Ini Faktor Penyebab Kunjungan Wisman 2015 Hanya 10.406.759 Orang
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebesar 10 juta orang pada 2015 yang ditargetkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memang tercapai, bahkan lebih. Tapi cuma 406.759 saja yakni menjadi 10.406.759 orang. Padahal sebenarnya, jumlahnya bisa lebih dari itu.
Berdasarkan pengamatan Travelplusindonesia, ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah wisman 2015 hanya 10.406.759 orang.
Faktor pertama, akibat bencana alam. Pada tahun lalu Indonesia dilanda bencana erupsi gunung berapi dan kabut asap.
Menurut Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya erupsi Gunung Raung mengakibatkan 41.000 wisatawan asing batal masuk Bali lantaran beberapa bandara terpaksa ditutup karena debu vulkanik. Kerugian atau pendapatan yang tertunda selama gunung meletus waktu itu menurut Arief Yahya paling tidak ada Rp 400 miliar.
Sementara kabut asap yang menyelimuti sejumlah wilayah di Sumatera akibat pembahakaran hutan dan lahan, menimbulkan kerugian miliaran rupiah setiap hari. Jumlah kunjungan turis ke Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan yang dilanda kabut asap mencapai 5.000 orang setiap hari. Bahkan Pemkab Siak terpaksa membatalkan event sport tourism Tour se Siak yang seharusnya berlangsung pada tanggal 15-19 September lalu.
Ketua Umum Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), Asnawi Bahar pernah mengatakan aklibat kabut asap tesebut sektor pariwisata kehilangan uang Rp 5 miliar per hari kalau satu orang berbelanja Rp 1 juta.
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, otoritas penerbangan sempat menutup 13 bandara di Indonesia akibat bencana kabut asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan tahun 2015, yakni Bandara Melalan Melak di Kutai Barat, Kaltim, Syamsuddin Noor (Banjarmasin), Tjilik Riwut(Palangkaraya), Sultan Thaha (Jambi), Supadio (Pontianak), Iskandar (Pangkalan Bun), H Asan (Sampi), Kalimarau-Tanjung Redep (Kaltim), Sultan Mahmud Badaruddin (Palembang), Raja H Abdullah-Karimun (Kepri), Malinau (Kaltara), Tapaktuan (Aceh), dan Bandara Rahadi Oesman di Ketapang, Kalbar.
Otoritas Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi menyatakan kehilangan 1.500 penumpang perhari dengan kerugian Rp 3 miliar lebih akibat kabut asap. Total 1.060 penerbangan dibatalkan selama kurang lebih 2 bulan akibat asap yang juga beranjak dari Jambi.
Andai saja semua bencana itu tidak terjadi, tentu jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia selama 2015 kemarin, melebihi jumlah pencapaian seperti tersebut di atas.
Faktor kedua, sejumlah event wisata entah itu festival, karnaval, sport tourism, kuliner, dan lainnya masih lokal kemasannya. Ditambah promosinya telat dan masih jeruk makan jeruk.
Semestinya, kalau ingin menjaring wisman, semua event yang dibuat baik oleh daerah (Pemprov/Pemkab/Pemkot), pusat (Kemenpar), ataupun dibuat daerah namun didukung Kemenpar, kemasannya harus internasional, artinya bukan hanya bagus tapi juga profesional, unik, menakjubkan, dan beda dengan yang lain.
Jika kemasan event-nya lokal apalagi tidak menarik, nyaris sama dengan yang lain, tentu wisman malas melihatnya. Parahnya kalau orang asing itu sudah mencap tidak bagus kemudian mengumbarnya dari mulut ke mulut ataupun lewat media sosial, tentu kabar tidak bagus itu semakin meluas.
Sebaliknya jika event-nya menarik dan membuatnya terkagum-kagum, pasti dia akan senang dan mau datang lagi. Paling tidak dia akan mengabarkan ke teman, keluarga atau kerabatnya tentang kekagumannya itu. Dengan begitu jumlah wisman yang akan datang akan bertambah.
Sebaliknya jika event-nya menarik dan membuatnya terkagum-kagum, pasti dia akan senang dan mau datang lagi. Paling tidak dia akan mengabarkan ke teman, keluarga atau kerabatnya tentang kekagumannya itu. Dengan begitu jumlah wisman yang akan datang akan bertambah.
Begitupun dengan promosinya, seharusnya setahun sebelum agenda event wisatanya sudah diumumkan. Misalnya kalau ingin menjaring wisman tahun 2016, sebaiknya tahun 2015 sudah dipromosikan secara detil waktu, tempat, rangkaian cara, paket wisata terkait, dan lainnya.
Media promosinya pun bersifat global, misalnya lewat pameran wisata internasional, sales misson, tradeshow, pemasangan iklan di media pariwisata nasional dan internasional, jumpa pers di ruang publik yang ramai dengan mengundang sejumlah media pariwisata nasional (online, blogger, dll) dengan mengundang duta-duta besar, komunitas ekspatriat, travel agent, dan lainnya.
Jangan promosinya di kandang sendiri, hanya mengundang orang atau tokoh masyarakat daerah, dan media lokal, itu namanya promosi jeruk makan jeruk.
Faktor ketiga, kinerja PNS Kemenpar lelet sebagaimana dikatakan Menpar Arief Yahya saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata 2016 di Jakarta baru-baru ini. Ditambah hampir seluruh Kepala dinas parwisata daerah (Kadisbudpar) tak paham marketing.
Bisa jadi penilaian Marketeer of The Year 2013 itu yang membuat promosi sejumlah event wisata tidak tepat waktu alias terlambat, kurang tepat sasaran hingga wisman yang dituju kurang mendapat informasi yang cepat dan akurat.
Jika saja kinerja bawahannya Arief Yahya lebih giat dan bergerak cepat, memahami benar pentingnya promosi yang tepat waktu dan sasaran, kemungkinan wisman yang datang akan jauh lebih banyak.
Data BPS dan Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kemenpar mencatat jumlah kunjungan 10.406.759 wisman tersebut di atas terdiri atas wisman melalui 19 pintu masuk (19 point of entry) sebagai foreign visitor sebanyak 9.729.350 wisman atau sebesar 93,49%; lewat pintu perbatasan atau foreigners who enter througt the cross border post sebanyak 370.869 wisman atau 3,56%; dan kunjungan singkat wisman selama setahun atau other short foreigner visitors in 1 year sebanyak 306.540 wisman atau sebesar 2,95%.
Menpar Arief Yahya dalam jumpa pers akhir tahun belum lama ini menjelaskan pertumbuhan pariwisata 2015 akan menjadi pemicu dalam upaya meraih target kunjungan wisman 2016 sebesar 12 juta wisman,”Target pertumbuhan pariwisata tahun 2016 sebesar 20% berarti empat kali lipat dari pertumbuhan perekonomian nasional sehingga percepatan akselerasi harus dilakukan,” kata Mantan Dirut PT Telkom ini.
Langkah percepatan akselerasi pariwisata yang dilakukan Kemenpar antara lain dengan mengembangkan 10 destinasi wisata prioritas (Borobudur, Mandalika, Labuhan Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, Kepulauan Seribu, Toba, Wakatobi, Tanjung Lesung, Morotai, dan Tanjung Kelayang) dengan menggunakan konsep single destination single management.
Untuk ini pemerintah akan membentuk badan otoritas nasional dalam mengelola destinasi prioritas tersebut. “Dari 10 destinasi prioritas ini kita proyeksikan akan diperoleh 8,5 juta wisman,” kata Arief Yahya.
Terobosan deregulasi lainnya dengan memperbanyak pemberian Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang saat ini sebanyak 90 negara (Perpres No.104 Tahun 2015) tahun ini direncanakan akan ditambah menjadi 174 negara. Dengan kebijakan BVK ini diproyeksikan akan meningkatkan 1 juta wisman dengan devisa sebesar US$ 1 milyar pada tahun ini.
Tak ketinggalan menghapus Clearance Approval for Indonesia Teritory (CAIT/Perpres 105 Tahun 2015), sehingga akan meningkatkan jumlah kunjungan perahu pesiar (yacht) ke Indonesia. Diproyeksikan dalam lima tahun ke depan jumlah kunjungan yacht akan mencapai 5.000 perahupesiar dengan perolehan devisa sebesar US$ 500 juta.
Disamping itu meneapkan asas cabotage untuk cruise atau kapal pesiar besar milik asing, dengan membolehkan penumpang naik turun di lima pelabuhan di Indonesia yaitu Belawan, (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Benoa (Bali), dan Soekarno – Hatta (Makassar). Dengan kebijakan itu akan mendorong naiknya kunjungan wisman kapal pesiar ke Indonesia yang diproyeksikan tahun 2019 mencapai 1.000 kapal pesiar dengan perolehan devisa mencapai US$ 300 juta.
Naskah & foto : Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar