yang dibuat terdiri atas makanan ringan atau panganan/kue dan juga masakan berat atau lauk pauk khas Buton.
Jenis panganan yang dibuat antara lain Tuli-tuli yakni salah satu jenis gorengan khas Buton yang terbuat dari adonan ubi kayu yang dibentuk seperti angka delapan.
"Gorengan favorit masyarakat Buton ini rasanya gurih, apalagi disantapnya dengan sambal goreng, hemm.., mantuuul," terang Zainuddin.
Selain membuat Tuli-tuli, para yachter juga diajarkan memasak masakan khas Buton lainnya seperti sup ikan atau parende dan sayur konduru.
"Mulai dari mengupas bawang merah, bawah putih lalu mengirisnya, semua dilakukan oleh mereka (wisman-red), dipandu tukang masak warga lokal," jelasnya.
Usai belajar memasak, mereka mengaku senang dan ingin mencoba lagi. "Bahkan pasangan yachter dari Amerika Serikat yakni Mr.David dan Amy Alton sampai membuat videonya lalu di-posting di youtube dengan judul A truly taste of Indonesian cultures," terangnya.
Beberapa yachter lainnya juga memberikan testimoni menyenangkan. "Salah satunya ada yang berkesimpulan bahwa FBTB menduduki urutan 1 dalam hal pengelolaan informasi dan tampilan/kemasan iven," ungkap Zainuddin.
Melihat kesuksesan acara itu, makanya panitia FBTB 2019 akan mengadakan kembali kelas memasak masakan khas Buton khusus para yachter tersebut.
"Selain belajar memasak masakan khas Buton, para yachter juga akan mengikuti atau melihat serangkaian acara tradisi tua Buton seperti Tanu (tradisi menenun), Pedole-dole (tradisi imunisasi), Tandaki (tradisi sunatan), Posuo (tradisi pingitan), dan Pekande-kandea (tradisi makan bersama), serta akan melakukan diving di beberapa spot diving yang ada di perairan Buton," pungkas Zainuddin.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.disparkab buton
Captions:
1. Sejumlah wisman mengamati cara menggoreng Tuli-tuli, panganan khas Buton dalam rangkaian acara Festival Budaya Tua Buton (FBTB) tahun lalu.
2. Membuat Tuli-tuli berbentuk angka 8.
3. Para yachter mancanegara mengupas dan mengiris bawang merah dan bawang putih untuk bumbu masakan khas Buton.
Nah, dalam Festival Budaya Tua Buton (FBTB) tahun ini, kelas belajar memasak makanan khas Buton yang diikuti sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) yakni para yachter dari berbagai negara, peserta Sail Wonderful Indonesia 2019 akan kembali diadakan.
FBTB 2019 atau yang ketujuh ini akan berlangsung 19-24 Agustus mendatang, berpusat di Taman Alun-Alun Takawa, Pasarwajo, Ibukota Kabupaten Buton.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buton, La Ode Zainuddin Napa kelas memasak tersebut kembali diadakan karena ternyata diminati para yachter sekaligus menjadi salah satu daya tarik FBTB.
"Di FBTB tahun lalu, para yachter sangat antusias mengikuti kelas belajar memasak makanan khas Buton langsung di rumah penduduk," terang Zainuddin kepada TravelPlus Indonesia, Kamis (15/8).
Ketika itu masakan yang dibuat terdiri atas makanan ringan atau panganan/kue dan juga masakan berat atau lauk pauk khas Buton.
Jenis panganan yang dibuat antara lain Tuli-tuli yakni salah satu jenis gorengan khas Buton yang terbuat dari adonan ubi kayu yang dibentuk seperti angka delapan.
"Gorengan favorit masyarakat Buton ini rasanya gurih, apalagi disantapnya dengan sambal goreng, hemm.., mantuuul," terang Zainuddin.
Selain membuat Tuli-tuli, para yachter juga diajarkan memasak masakan khas Buton lainnya seperti sup ikan atau parende dan sayur konduru.
"Mulai dari mengupas bawang merah, bawah putih lalu mengirisnya, semua dilakukan oleh mereka (wisman-red), dipandu tukang masak warga lokal," jelasnya.
Usai belajar memasak, mereka mengaku senang dan ingin mencoba lagi. "Bahkan pasangan yachter dari Amerika Serikat yakni Mr.David dan Amy Alton sampai membuat videonya lalu di-posting di youtube dengan judul A truly taste of Indonesian cultures," terangnya.
Beberapa yachter lainnya juga memberikan testimoni menyenangkan. "Salah satunya ada yang berkesimpulan bahwa FBTB menduduki urutan 1 dalam hal pengelolaan informasi dan tampilan/kemasan iven," ungkap Zainuddin.
Melihat kesuksesan acara itu, makanya panitia FBTB 2019 akan mengadakan kembali kelas memasak masakan khas Buton khusus para yachter tersebut.
"Selain belajar memasak masakan khas Buton, para yachter juga akan mengikuti atau melihat serangkaian acara tradisi tua Buton seperti Tanu (tradisi menenun), Pedole-dole (tradisi imunisasi), Tandaki (tradisi sunatan), Posuo (tradisi pingitan), dan Pekande-kandea (tradisi makan bersama), serta akan melakukan diving di beberapa spot diving yang ada di perairan Buton," pungkas Zainuddin.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.disparkab buton
Captions:
1. Sejumlah wisman mengamati cara menggoreng Tuli-tuli, panganan khas Buton dalam rangkaian acara Festival Budaya Tua Buton (FBTB) tahun lalu.
2. Membuat Tuli-tuli berbentuk angka 8.
3. Para yachter mancanegara mengupas dan mengiris bawang merah dan bawang putih untuk bumbu masakan khas Buton.
0 komentar:
Posting Komentar