. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 10 Juli 2016

Tulisan di Prototipe Metro Kapsul untuk LRT, Koq Visit Indonesia Bukan Pesona Indonesia?

Ada yang menarik saat melihat video yang di-upload Walikota Bandung Ridwan Kamil, di akun instagramnya @ridwankamil pada Minggu (10/7). Video itu berjudul Testing prototipe LRT buatan para insinyur Indonesia.

Apa yang menarik? Setelah diperhatikan metro kapsul untuk transportasi ringan perkotaan atau Light Rail Transit (LRT) yang diuji coba tersebut bertuliskan Visit Indonesia beserta lambangnya sketsa Burung Garuda yang berwarna-warni.

Tulisan dan logo itu bukan hanya ada di bagian depan metro kapsul berwarna abu-abu itu, melainkan juga di samping kiri dan kanan badan metro kapsul tersebut serta di bagian belakang.

Lho kenapa Visit Indonesia? Bukannya itu branding Pariwisata Indonesia periode lalu. Bukannya sekarang branding-nya sudah Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia? Nah lho

Metro kapsul itu berkaca itu melaju perlahan di atas rel yang juga terlihat baru. Terlihat di dalam metro kapsul yang bergerak perlahan tersebut beberapa orang penumpang, dari anak-anak sampi orang dewasa.

Di bawah video itu, Emil begitu Walikota Bandung super kreatif ini biasa disapa, menulis begini: “Testing prototipe LRT buatan para insinyur Indonesia. 1 gerbong ini isinya bisa 50 orang. Kecepatan max 40 km/jam. Semoga suatu hari saat sudah siap secara produksi industri, bisa hadir di kota2 Indonesia. "..Next stop Legok Hangseur Interchange. Please mind the gap," ungkap Emil.

Sejak di-upload 15 jam lalu, luar biasa respon para netizen, baik yang menyukainya maupun yang mengomentarinya. Tercatat add 575.980 netizen yang nge-like dan 2.007 netizen yang komentar.

Rata-rata berkomentar positif dan mendukung, seperti komentar pemilik akun @titomiawan ini. “Kalau bisa bikin transportasi ini untuk jalur-jalur yang kawasan wisata padat., mengurangi kepadatan jalan yang sempit missal kea rah Lembang. Kemudian menyediakan lahan besar untuk parkir kendaraan di dekat stasiun pemberangkatan. Pasti wisatawan lebih nyaman pak @ridwankamil. Salam Bonek,” kata Tito.

Menurut pemilik akun @rhrjmugi, metro kapsul LTR sesuai buat negeri ini. Begini dia berkomentar: “Cocok nih buat di Indonesia. Apalgi buat daerah pegunungan… bisa menjadi moda trabsportasi yang murah dan aman dan intinya mengurangi org berpergian dengan kendaraan pribadi,” ujar Mugi.

Namun ada juga yang sedikit mengkritik, tapi kritiknya bagus juga. Seperti kritikan dari pemilik akun @jeremydwijd ini. Menurutnya laju metro kapsul LRT itu amat lamban. Begini isi kritikannya: “Kalau terlalu pelan orang juga masih mikir-mikir buat naik. Pling tidak 69-80 km/jam lah,” imbau Jeremy.

Hal senada juga diungkapkan pemilik akun @didi.rocker. Katanya begini: “Ini baru namanya inovaci, tp kurang kenceng euy. 40 km/h, msh kencengan bajaj bbg pa.. hihihihi..,” ujar Didi.

Dua kritikan di atas mendapat bantahan netizen lain. Pemilik akun @brigitamaya1305 mengatakan begini: “Namanya juga LRT jelas max-nya 40 km/jam. Beda sama MRT,” ungkap Brigita.

Pemilik akun @abangrio lain lagi. Dia mengaku salut metro kapsul LRT tersebut buatan para insinyur Indonesia seperti dijelaskan emil. Begini komentarnya: “Semua hasil karya anak bangsa WAJIB diapresiasi.. Semoga bisa diaplikasikan di kota2 besar di Indonesia, utk mengurangi kemacetan,” puji Abangrio.


Sebelum uji coba metro kapsul LRT tersebut, usai menghadiri rapat terbatas membahas infrastruktur transportasi di Jabodetabek di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (8/6) lalu, Emil seperti dikutip Pikiran Rakyat menjelaskan untuk koridor satu hasil lelangnya hampir final. Sedangkan koridor dua akan memakai Perpres yang menunjuk konsorsium kereta api cepat sehingga tidak melalui lelang lagi.


Kenapa begitu? karena ujung koridor dua berhubungan dengan stasiun kereta api cepat. Emil mengatakan idealnya, LRT Bandung Raya harus rampung bersamaan dengan kereta api cepat.

"Untuk Bandung Raya, yang paling urgensi adalah koneksi LRT yang akan menghubungkan kereta api cepat Jakarta Bandung. Karena stasiunnya di ujung pinggir kota, harus ada koneksi ke Kota Bandung dengan LRT. Itu urgensi yang akan diprioritaskan," kata Emil.

Namun, Pemkot Bandung masih harus berkirim surat lagi pada pemerintah pusat meminta kepastian hukum soal kepastian persentase APBN dalam proyek ini. "Belum ada keputusan. Itu yang putuskan presiden melalui menteri keuangan," katanya.

Pada sisi lain, Pemkot Bandung sudah menyatakan komitmennya akan berkontribusi dalam subsidi harga tiket LRT. Soalnya, pemerintah daerah yang dilalui LRT ini diminta jangan berkontribusi 0 persen.

Rencananya, Pemkot Bandung akan mengelola bangunan komersil di stasiun yang hasil profitnya bisa menutupi subsidi. "Kita berharap harga tiketnya terjangkau dan masyarakat bisa menggunakan LRT ini dalam bertranportasi di wilayah metropolitan di Bandung Raya, yang lebih dari 6 juta jiwa ini. Kalau pun pada akhirnya kami menyubsidi, Kota Bandung tidak akan dalam bentu APBD yang tidak memungkinkan," ungkap Emil.

Apa itu Metro Kapsul LRT?
Direktur Operasional Teknik Rekayasa Kereta Kapsul (Trekka) Leonnardo Feneri seperti dikutip Sindonews menjelaskan metro kapsul adalah produk asli buatan Indonesia, mulai perencananya, perakitan, hingga bahan baku, semuanya berasal dari dalam negeri dengan konten lokal sebesar 90%.

Penggagas moda transportasi ini, lanjutnya mayoritas adalah jebolan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Dominan konten lokal, hanya mesin dan power line yang belum tersedia di dalam negeri. Jadi, seluruh tenaga ahli dan alat yang digunakan berasal dari dalam negeri. Ini adalah investasi patungan," terangnya.

Sarana transportasi ini, sambung Leonnardo dapat mengangkut sekitar 50 orang per kapsul dengan tiap rangkaian metro kapsul dapat terdiri atas 4-5 kapsul. Jadi dalam sekali angkut metro kapsul dapat mengangkut berkisar 200-250 penumpang.

Kata Leonnardo lagi, biaya investasi untuk moda transportasi ini (metro kapsul untuk LRT), bisa dibilang lebih murah dibandingkan monorel maupun Mass Rapid Transit (MRT) untuk per kilo meternya.

Jika satu kilometer MRT menelan Rp 900 miliar, monorel Rp 400 miliar, maka metro kapsul LRT cuma sekitar Rp 200 miliar per satu km-nya.

Bagaimana menurut Anda? Lebih suka monorel, MRT atau metro kapsul LRT? Mau tahu seperti apa metro kapsul LRT yang prototipenya telah diujicoba, Anda bisa lihat di video yang telah di-upload Emil di instagramnya. Berikut link videonya: https://www.instagram.com/p/BHqUw4dBcBn/.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis).
Foto: adji & @ridwankamil


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP