. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 08 Juli 2017

Aneka Kuliner Sumba Ini Menggoda Selera Pengunjung Festival Sandelwood


Festival Sandelwood 2017 bukan hanya menampilkan parade 1001 kuda Sandelwood dan tenun ikat di 4 kabupaten yang ada di Sumba, pun menyuguhkan aneka kuliner dan panganan tradisional Sumba yang terbuat dari bermacam bahan lokal dengan pengolahan dan citra rasa yang khas.


Nama masakannya juga unik dan rada susah disebut buat orang yang pertama kali mendengar dan mengenalnya.

Ada Kariwa, Kangoda, Bokosawu Torro Kemauta, Bokosawu Torro Wuli, dan Nasi Jagung.

Kelima masakan itu ditampilkan oleh ibu-ibu PKK dari Kecamatan Loli yang mengikuti pameran di stand PKK dan Dekranasda Kabupaten Sumba Barat yang menjadi bagian dari acara Festival Sandelwood yang kali pertama digelar Pemprov Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerjasama dengan 4 Pemkab dan didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Lokasi pamerannya di tepi lapangan sepak bola Waikabubak, Ibukota Kabupaten Sumba Barat, Pulau Sumba, (NTT), persisnya di seberang kantor bupati Sumba Barat pada Sabtu (8/7/2017).

Wakil ketua PKK Kecamatan Loli, Erna Umbu Warata menjelaskan Kariwa adalah masakan pengganti nasi. “Bahan-bahannya dari jagung, labu kuning, daun kemangi, sereh, dan garam,” terangnya kepada TravelPlus Indonesia.

Kata Erna, cara memasak Kariwa cukup mudah tapi ada tekniknya. “Butiran-butiran jagung pertama dimasak dengan potongan labu kuning lalu diaduk-aduk di atas panci dengan api kayu sedang sampai mengental. Selanjutnya masukkan butiran jagung kedua dan seterusnya. lalu ditambah daun kemangi, sereh, dan garam secukupnya,” terang Erna.

Setelah matang, Kariwa menyerupai bubur berwarna kuning dari labu, bercampur warna hijau dari daun kemangi. Teman makannya adalah Bokosawu Torro Kemauta, yakni salah satu sambal tradisional khas sumba yang juga disebut sambal terong semut. Keumata itu artinya semut. Warnanya dominan hijau.

“Bahan-bahannya lombok atau cabe jenis cabe rawit padi yang lebih kecil dari cabe rawti biasa tapi pedasnya luar biasa. Lalu daun kemangi, jeruk purut, dan daun halia atau daun jahe. Semua bahannya mentah diiris-iris kecil lalu diaduk tanpa menggunakan minyak,” terang Erna.

Bahan pengganti nasi lainnya bernama Kangoda yang terbuat dari ubi keladi, ubi kayu, beras, dan garam.

Cara memasaknya juga sederhana. “Ubi keladi dan ubi kayu dipotong-potong lalu direbus bersama beras lalu diaduk-aduk hingga menyerupai bubur kental berwarna putih,” terang Erna.

Teman bersantapnya adalah Bokosawu Torro Wuli, yakni sambal yang terbuat dari cabe rawit padi, daun kemangi, bawang merah, jeruk purut, tomat. “Semua bahan itu diris-iris lalu diaduk, tanpa minyak,” kata Erna.

Masyarakat di Kampung Adat Gelakoko yang berada di Kecamatan Loli, selain menyantap Kariwa, Kangoda, dan nasi dari beras tumbuk juga ada Nasi Jagung yang berbahan utama jagung.

“Warga di kampung adat tersebut sekalipun sehari-harinya makan nasi jagung. Tapi kalau ada tamu yang datang, mereka memasak nasi beras tumbuk sebagai bentuk penghormatan,” terang Erna.

Untuk lauknya, pemilik rumah akan memotong ayam di depan tamu langsung. “Sebelum ayam itu dimasak, tuan rumah akan melihat usus ayam tersebut. Dari situ terbaca apakah niat tamu itu baik atau sebaliknya,” terang Erna.

Namun sebelumnya tamu disuguhan sirih dan pinang serta air panas, bisa teh ataupun kopi sesuai kesukaan tamu, bukan air putih.

Menurut Erna rada sulit mendapatkan masakan khas Sumba di rumah-rumah makan. Tapi wisatawan yang ingin menikmatinya bisa memesan terlebih dahulu di hotel tempatnya menginap.

“Di Sumba Barat ada Hotel Manandang, Pelita, Monalisa, dan Hotel Aloha. Tamu bisa memesan masakan khas Sumba ke pihak hotel, nanti ada orang kampung yang memasaknya,’ terang Erna. Harga seporsi Kariwa dan Bokosawu Torro Kemauta sekitar Rp 20 ribu. “Kalau pakai ayam kampung sekitar 50 ribu rupiah,” ungkapnya.

Kenapa harus dipesan? Sebab orang Sumba tiga kali makan, tiga kali masak. “Masakannya serba fresh, sebab tidak tahan lama, dan tidak mengenal masakan diangetin,’ tambahnya.

Erna mengakui masakan Sumba belum begitu familiar apalagi menasional. Tapi dia mengaku pernah ke Jepang dan menyuguhkan aneka kuliner Sumba tersebut. “Kata orang-orang Jepang, wow masakan Sumba unik dan orsinil,” ujar Erna.

Tak puas cuma melihat aneka kuliner Sumba di pameran Festival Sandelwood, TravelPlus Indonesia pun mencicipinya.

Kalau Kariwa memang seperti bubur dengan rasa gurih dan aroma harum kemangi. Sementara sambalnya, untuk Bokosawu Torro Kemauta terasa pedas dan gurih, sedangkan Bokosawu Torro Wuli pedas segar karena ada irisan tomatnya, mirip seperti sambal dabu-dabu-nya Manado.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

1 komentar:

Unknown 10 Juli 2017 pukul 03.23  

Wow suba sederhana tapi luar biasa semua nya natural...itulah pulau kelahiran ku.i love u sumbaku

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP