. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 04 Agustus 2019

Listrik Mati, Seketika Ingat Badui Lalu Istighfar

Pemadaman listrik di Jakarta dan sekitarnya, Minggu (4/8/2019), awalnya biasa-biasa saja tapi lama-lama bikin cemas. Apalagi jelang sore menuju malam. Rasanya beda, semuanya jadi lebih gelap dan hening.

Selepas Shalat Maghrib berjamaah di masjid bilangan Barat Jakarta dengan penerang seadanya, saya merasa Jakarta bukan seperti Jakarta.

Suasana Jakarta seperti sebuah kampung di pelosok yang belum tersentuh aliran listrik.

Entah kenapa saat itu saya merasa cemas tak lama kemudian pikiran saya melayang jauh ke Baduy di Lebak, Banten sana.

Saya jadi ingat perjalanan ke Baduy untuk kesekian kali, ketika itu sempat bermalam di salah satu kampung Baduy Dalam yang tak berlistrik sama sekali.

Ketika itu saya merasakan kehidupan yang amat tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota.

Terlebih ketika malam datang, meskipun hanya lampu teplok buatan sebagai penerang.

Kendati begitu, entah kenapa hati saya merasa tenang. Berbeda dibanding saat Jakarta listriknya padam. Ya seperti saya sebut di atas, cemas alias tak tenang.

Sejak zaman baheula sampai sekarang, masyarakat Baduy memang sudah biasanya hidup tanpa listrik.

Bukan lantaran tiang-tiang listrik berikut alirannya tidak bisa melewati Baduy, melainkan  karena seluruh kawasan Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, baik itu yang ada di Baduy Luar atau Panamping maupun Baduy Dalam (Tangtu) memang sejak dulu pantang berlistrik.

Di Baduy Dalam yang terdiri atas tiga kampung inti yakni Cikartawarna, Cibeo, dan Cikeusik, alat penerang yang digunakan warganya pada malam hari, berupa lampu teplok buatan sendiri dengan minyak juga hasil olahan sendiri.

Selain itu totok/alat penerang berbahan minyak picung, lodong, koja, dan lainnya.

Kalau untuk keperluan jalan pada malam hari, terkadang mereka menggunakan obor yang lagi-lagi made in Baduy.

Sementara penerangan di Baduy Luar seperti di Kampung Gajeboh ada juga yang menggunakan lampu berbahan energi matahari sebagaimana di Kampung Marengo. Kalau sudah habis, lampu itu dijemur di bawah terik matahari. 

Lantaran tak berlistrik jangan harap Anda menemukan peralatan elektronik seperti radio, kulkas, kompor gas, dan lainnya di Baduy Dalam. Semua itu memang dilarang masuk.

Di dalam rumah orang Baduy Dalam, hanya ada tungku masak dari kayu. Amat minim perabotan, hanya ada gelas dari bambu dan piring juga dari batok kelapa.

Rumahnya berbentuk panggung yang ditopang beberapa balok kayu dan berbilik serta beralas bambu. Gaya bangunan seperti itu justru tahan gempa bumi.

Berkat keteguhan mereka menjalani kehidupan tanpa listrik, justru membuat banyak orang penasaran ingin merasakan hidup tanpa listrik sekalipun hanya diperbolehkan sehari semalam.

Belum lagi aturan adat yang mereka berlakukan bagi setiap pengunjung/wisatawan yang datang ke wilayah mereka, seperti dilarang mandi di sungai menggunakan sabun, odol, dan shampoo, dilarang gaduh saat berada di sana, dilarang mengabadikan orang baduy di wilayah tangtu, dilarang menebang pohon, dan lainnya.

Semua aturan itu membuat keberadaan mereka yang hanya berjarak sekitar 172 Km sebelah Barat ibukota Jakarta atau sekitar 65 Km sebelah Selatan Serang, ibukota Provinsi Banten ini, justru eksotik dan menarik dimata banyak orang.

Buktinya sampai sekarang, banyak wisatawan dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa yang berdatangan ke Badui, untuk merasakan antara lain sensasi bermalam di destinasi kampung adat tak berlistrik ini.

Beberapa menit usai Shalat Isya berjamaah di masjid yang sama, listrik kembali hidup. Hati ini pun berucap Alhamdulillah.

Namun kecemasan belum sirna. Sinyal HP belum pulih. Pesan WA tak satupun masuk dan Instagram (IG) belum on.

Baru sepuluh menit kemudian, semua hidup. Saya langsung cek semua pesan terkait penyebab kenapa sampai terjadi pemadaman listrik yang tidak seperti biasanya ini.

Beragam informasi saya dapat, justru bikin mumet. Namun ada satu informasi dari Aa Gym (KH. Abdullah Gymnastiar) yang membuat saya tenang.

Kata Aa Gym, takdir mati listrik kali ini seharusnya kita gali hikmahnya agar banyak manfaat.

Lewat akun IG-nya @aagym, beliau menulis 6 hal terkait peristiwa pemadaman listrik ini.

Hal pertama tulis Aa Gym, mati listrik ini terjadi dengan ijin Alloh, apapun yang terjadi pasti ada sebabnya. Tanpa ijinNya tak akan terjadi musibah dan karunia dan musibah biasanya diundang oleh keburukan kita sendiri.

Kedua, boleh jadi ini teguran untuk membuat kita sadar betapa lemahnya kita semua, bahkan kekayaan, pangkat jabatan, dan kekuasaan setinggi apapun tak ada yang bisa menolak takdirNya.

"Kita harus istighfar dari ujub takabur," imbau Aa Gym.

Ketiga, betapa nikmat adanya listrik jarang kita syukuri, bahkan seringkali kita gunakan untuk berbuat maksiat dan sia-sia, kita harus istighfar atas kufur nikmat selama ini.

Keempat, betapa beratnya hidup tanpa cahaya, tapi pasti lebih berat lagi orang yang hidup dalam kegelapan tanpa cahaya kebenaran, akan sengsara dunia akhirat.

Kelima, mari terus kita gali dan tafakuri takdir ini sehingga menjadi jalan tobat dan perbaikan sikap kita terhadap karunia yang sering kita abaikan.

"Keenam, ayoo selain istighfar kita maksimalkan doa dan ikhtiar agar segera ada solusi terbaik dan tak terulang lagi ujian seperti ini," ajak Aa Gym

Di akhir unggahannya, Aa Gym berpesan: "Hindari berkeluh kesah karena tak menyelesaikan masalah. Hemat air, batre, BBM, pulsa. Hati-hati bila menyalakan lilin atau penerang lainnya yang berpotensi kebakaran, silakan tambahkan hal apapun yang bisa membuat kita jadi semakin baik dan bisa mencegah keburukan lainnya".

Membaca semua unggahan Aa Gym yang bikin teduh itu, seketika saya ber-istighfar, mengucap:

"ASTAGHFIRULLAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIHI" ("Aku meminta pengampunan kepada Allah yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepadaNya.")

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

Captions:
1. TravelPlus Indonesia saat menyusuri setapak alami dari salah satu kampung di wilayah Baduy Dalam, Lebak, Banten.
2. Salah satu kampung di Baduy Luar.
3. Wisatawan ingin memasuki wilayah Baduy.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP