. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 29 April 2017

Babacakan Jeung Urang Kanekes Jadi Special Moment Pesona Seba Baduy

Babacakan  Jeung Urang  Kanekes atau makan bersama dengan sekitar 2.000 orang Baduy, boleh dibilang menjadi momen paling spesial dalam rangkaian perhelatan Pesona Seba Baduy 2017. Babacakan itu berlangsung di halaman Pendopo Bupati Lebak, Kota Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jum’at (28/4) malam.

Dibilang spesial, sebab Babacakan yang digelar ba’da (lepas) Shalat Maghrib itu paling ditunggu-tunggu bukan hanya oleh ribuan warga Baduy usai berjalan kaki puluhan kilometer dari kampung-kampung asrinya di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, sebelah Utara Kabupaten Lebak ke Rangkasbitung, pun oleh para pejabat, tamu undangan, wisatawan, dan tentu saja sejumlah awak media yang meliput upacara tahunan khas Baduy tersebut.

Terlebih di momen tersebut diikuti orang nomor satu Lebak, Bupati Iti Octavia Jayabaya bersama suami tercinta. Ditambah, perwakilan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang ikut mendukung culture event andalan Kabupaten Lebak ini yakni Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti dan sejumlah tamu undangan lain.

Usai diberi tahu panitia dalam Bahasa Sunda, sekitar 2.000 orang Baduy dengan tertib dan teratur duduk rapi di hamparan kain terpal berwana biru yang digelar panitia di halaman Pendopo Bupati Lebak, depan Alun-Alun Rangkasbitung.

Deretan paling depan diisi orang Baduy Dalam atau biasa disebut Tangtu, yang mengenakan pakaian putih-putih dan ikat kepala juga putih polos tak bermotif. Sedangkan di barisan kedua dan seterusnya ditempati orang Baduy Luar atau bisa disebut Panamping dengan ciri khas berpakaian serba hitam dengan ikat kepala warna biru dan hitam bermotif khas.

Peserta Pesona Seba Baduy 2017 memang lebih dominan diikuti Panamping dibanding Tangtu dikarenakan jumlah Panamping yang tinggal di sejumlah kampung di Desa Kanekes, tepatnya di bagian Barat, Timur, dan utara dari wilayah Tangtu memang lebih banyak dibanding Tangtu yang hanya menetap di tiga kampung inti Tangtu yakni Cikeusik, Cibeo, dan Cikartawarna.

Faktor lainnya terkait jarak. Warga Tangtu tentu harus menempuh jarak yang lebih panjang dibanding masyarakat Panamping. Mereka harus naik turun lereng dan bukit-bukit Pegunungan Kendeng terlebih dulu atau sekitar 3-4 jam berjalan kaki menuju kampung Baduy Luar, baru kemudian bersama-sama Seba Baduy ke Rangkasbitung, Pandeglang dan terakhir ke Kota Serang yang berjarak sekitar 65 Km dari Desa Kanekes.

Beberapa panitia yang bertugas kemudian menggelar sekitar belasan daun pisang secara memanjang. Beberapa orang lagi menempatkan Nasi Liwet putih (semacam Nasi Uduk) di atas daun pisang tersebut diikuti lauk pauk seperti mie goreng, ayam goreng kampung, ikan asin, tempe dan tahu goreng, bermacam lalapan serta sambal.

Di sudut lain, sejumlah panitia terlihat sibuk membagikan nasi bungkus berisi Nasi Liwet dengan menu ayam kampung, tempe dan tahu goreng, ikan asin, sambal, dan lalapan serta air mineral gelas kepada 2.000 orang Baduy yang tetap tenang, diam, dan tak banyak bicara.

Setelah selesai menata hidangan dan membagikan nasi bungkus, panitia mengundang Iti Octavia dan suami serta Esthy Reko Astuti untuk duduk di depan deretan daun pisang berisi Nasi Liwet dan aneka lauk khas Sunda. Iti diminta panitia untuk memulai acara Babacakan itu.

Iti segera mempersilakan warga Baduy untuk segera makan. Dia pun meminta Esthy untuk menyantap hidangan. Saat mereka makan itulah sejumlah media berebut mengabadikan momen spesial itu.

Cuma disayangkan, di momen menarik itu tak ada perwakilan orang Baduy Dalam maupun Baduy Luar yang ikut makan bersama dengan Iti Octavia dan tamu undangan lainnya.

Entahlah, mungkin Babacakan itu sudah di-setting seperti itu. Atau sebenarnya panitia sudah meminta perwakilan Baduy untuk makan bersama dengan Iti dan lainnya namun mereka enggan karena malu atau sungkan.

Padahal kalau ada sejumlah orang Baduy itu makan bersama dengan Iti, Esthy, dan tamu undangan lainnya dengan nasi dan lauk yang sama yang diletakkan di atas deretan daun pisang itu, tentu jadi momen yang benar-benar lamgka dan lebih spesial.

Soalnya, momen itu bukan hanya membuahkan kesan yang semakin akrab antara urang Kanekes dengan Pejabat Pemkab Lebak, pun menarik sekali dari sisi pemberitaan media.

Saat makan, orang Baduy itu pun kembali menunjukkan sikap ketenangan dan ketertibannya. Sebagaimana ketika mereka disambut oleh pemerintah dan masyarakat di pintu masuk Kota Rangkasbitung dan di gerabng masuk Pendopo Bupati Lebak pada pukul 4 sore tadi.

Mereka tidak berbicara berlebihan apalagi bercanda. Penilaian Baduy sebagai suku yang pendiam alias tak banyak bicara dan bertingkah berlebihan, terbukti sekali di sepanjang rangkaian Pesona Seba Baduy 2017, termasuk di acara Babacakan ini.

Selepas Babacakan, orang Baduy juga Iti, Esthy yang juga didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya, Kemenpar Wawan Gunawan kemudian ke Aula Pendopo untuk mengikuti acara inti prosesi Seba Baduy.

Usai Iti dan Esthy memberi sambutan terkait Pesona Seba Baduy 2017, giliran tokoh masyarakat Baduy menyampaikan pesan sekaligus harapan dan himbuan terkait erat dengan kelestarian hutan dan lingkungan wilayahnya kepada Ibu Gede (Bupati Lebak) dan jajarannya.

Inti pesannya agar Pemkab Lebak dan masyarakatnya turut mendukung upaya menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan Baduy yang selama ini mereka terapkan sangat ketat dari generasi ke generasi.

Bagi Urang Kanekes, mereka terlahir untuk menjaga kelestarian alamnya yang telah memberikan banyak manfaat termasuk sebagai sumber ekonomi bagi kehidupan bukan cuma warga Baduy pun masyarakat Lebak, Banten dan lainnya.

Selepas itu orang Baduy dihibur dengan suguhan atraksi sulap yang berhasil membuat mereka senang. Banyak pula di antaranya yang tersenyum dan tertawa, namun lagi-lagi ekspresi kesenangan/ kebahagiaan mereka saat itu tak mereka umbar secara berlebihan.

Kesederhanaan urang Kanekes di Pesona Seba Baduy 2017, bukan hanya mereka tunjukan dari cara berpakaian pun saat makan, berjalan, berbicara dengan orang lain, bersikap, dan bertingkah laku. Semua itu makin membuat Baduy baik Panamping apalagi Tangtu nampak begitu spesial, unik, menarik, dan tentunya mengundang rasa keingintahuan banyak orang.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP