Tradisi Bejamu Saman Ramaikan Pembukaan FBS 2018
Sebanyak 22 pria penari Saman menampilkan Tradisi Bejamu Saman di acara pembukaan Festival Budaya Saman (FBS) 2018 di Gedung A Lantai 1, Kemendikbud, Jakarta, Selasa (2/10).
Ke-22 penari Saman itu terbagi 2 kelompok.
Grup pertama 9 orang dari Ikatan Mahasiswa Gayo Lues (IMGL) se-Jabodetabek sebagai tuan rumah dan grup kedua yang berperan sebagai tamu sebanyak 13 orang dari Duta Saman Institute (DSI).
Salah satu penari Saman dari DSI, M. Rosidin (22) mengaku butuh waktu 1 tahun lebih berlatih untuk membawakan Tradisi Bejamu Saman ini.
"Awalnya susah karena beda banget sama gerakan Tari Sunda dan Jawa, tapi lama-lama bisa juga setelah tekun berlatih," terang mahasiswa semester 5 jurusan Manajemen di Trilogi (dulu namanya Stekpi).
Rosidin yang berdarah Sunda berharap Saman bisa lestari. "Agar lestari salah satu caranya Saman harus bisa ditarikan juga oleh para penari dari suku lain di luar Gayo, Aceh," ujarnya.
Di tanah Gayo, Tradisi Bejamu Saman adalah pergelaran Saman selama dua hari dua malam (roa lo roa ingi).
Dalam tradisi tersebut ada dua kampung yang tampil bersama dan berbagi peran dengan bertindak sebagai tuan rumah dan tamu.
Di culture event FBS 2018, selain di acara pembukaan di Jakarta, Tradisi Bejamu Saman juga akan disuguhkan di 11 kampung di 11 kecamatan se-Gayo Lues, mulai (13/10).
Sementara di puncak perayaan FBS 2018 akan ada pagelaran Saman Bale Asam.
Sebanyak 350 penari Saman akan berpartisipasi pada Saman Bale Asam di Blangkejeren, Gayo Lues.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh, Irini Dewi Wanti mengatakan suguhan Tradisi Bejamu Saman dan pagelaran Saman Bale Asam merupakan dukungan dari BPNB Aceh untuk FBS 2018.
"Melihat manfaat FBS ini, diharapkan bisa berlanjut di tahun-tahun berikutnya menjadi agenda tetap tahunan," ujar Irini.
Acara pembukaaan FBS 2018 dibuka secara resmi oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid didampingi Direktur Warisan & Diplomasi Budaya Nadjamuddin Ramly, dan Bupati Gayo Lues M. Amru dengan memukul Teganing (alat musik pukul tradisional Gayo).
Hilmar Farid menjelaskan FBS 2018 tidak hanya akan merayakan Saman sebagai sebuah genre pertunjukan belaka.
"Lebih jauh, Festival Budaya Saman 2018 akan merayakan Saman sebagai budaya dan ‘dunia’ masyarakat Gayo Lues," terangnya.
Melalui festival ini, lanjut Hilmar para penonton dan pengunjung tidak saja dapat menikmati Saman sebagai pertunjukan, tetapi juga dapat mencermati dan mempelajarinya sebagai suatu sistem budaya yang memuat berbagai nilai dan pranata, serta mencerminkan karakter dan etos masyarakat Gayo.
"Karena itu dalam FBS ini juga diadakan seminar, diskusi, pameran, suguhan Tradisi Bejamu Saman sebagai materi utama kegiatan, dan lainnya," tambahnya.
Seminar Budaya Saman bermaksud untuk menghasilkan berbagai pemikiran yang inovatif dan solutif terkait pengembangan Saman sebagai potensi budaya.
"Seminar akan dilanjutkan dengan membukukan makalah dan artikel-artikel yang dijaring melalui Call For Paper," terang Hilmar.
Melalui seminar dan Call For Paper ini, sambung Hilmar diharapkan dapat diteroka jalan menuju suatu ‘kultur riset’ dan ‘kultur kreatif’ untuk mengembangkan dan memanfaatkan Saman secara lebih luas di masa yang akan datang.
Selepas acara pembukaan FBS 2018, dilanjutkan dengan Seminar Budaya Saman bertema "Saman dalam Spektrum Pengetahuan" yang terbagi atas 2 sesi.
Di sesi pertama bersubtema "Saman dalam Dimensi Kreativitas dan Praktik Penciptaan Karya Seni Masa Kini" yang dimulai pukul 10.15 - 12.00, menghadirkan 4 pembicara yakni Pakar Pertunjukan Program Pasca-Sarjana ISI Yogyakarta Sal Mugiyanto, Ketua DPRK Gayo Lues Ali Husin, Etnomusikolog Program Pasca-Sarjana IKJ Jakarta Nyak Ina Raseuki, dan Pengajar Saman dari DSI Jakarta Aminnulah.
Sementara di sesi kedua dengan subtema "Saman dalam Dimensi Ilmu Pengetahuan, Politik, Budaya, dan Kebijakan" yang akan dimulai lepas Ishoma pukul 13.00-14.45, juga menghadirkan 4 pembicara yakni Pakar Saman dari Prodi Bahasa Indonesia FKIP Unsyiah Aceh Rajab Bahry, Antropolog/Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM Yogyakarta, Bupati Gayo Lues Muhammad Amru, dan Peneliti Saman dari Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP Unsyiah Aceh.
Bersamaan dengan seminar, di tempat yang sama ada Pameran Saman bertemakan “Gere Pora Saman,” yang menyajikan foto-foto Saman, buku-buku tentang Gayo, Kerawang Gayo, baju, aksesoris dan kelengkapan Saman, serta kumpulan video Saman.
Pameran yang bekerjasama dengan Dir. Warisan dan Diplomasi Budaya serta DSI tersebut akan berlangsung sampai 5 Oktober.
Masih dalam rangkaian pembukaan FBS 2018 akan diteruskan dengan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dgn topik “Menuju Saman Centre" di Ruang Kelas I Perpustakaan Kemendikbud, Rabu (3/10) mulai pukul 8.00-16.00 WIB.
FBS 2018 yang berlangsung sampai 24 November dilanjutkan di Gayo Lues, Aceh.
Rangkaian FBS 2018 di Gayo Lues akan diawali Workshop Gerak & Syair Saman (9-10/10).
Selain itu ada workshop Saman, kompetisi Bines, kompetisi Kerawang Gayo, kompetisi kopi, kompetisi musik etnik yang diisi oleh para tokoh atau ahli yang telah dipersiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, dan Tradisi Bejamu Saman serta Saman Bale Asam.
Penyelenggaraan FBS 2018 ini didukung Indonesiana yang merupakan Platform Pemajuan Kebudayaan yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud untuk mendorong dan sekaligus memperkuat upaya Pemajuan Kebudayaan sesuai amanat UU No. 5 Tahun 2017.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Tradisi Bejamu Saman disuguhkan di acara pembukaan Festival Budaya Saman (FBS) 2018 di Gedung A Lantai I, Kemendikbud, Jakarta, Selasa (2/10) pagi.
2. TravelPlus Indonesia (batik biru dan putih) berfoto bersama para penari saman dari IMGL dan DSI. (Foto: essi bpnb aceh).
3. Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh, Irini Dewi Wanti (tengah) bersama 2 stafnya dan TravelPlus Indonesia di acara pembukaan FBS 2018. (Foto: sobatbudaya).
4. Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan kata sambutan di acara pembukaan FBS 2018.
5. Hilmar Farid didampingi Direktur Warisan & Diplomasi Budaya Nadjamuddin Ramly, dan Bupati Gayo Lues M. Amru membuka FBS 2018 dengan memukul Teganing (alat musik pukul tradisional Gayo).
6. Seminar Budaya Saman bertema "Saman dalam Spektrum Pengetahuan" pada sesi pertama bersubtema "Saman dalam Dimensi Kreativitas dan Praktik Penciptaan Karya Seni Masa Kini".
7. Memborong aneka kerajinan khas Gayo di pameran pembukaan FBS 2018.
8. Para penari Saman berfoto bersama Hilmar Farid, bupati Gayo Lues serta 11 camat se-Gayo Lues.
0 komentar:
Posting Komentar