. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 09 Juli 2017

Aksi 150 Penenun Semarakkan Festival Tenun Ikat Sumba 2017 di Waikabubak

Sebanyak 150 penenun Sumba meramaikan Festival Tenun Ikat Sumba 2017 yang berlangsung di Lapangan Sepakbola Manda Elu, Waikabubak, Ibukota Kabupaten Sumba Barat, Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (8/7).

Di tepi lapangan yang berlokasi di seberang kantor Bupati Sumba Barat itu, para penenun yang semuanya perempuan dari Kecamatan Loli dan Kecamatan Lamboya,  Sumba Barat sudah datang ke lokasi acara sejak pagi hari. Padahal acara pembukaannya berlangsung pukul 13.00 Wita.

Masing-masing penenun membawa alat tenun bukan mesin (ATBM)-nya sendiri dari rumahnya. Ada yang mengendari sepeda motor, namun lebih banyak yang datang secara berkelompok dengan mobil bak terbuka ataupun truk.

Festival Tenun Ikat Sumba ini merupakan salah satu mata acara dalam gelaran perdana Festival Sandalwood yang digelar Pemprov NTT bekerjasama dengan 4 kabupatennya yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya, yang mendapat dukungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Ketika sedang asyik-asyiknya menenun, hujan desar turut . Terpaksa aksi para penentun berhenti dan kemudian dilanjutkan setelah hujan reda.

Meskipun hujan, namun tak sampai menyurutkan semangat penenun untuk kembali beraksi. Masyarakat dan  wisatawan pun terlihat begitu antusias menyaksikan even perdana ini. Namun entah kenapa meskipun ramai, tak ada pedagang minuman dan makanan yang berjualan di lapangan tersebut.

Bupati Sumba Barat Agustinus Niga Dapawole berharap Festival Tenun Ikat Sumba ini dapat dilaksanakan setiap tahun sebagai upaya untuk melestarikan tenun ikat Sumba sekaligus membangkitkan pariwisata Sumba secara umum.

Selain aksi para penenun, sejumlah tenun yang sudah jadi pun dipamerkan dan dijual dalam pameran di Stand PKK dan Deskrasda Sumba Barat di trotoar tepi lapangan Waikabubak.

Beragam tenun ikat mulai dari harga Rp 100 ribu sampai dengan Rp 1 juta-an ditampilkan. Tak ketinggalan bermacam pewarna alami buat tenun, aneka kuliner tradisional Sumba Barat, dan bermacam panganan kecil juga dipamerkan.

Wakil Ketua PKK Kecamatan Loli Erna Umbu Warata menjelaskan mengapa harga tenun ikat Sumba mahal karena proses pembuatannya melalui 4 tahapan yakni pertama proses memintal kapas menjadi benang.

“Kapas dipilah-pilah satu persatu lalu dipintal menjadi benang. Prosesnya bisa berbulan-bulan,” terang Erna.

Selanjutnya proses pewarnaan atau proses ikat. “Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami dari dari daun-daunan, akar-akaran seperti tarum, kemiri, kunyit, kulit kayu kassi, kulit kayu merah, kulit kayu mahoni, dan bahkan tanah liat. Proses ini dilakukan berulang-ulang bisa sampai berminggu-minggu,” tambah Erna.

Tahap berikutnya membentuk pola pada benan dengan cara diikat. “Proses ini mirip seperti melukis, dibutuhkan kejelian dan kreativitas,” ujar Erna.

Tahap terakhir adalah menenun. “Proses ini menyatukan benang menjadi kain dengan ATBM yang masih tradisional,” terang Erna seraya menambahkan dengan lamanya proses pengerjaannya jangan heran kalau harga tenun ikat Sumba dan daerah lain di NTT menjadi mahal.

Selepas di Sumba Barat, Festival Tenun Ikat Sumba 2017 selanjutnya akan digelar di Lapangan Galatama, Tambolaka, Ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya. Acaranya dikemas dalam bentuk pameran dan festival selama lima hari, 11-15 Juli 2017.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Marius Ardu Jelamu menjelaskan penenun yang akan beraksi berasal dari empat kabupaten se-daratan Sumba yakni Sumba Barat Daya sebanyak 517 penenun, sementara  Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur masing-masing 500 penenun sehingga totalnya ada 2017 penenun untuk memecahkan rekor MURI.

Atraksi  ribuan penenun tersebut akan dilakukan saat pembukaaan Festival Tenun Ikat Sumba yang akan dimeriahkan dengan tarian kolosal bertema “Sejarah dan Budaya Sumba Untuk Negeriku" yang dibawakan oleh 200 penari.

“Para penentun akan mengenakan pakaian adat dari daerahnya masing-masing," ujar Marius.

Setiap penenun, lanjut Marius akan membawa alat tenun sendiri, dimana bahan tenunnya sudah disiapkan 50 persen jadi.

Sebagaimana di Sumba Barat, Festival Tenun Ikat Sumba di Sumba Barat Daya juga akan diramaikan dengan pameran dan bazaar antara lain dari PKK dan Deskranasda yang menampilkan beragam produk tenun ikat, kuliner tradisional, makanan kecil, dan lainnya dari Pulau Sumba, NTT, bahkan luar NTT.


Selain itu ada workshop tentang cara meningkatkan kualitas serta melestarikan tenun ikat Sumba dan membangun jiwa kewirausahaan dari perajin menjadi pengusaha tenun ikat serta strategi pemasarannya pada tanggal 14 Juli 2017.

Selain Festival Tenun Ikat Sumba juga ada suguhan parade 1001 kuda Sandelwood.

Sebelumnya Sumba Timur dan Sumba Tengah masing-masing menampilkan 250 kuda lengkap dengan penunggangnya yang berbusana khas setempat, begitupun di Sumba Barat. 

Selanjutnya pada acara penutupan di Sumba Barat Daya nanti, akan menghadirkan 251 kuda sehingga totalnya menjadi 1001 kuda Sandelwood.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Spanduk Festival Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba di tepi Lapangan Waikabubak, Sumba Barat.
2. Para penenun dari Sumba Barat bersiap beraksi.
3. Aneka tenun ikat Sumba yang dipamerkan sekaligus dijual.
4. Bermacam bahan pewarna alami untuk tenun ikat Sumba.
5. Sempat diguyur hujan.
6. Parade kuda Sandelwood di Sumba Tengah.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP