. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 29 Januari 2016

Saung Angklung Mang Udjo Ingin Bikin Lomba Angklung Sedunia

Nama Saung Angklung Mang Udjo (SAU) sudah mendunia. Berkat saung yang berada di Bandung, Jawa Barat inilah, angklung yang merupakan salah satu alat musik khas Sunda ini mendunia pula peminatnya. 

Pasca menerima penghargaan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Ballroom Hotel Indonesia Kemphinski, Jakarta, Selasa (26/1) atas prestasinya menyabet penghargaan untuk kategori "Best ASEAN Cultural Preservation Effort" di ajang ASEANTA Awards 2016, Manila, Filipina, Jumat (22/1), SAU berencana menggelar lomba angklung tingkat dunia. 

Keinginan itu disampaikan Taufik Hidayat Udjo selaku CEO Saung Angklung Mang Udjo  (SAU) usai menerima penghargaan tersebut yang diberikan langsung oleh Menpar Arief Yahya, bertepatan dengan Rapat Koordinasi Nasonal (Rakornas) Pariwisata 2016.  “Keinginan itu (membuat lomba angkung tingkat dunia) memang sudah kepikiran, tapi belum diseriuskan,” aku Taufik.

Menurut anak ke-9 dari Udjo Ngalagena alias Mang Udjo sang pendiri SAU, keinginannya itu didasari atas semakin banyaknya peminat angklung yang sudah mahir memainkannya di sejumlah negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, Australia, dan beberapa negara Eropa seperti Jerman, Perancis, bahkan Argentina.

Dia khawatir kalau tidak cepat-cepat dilaksanakan oleh Indonesia, nanti keburu bangsa lain yang membuatnya di negaranya. “Saya berharap Indonesia yang punya ide itu, kemudian menggadakannya di Indonesia dan diikuti para pemain angklung dari seluruh negara,” ujarnya.

Untuk mewujudkankan keinginannya itu, Taufik berharap ada dukungan dari pemerintah dan swasta. “Tentu kami mengharapkan supports dari kementerian terkait seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan, dan lainnya karena lomba ini bukan project kecil,” harapnya. 

Mengenai keinginannya itu, Taufik mengaku belum mengutarakannya ke Menpar Arief Yahya atau orang-orang utama lainnya yang terkait. “Saya baru omong-omong kecil dengan beberapa teman di SAU,” akunya. 

Menurutnya Indonesia sudah amat pantas menggelar lomba tersebut mengingat Indonesia (dalam hal ini SAU) konsen mengangkat salah satu budaya bangsa ini dan sudah cukup berhasil memperkenalkannya ke dunia. “Terlebih tahun 2016 ini, SAU genap berusia 50 tahun, tepatnya pada bulan November. Saya ingin keinginan itu bisa terwujud sebagian kado istimewa sekaligus untuk membantu meningkatkan pariwisata Indonesia,” terangnya. 

Kekhawatiran lain dari seorang Taufik adalah soal keseriusan orang Indonesia dalam mempelajari angklung. Menurutnya orang Indonesia kalah serius dan kurang tekun dibanding orang asing. “Kami pernah mengajar ibu-ibu asli orang Jepang, namanya Tim Angklung Arumba. Mereka cepat sekali paham. Soalnya setelah dari SAU, mereka belajar kembali di rumah bahkan mengkombinasikan dengan alat musik lain. Besoknya pas datang lagi, mereka sudah minta diajarin lagu baru lagi,” terang Taufik. 

Contoh lainnya, bangsa Korea juga sangat serius mempelajari angklung. “Awalnya mereka membeli banyak angklung dari Indonesia kemudian dibagi-bagikan ke sejumlah sekolah di sana. Namun sebelumnya mereka mengirim sejumlah orang belajar angklung di SAU. Setelah mahir orang-orang tersebut menjadi pelatih angkung di negaranya,” terang Taufik yang meneruskan memimpin SAU sejak tahun 1995.

Melihat keseriusan bangsa-bangsa lain mempelajari angkung, dia berharap ada campur tangan pemerintah untuk memberi semangat yang lebih agar bangsa Indonesia terutama generasi mudanya juga mau belajar bermain angklung dengan serius.

“Kami sendiri dari SAU selepas mendapat penghargaan ASEANTA Awards 2016, akan berupaya mempertahankannya dan terus meningkatkan mutu memainkan dan memperkenalkan angklung ke generasi muda dengan cara yang kreatif dan inovatif biar menarik,” pungkas pria kelahiran 6 Februari 1966 ini. 

Bentuk perhatian lain yang diharapkan Taufik dari pemerintah, membawa tim angklung dan tim kesenian tradisional lain yang sudah berprestasi untuk tampil di berbagai event promo dan lainnya baik di dalam dan luar negeri.

“Dengan begitu para senimannya akan punya kebanggaan dan terpacu untuk terus berkreasi. Jangan yang diajak tim-tim kesenian yang tidak jelas prestasinya,” imbau Taufik seraya menambahkan bahwa SAU yang dipimpinnya kini memperkerjakan kurang lebih 1.000 orang yang terdiri dari 160 orang karyawan untuk di kantor, tim kebersihan, dan lainnya, serta 200 orang pembuat angklung dan 600 pemain angklung. 

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Foto: adji & dok Disbudpar Jabar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP