. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 15 Desember 2015

Tiga Cara NTB Jaring 3 Juta Wisatawan Tahun 2016

Ingin menjaring 3 juta wisatawan tahun 2016, Pemrov Nusa Tenggara Barat (NTB) mengganti branding pariwisatanya yang semula Visit Lombok Sumbawa menjadi Pesona Lombok Sumbawa. Peluncuran branding barunya itu sudah dilakukan jelang akhir tahun 2015 ini di Jakarta.

Di samping itu, Pemrov NTB juga me-launching Kalender Even Pariwisata NTB 2016 dan menandatangani beberapa Memorandum of Understanding (MoU) antara lain dengan pihak pengelola Bus Trans Jakarta Koridor Soekarno Hatta-Gambir dan koridor Blok M-Kota.

Peluncuran branding baru pariwisata NTB yang berlangsung di Jakarta, tepatnya di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Senin (14/12) itu mendapat dukungan penuh dari Kemenpar.



Lalu menjelaskan pada tahun 2012 kunjungan wisatawan ke NTB mencapai 2,25 juta jiwa, meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,49 jiwa, dan 2014 sebanyak 2,51 juta jiwa wisatawan. “Tahun 2015 kami hampir menyentuh angka tiga juta jiwa, maka tahun depan minimal 3 juta, kalau bisa lebih dari itu, kami optimis,” katanya. 

Kata Lalu lagi, beberapa waktu lalu kunjungan wisatawan ke NTB sempat tersendat akibat erupsi Gunung Baru Jari, Anak Gunung Rinjani, sehingga berimplikasi terhadap penutupan operasional bandara, turunnya tingkat hunian hotel, dan pembatalan ratusan pertemuan baik nasional maupun internasional. Namun demikian ia tetap yakin angka kunjungan dua juta wisatawan di 2015 bisa terpenuhi. "Berapa total kunjungan, apakah penuhi target atau tidak, baru bisa dibuktikan setelah bulan Desember berakhir," katanya.

Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuty memuji langkah Pemprof NTB. “ Ini langkah bagus bagi NTB, dengan memanfaatkan fasilitas yang telah ditawarkan oleh Kemenpar, semoga bisa diikuti daerah lainnya," ujarnya. 

Esthy berharap branding Pesona Lombok Sumbawa dapat semakin menguatkan posisi tawar kepariwisataan NTB menjadi tujuan wisata utama bagi wisnus maupun wisman. “Posisi pariwisata NTB semakin mendunia dengan terpilihnya Lombok sebagai The World’s Best Halal dan The World’s Best Halal Honeymoon Destination pada ajang World Halal Travel Awards 2015 di Dubai, Uni Emirat Arab, baru-baru ini. Indonesia pada ajang tersebut juga meraih World’s Best Family Friendly Hotel untuk Sofyan Hotel Jakarta,” kata Esthy. 

Sebagai country branding Pesona Indonesia dan Wonder Indonesia, lanjut Esthy telah mendunia, hal itu terlihat dari posisinya yang kini berada di ranking 47 dunia dengan nilai 74,8 point atau di tingkat Asia berada diuturan ke-4 dibawah Jepang, India, dan Singapura. Strategi branding Wonderful Indonesia untuk penetrasi secara online dinilai lebih bagus dibandingkan Thailand dan Malaysia. 

Branding Pesona Lombok Sumbawa, sambung Esthy merupakan program aktualisasi dari Pesona Indonesia yang menjadi Branding Pariwisata Indonesia dan sekaligus dalam rangka mendukung tercapainya target 20 juta kunjungan wisman dan 275 juta pergerakan wisnus pada 2019 mendatang.

Gubernur NTB K.H. TGH. Muhammad Zainul Majdi dalam keterangan tertulisnya mengatakan branding ini bertujuan untuk menciptakan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism yang didukung oleh 3 pilar utama yaitu culture, nature, dan man made.

“Ketiganya memberi makna bahwa alam (nature) NTB yg sangat indah baik berupa keindahan bawah laut, pantai, gunung, hutan, serta beranekaragam hayati. Lombok Sumbawa juga secara jelas memiliki kekayaan budaya (culture) yang unik dan heterogen, berupa suku, bahasa, tradisi dan adat istiadat ( Bali, Sasak, Samawa dan Mbojo), sedangkan karya kreatif (creative-man made) putra-putri NTB harus pula merepresentasikan daya kreasi yang mampu mencipta ragam karya, daya tarik, dan atraksi yang memikat wisatawan,” papar Zainul Majdi. 

Acara launching branding Pesona Lombok Sumbawa dan Kalender Even Pariwisata NTB 2016, serta pendantanganan MoU dimeriahkan dengan persembahan beberapa tarian tradisional NTB antara lain Tari Katumbu yakni tarian yang menggambarkan keluwesan dan keterampilan remaja putri. Tarian ini diperkirakan sudah ada sejak abad XV dan ditarikan keluarga istana setempat.

Tiga langkah di atas yang dilakukan Pemprov NTB jelang akhir tahun 2015 ini membuktikan NTB lebih siap dibanding provinsi lain dalam upaya menjaring sekaligus menyambut kedatangan wisatawannya. Target kunjungan 3 juta wisatawan ke NTB tahun depan, diprediksi banyak pihak bakal terlampaui. 

Naskah & foto: Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

Read more...

Sabtu, 12 Desember 2015

Soup Ikan Serang, Hemmm…Gurih Segar Mengugah Selera

Plang bertuliskan Rumah Makan (RM) Taman Taktakan SOUP IKAN, tepat di seberang Hotel D’Gria, Kota Serang, Banten sudah menggoda sejak awal. Pikiran pun langsung teringat dengan Sop Ikan khas Batam, Kepri yang namanya sudah tersohor. Tapi setelah mencicipi sop ikan khas Ibukota Provinsi Banten yang satu ini, hemmm… ternyata punya citra rasa yang beda. Benar-benar menggugah selera.







































Read more...

Senin, 07 Desember 2015

Memahami Indonesia Lewat Ragam Seni Ikat Kepala

Mengenal lebih dekat suku-suku yang ada di Indonesia sekaligus budayanya bukan cuma lewat bahasa, kuliner tradisional, rumah adat, kesenian, dan adat istiadatnya. Pun bisa lewat seni ikat kepalanya yang beragam. Sejak dulu ikat kepala bukan sekadar penghias kepala biar lebih rapih dan atau terlindung dari terik matahari, pun dianggap sebagai simbol kewibawaan seorang pria.

 “Om dari Bali ya. Udeng-nya bagus?” tanya seorang supir mini bis bluebird di salah satu Rest Area Tol Cipali beberapa waktu lalu. “Oh bukan pak, Saya dari Lampung. Ikat kepala yang saya pakai ini khas Sunda tepatnya dari Cirebon,” balasku.

“Oh saya kira Om dari Bali. Soalnya kemarin saya ketemu rombongan dari Bali juga pakai ikat kepala,” kata pria itu lagi. “Ia memang sepintas rada mirip. Tapi kalau dilihat secara detil beda bentuknya. Nah yang saya pakai ini motifnya Mega Mendung, motif khas Batik Cirebonan,” jawabku lagi.

Entah sudah berapakali orang mengatakan saya ini orang Bali setiap kali mengenakan ikat kepala praktis. Padahal yang saya kenakan bukan Udeng atau ikat kepala khas Bali. Atau jangan-jangan kulitku yang gelap ini memang mirip dengan kebanyakan pria Bali. Entahlah.

Ini membuktikan ikat kepala khas Bali yang disebut Udeng lebih tersohor dan me-Nasional dibanding ikat kepala dari daerah lain. Salah satu faktornya sampai sekarang lelaki Bali kerap mengenakan Udeng.

Para lelaki Bali memakai udeng baik dalam pertemuan informal, acara-acara resmi, hingga ritual peribadahan dan upacara keagamaan.

Ketika beribadah di pura, udeng digunakan untuk mencegah adanya rambut yang rontok dan dapat melanggar kesucian pura. 

Udeng yang digunakan saat beribadah umumnya berwarna putih polos. Udeng terbuat dari kain dengan ukuran panjang kurang lebih sekitar setengah meter. 

Di Bali, perajin udeng dan kerajinan-kerajinan berbahan kain lainnya banyak diproduksi di daerah Karangasem. Salah satu desa yang terkenal karena kerajinan kain adalah Desa Sidemen. Di desa ini, dapat ditemukan udeng dalam berbagai motif, mulai dari polos, ornamen metalik, corak batik, dan corak lain yang lebih modern. 

Udeng memiliki bentuk asimetris bilateral dengan sisi sebelah kanan lebih tinggi dari sisi kirinya. Bentuk asimetris ini memiliki makna filosofis setiap orang harus berusaha melakukan kebajikan. Lekukan udeng memiliki makna. 

Lekuk dikanan lebih tinggi daripada dikiri berarti hendaknya kita lebih banyak melakukan hal yang baik (dharma) dari pada berbuat buruk (adharma). Ikatan ditengah - tengah kening bermakna memusatkan pikiran kita, da ujung ke atas melambangkan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan menggunakan udeng secara garis besarnya disebutkan hendaknyalah pemakainya selalu berbuat yang baik sehingga pemakainya nanti dapat bersatu dengan beliau (moksa). 

Udeng yang tertutup dan ikatan di belakang, yang boleh memakai udeng ini pinandita (sulinggih) yaitu orang yang sudah mewinten atau atau Samkara Eka Jati. Udeng seperti ini sering disebut dengan ''mebongkos nangka''. 

 Udeng dalam makna pakaian adat ke pura secara umum dibagi tiga. Pertama, Udeng Jejateran (udeng untuk persembahyangan) menggunakan simpul hidup di depan, disela-sela mata, sebagai lambang cundamani atau mata ketiga, juga sebagai lambang pemusatan pikiran, dengan ujung menghadap keatas sebagai symbol penghormatan pada Sang Hyang Aji Akasa. Udeng jejateran yang memiliki dua bebidakan yakni Sebelah kanan lebih tinggi, dan sebelah kiri lebih rendah yang berarti kita harus mengutamakan dharma. Bebidakan yang kiri symbol Dewa Brahma, yang kanan symbol Dewa siwa dan simpul hidup melambangkan Dewa wisnu, bagian atas kepala atau rambut masih tidak tertutupi yang berarti masih brahmacari. 

Kedua, Udeng Dara Kepak, masih ada bebidakan tetapi ada tambahan penutup kepala yang berarti symbol pemimpin yang selalu melindungi masyarakatnya dan pemusatankecerdasan. Ketiga, Udeng Beblatukan (dipakai oleh pemangku) tidak ada bebidakan, hanya ada penutup kepala dan simpulnya di belakang dengan diikat kebawah sebagai symbol lebih mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.

Ikat kepala Indonesia bukan cuma Udeng. Di Sunda, ikat kepala-nya dikenal dengan nama Totopong, Di Baduy disebut Lomar, Di Yogya dan Solo lebih dikenal dengan Blangkon. Di Jawa Timur seperti daerah Banyuwangi namanya sama dengan Bali yakni Udeng. 

Di Sumatera Selatan dikenal dengan nama Tanjak. Di Sumatera Utara khususnya suku Batak Simalungun disebut Gotong. Sedangkan di Buton, Sulawesi Tenggara ikat kepala pria yang simpel dinamakan Kampurui. 

Totopong populer setelah dikenakan Kabayan. Bentuknya tertutup seperti Balngkon. Pada 2012 lalu, totopong secara resmi diperkenalkan oleh Pemerintahan Kota Bogor kepada turis mancanegara sebagai salah satu ciri khas baru bagi masyarakat Sunda Bogor. 

Totopong terbuat dari kain batik bermotif Sunda berbentuk persegi dengan ukuran 50x50 cm. Kain ini kemudian diikatkan pada kepala dan dibentuk sesuai dengan variasi yang diinginkan. Secara umum, terdapat tujuh variasi bentuk dalam totopong, yaitu bentuk barambang semplak, parekos nangka, parekos jengkol, tutup liwet, lohen, porten, dan kole nyangsang. Semua variasi totopong tersebut mempunyai keunikan masing-masing. Totopong biasa dijual dengan harga Rp20.000/potong atau bisa lebih mahal atau lebih murah tergantung pada kerumitan motif batik yang ditawarkannya.

Khusus ikat kepala Barangbang Semplak khas Sunda, biasanya dikenakan para jawara silat. Oleh karena itu, ikatannya praktis dan bikin yang memakainya terlihat gagah. Sedangkan blangkon Jawa tertutup, pemakainya tak tersengat matahari. Biasanya warna dan motif kainnya menjadi simbol yang menjelakan kedudukan pemakainya.

Ikat kepala pria khas Sumatra Selatan Tanjak memiliki unsur Melayu yang sangat kuat. Biasanya Tanjak dikenakan dengan pakaian adat mulai dari jas tutup bersulam emas, dipadukan dengan kain songket, dan celana panjang. 

Muhar Omtatok, salah seorang Budayawan Simalungun berpendapat penutup kepala pria Simalungun yakni Gotong awalnya berbentuk destar dari bahan kain gelap (berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa). Tapi kemudian orang Simalungun dewasa ini juga suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik. 

Sementara ulos penutup kepala pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutan Sorotali. Sortali itu sendiri adalah ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota. Biasanya dibuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus dengan kani merah. Sortali ini digunakan pada pesta-pesta besar. Sortali biasa digunakan laki-laki juga perempuan. Akan tetapi sama seperti ulos, penggunaan sortali tidak sembarangan dan memiliki aturan sendiri.

Pengikat kepala khas orang Buton yang disebut Kampurui biasanya melengkapai pakaian adatnya yang dinamakan Pakaian Balahadada dapat diartikan sebagai pakaian belah dada. Dikatakan demikian karena pakaian tersebut tidak memiliki kancing sehingga sipemakai dapat terlihat dadanya. Pakaian ini dilengkapi “destar” yang dalam bahasa Wolio (Buton) adalah Kampurui. 

Ada beberapa jenis Kampurai yakni Kampurui Bewe Patawala, Kampurui Bewe Palangi, Kampurui Tumpa, dan Kampurui Bewe Poporoki berdasarkan bentuk dan warnanya. Keempat Kampuruiini pada bahagian sekelilingnya dijahitkan benang emas atau perak yang disebut ”Jai” atau ”Pasamani”. 

Untuk membudayakan Kampurai, Bupati Buton Umar Samiun sampai mengeluarkan regulasi yang mengatur jajaran birokrasi wajib mengenakannya lengkap dengan pakaian adat. Pakaian adat kebesaran dikenakan hari Kamis dengan jenis pakaian adat Balahadhadha sesuai dengan kepangkatan masing-masing. Selanjutnya pada hari Jumat, jajaran pemerintah wajib mengenakan pakaian adat dengan sentuhan yang lebih ringan, ditandai dengan penggunaan Kampurai dengan model “padamalala” dan wajib menggunakan sarung sentuhan khas Buton. 

Itulah beberapa ragam seni ikat kepala Nusantara. Dengan mengenalnya lebih jauh, kita akan mengenal lebih dekat suku-suku yang mengenakan ikat kepala tradisionalnya masing-masing. Dengan begitu secara tidak langsung kita akan lebih memahami Indonesia yang begitu beraneka budayanya. 

Naskah & foto: Adji Kurniawan (kembaratropsi@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 03 Desember 2015

Mengurai Bosan di Pantai-Pantai Garut Selatan

Jenuh berwisata pegunungan dan pedesaan di Garut, cobalah bergeser ke pantai-pantainya yang bersemayam tak bisa diam di Garut Selatan. Di sana, bosan Anda dijamin bakal terurai oleh rangkaian pantai yang masing-masing menyimpan pesona menakjubkan. Salah satu pantainya bahkan pernah menjadi lokasi favorit tuan dan nyonya Belanda, tempo doeleoe.

Pantai pertama di Garut Selatan yang dapat Anda sambangi adalah Sayangheulang. Pantai sepanjang lebih dari 2 Km dengan lebar pantai sekeitar 50 meter ini terletak di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk. Lokasinya sekitar 5 Km dari Alun-Alun Pameungpeuk.

Pesona pantai ini terletak dari hamparan pasirnya yang halus berwarna putih. Perairannya berwarna hijau kebiru-biruan karena dasar lautnya curam dan memiliki berpalung laut. Pantai yang status kepemilikan berada ditangan Polisi Air dan Udara ini, jadi pada waktu-waktu tertentu pantai tersebut dijadikan tempat latihan tentara.

Keistimewaan lainnya, pantai ini langsung menghadap Samudera Indonesia ke arah Selatan, oleh karena itu ombaknya lumayan besar. Rata-rata tinggi gelombangnya 2 – 3 meter. Tapi tak usah khawatir karena bentangan pantainya cukup lebar dan datar, sehingga aman untuk bermain asal tidak berenang terlalu jauh. Di pantai yang berbatasan dengan Desa Jatimulya di sebelah Utara, Desa Pamalayan (Barat), dan Desa Manddtakasth di sebelah Timur ini juga sudah ada penjaga pantai yang selalu siap siaga mengawasi pengunjung.


Dulunya, Pantai Sayangheulang juga memiliki gumuk pasir sebagaimana Pantai Parangtritis di Yogjakarta. Sayangnya, gumuk pasir sepanjang tiga Km di pantai ini diratakan demi alasan pembangunan pariwisata pada tahun 1980-an. Hanya tersisa sebagian gumuk di bagian timur pantai. Gumuk pasir ini awalnya membentang dari muara Sungai Cipelebuh sepanjang 15 Km. 

Puas bersantai di Pantai Sayangheulang, lanjutkan perjalanan ke Pantai Santolo. Pantai ini sebenarnya masih satu rangkaian dengan Sayangheulang, hanya saja terhalang oleh muara. Untuk sampai ke Santolo yang berada di Kecamatan Cikelet ini, pengunjung harus menyeberangai muara dengan perahu nelayan setempat yang beroperasi setiap saat. Tarifnya cuma Rp 2.000 per orang. Tapi jika membawa kendaraan, harus putar balik arah menuju jalan utama dan meneruskan sampai menemui Lapangan Sepak Bola Kiarakohok lalu belok kiri.
Pesona Santolo lebih menakjubkan dibanding pantai sebelumnya. Di pantai ini pengunjung dapat melihat dan mengabadikan dua fenomena alam yang menakjubkan. Ketika pagi pemandangan matahari terbi (sunriset) dan saat senja panorama matahari tenggelam (sunset)-nya amat menawan. Kedua pesona alam itu kerap diburu para penggemar fotografi landscap pantai. 

Hamparan pantainya yang berpasir putih dan lembut, memanjang dari Barat ke timur. Namun di beberapa bagian pantainya penuh dengan batuan karang, Deretan terumbu karangnya menjadi rumah bermacam biota laut. 

Di pantai ini juga terdapat Muara Cilauteureun yang cukup populer. Penduduk lokal pun menyebut pantai ini dengan nama Pantai Cilauteureun. Cilauteureun dalam Bahasa sunda berarti laut yang berhenti. Dinamakan demikian karena air laut di muara ini bergerak bukan menuju laut, melainkan kembali lagi ke arah muara. Sederhananya biasa disebut air laut yang mengalir ke darat. Airnya jernih dan bersih. Banyak pengunjung yang mengabadikan fenomena alam langka ini. Konon peristiwa seperti ini hanya bisa ditemukan di dua tempat, yakni di Santolo Garut dan Prancis. 

Kelebihan lainnya di sana terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan menjadi tempat berlabuh dan berkumpulnya para nelayan tradisional. Pengunjung bisa menyewa perahu untuk menikmati deburan pantai ombak Selatan yang cukup menantang. Bisa juga mencoba permainan water sport banana boat untuk memacu adrenalin. Harganya cukup terjangkau sekitar Rp 25.000 per orang.

Jika masih punya waktu luang, teruskan ke Pantai Rancabuaya di Desa Purbayani Kecamatan Carigin. Lokasinya cukup jauh dari Kecamatan Pameungpeuk sekitar 25 Km. Namun keindahan yang disuguhkan akan membuat mata terpana sehingga lelah pun sirna. 

Ombak Pantai Rancabuaya cukup besar karena berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sementara tepi pantainya berstruktur bebatuan karang yang cukup besar sehingga tidak cocok untuk aktivitas berenang. 

Namun pantai ini punya keirtimewaan dengan adanya Curug Karma. Air terjun ini tercurah dari tebing batu dan menghadap arah pantai. Banyak pula jenis hewan laut lain yang dapat ditemui di sektar curug seperti kerang, kepiting laut, bintang laut yang ikut terdampar. Pengunjung kerap mencari ikan-ikan kecil di bebatuan karang yang terbawa oleh ombak 

Pantai-pantai di Garut Selatan punya sejarah unik sebagai pangkalan kawasan militer jaman Belanda dan Jepang. Di Pantai Santolo misalnya, masih ada sisa-sia bekas bangunan Belanda, berupa bangunan bekas dermaga dan jembatan rel lori besi yang dahulu digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil perkebunan teh dan karet. 

Hingga kini pun masih banyak peninggalan bungker yang ditemui di sepanjang pantai. Sempat tertutup untuk masyarakat umum, pantai kemudian berkembang menjadi destinasi wisata regional. Lahan yang dulunya menjadi kawasan militer tersebut, kini dikelola oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai lokasi peluncuran roket. 

Bahkan pantai di Pameungpeuk pernah menjadi lokasi liburan favorit tuan dan nyonya Belanda tempo doeloe. Jejaknya antara lain bisa dilihat dari foto-foto tua tahun 1920-an di situs Museum Tropen, Belanda. 

Di situs museum tersebut di antaranya ada foto-foto karya Thilly Weissenborn (1889-1964), fotografer perempuan pertama di Hindia Belanda. Karya perempuan asal Jerman yang lahir di Jawa Timur, menetap di Belanda, dan 20 tahun tinggal di Garut ini antara lain foto pantai di Pameungpeuk, foto interaksi warga lokal dengan pihak kolonial Belanda, hingga indahnya kelokan tajam perbukitan dari Kota Garut menuju Pameungpeuk. Sewaktu menetap di Garut, Thilly mengelola studio Foto Lux yang kemudian menjadi miliknya. Studio beralamat di Societeitstraat 15 (sekarang Jalan Ahmad Yani). 

Garut Selatan berjarak sekitar 90 Km dari pusat Kota Garut dan memakan waktu 3,5 jam dengan kendaraan roda empat. Rutenya Garut – Cikajang – Cikelet – Pameungpeuk. Meskipun cukup jauh, namun suasana perjalanan menuju ke pantai ini sangat memanjakan mata dengan pemandangan yang menyajikan pegunungan dengan jalan berkelok-kelok dan di beberapa titik dapat melihat air terjun yang tersembunyi dikelebatan rimba perbukitan, serta melewati perbukitan kebun teh dan hutan lindung. 

 Pengunjung yang menggunakan kendaraan umum ke Garut Selatan, biasanya naik angkutan umum mikrobus (ELF) jurusan Pamengpeuk dari Terminal Guntur, Kota Garut. Tarifnya sekitar Rp 25.000 per orang. Rute lainnya dari Ciwidey – Cisewu – Bungbulang – Pameungpeuk. Jalur ini lumayan jauh dan belum ada kendaraan umum. Tetapi sebagai gantinya kita disuguhi pemandangan yang sangat bagus. Pengunjung yang darang dari Kota Bandung, juga ada yang melalui rute Ranca Bali – Naringgul – Cidaun – Rancabuaya – Santolo atau lewat jalur alternatif yaitu melewati Pangalengan. Lama perjalanan Bandung – Penganlengan – Ranca Buaya kurang lebih 4-5 jam. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut Mlenik Maumeriadi mengatakan Pantai Santolo merupakan salah satu obyek wisata pantai yang ramai dikunjungi saat musim libur termasuk Lebaran. Wisatawan Nusantara (wisnus) yang datang ke pantai-pantai di Garut Selatan ini bukan hanya dari Garut namun juga Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, dan Cianjur.

Selain Sayangheulang, Santolo, dan Rancabuaya, sebenarnya masih ada obyek pantai lain di Garut Selatan. Sepanjang perjalanan menyisir pantai antara Santolo dengan Rancabuaya, misalnya ada pantai-pantai yang indah dan belum bernama. 

Dari pantai tak bernama itu, lalu ada Pantai Cicalobak yang berada di antara pantai tak bernama dengan Puncak Guha. Dari Puncak Guha pengunjung dapat menikmati keindahan pantai selatan dari puncak tebing. Di lokasi ini pun terdapat gua, karena itulah dinamakan Puncak Guha. 

Terakhir Pantai Sancang di wilayah hutan Sancang. Hutan Sancang ini dipercaya angker, konon menjadi tempat menghilangnya Prabu Siliwangi saat dikejar-kejar oleh anaknya Prabu Kiansantang. Salah satu cara untuk mencapai Pantai Sancang melalui jalan memasuki hutan. Pengunjung ada yang naik ojek motor, tak sedikit yang berjalan kaki sekitar 2 Km.

Pantai berkarang dan berbatu-batu hitam besar seperti batu kali ini, di beberapa sisinya terdapat pohon-pohon bakau. Kendati berada di pedalaman, di pantai ini terdapat juga pelelangan ikan dan beberapa warung yang menyediakan mie rebus dan minuman ringan. Kalau berkunjung ke sini sebaiknya pagi hari, karena siang hari pantainya mulai pasang, dan pasangnya termasuk cepat. 

Berwisata ke Garut Selatan tak perlu bingung bermalam dimana. Di Pameungpeuk tersedia banyak penginapan dari penginapan biasa, losmen, bungalow hingga hotel melati I-III, di antaranya Hotel Wira Kalingga Jalan Raya Pamengpeuk No 102, Pondok Karang Asri Jalan Raya Pameungpeuk Km.12 No. 10, Penginapan Amboina Jalan Cilauteureun No. 19, Penginapan Barokah Raya Cilauteureun, Penginapan Biasa Jalan Cigodek, Penginapan Citra Agung Jalan Cilauteureun No. 785, Penginapan Rahmat Jalan Cilauteureun No. 10, dan Wisma LAPAN di Jalan Cilauteureun. 

Untuk urusan isi perut, di Pameungpuek juga tersedia warung-warung sederhana dan rumah makan yang menyajikan aneka hidangan laut yang segar. Kalau mau beli oleh-oleh seperti kaos dan aksesoris dengan harga terjangkau, juga ada kios-kios cinderamata di sana. 

Naskah & foto: Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

Read more...

Menghitung Keistimewaan Candi Cangkuang Garut

Di Garut memang ada candi ya? Tanya seorang rekan media ketika tengah meliput obyek-obyek wisata di wilayah Garut. Pertanyaan itu membuktikan masih banyak orang, bahkan jurnalis yang tidak tahu bahwa di wilayah Garut memang benar ada candi, namanya Candi Cangkuang. Maklum selama ini kalau bicara soal candi, orang pasti lebih mengingat Jogja dan Jawa Tengah lantaran di kedua wilayah itu berdiri candi berukuran besar dan gagah yakni Borobudur, Prambanan, dan candi-candi lainnya yang sudah mendunia namanya. 

Candi Cangkuang di Garut merupakan candi peninggalan Agama Hindu yang diperkirakan didirikan pada abad ke-8 M namun baru ditemukan pada tahun 1966. Kendati berukuran kecil, candi mungil ini punya banyak keistimewaan.

Keistimewaan Candi Cangkuang di Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat ini terletak pada lokasinya. Nama Candi Cangkuang diambil dari nama desa tempat candi ini berada. Kata 'Cangkuang' sendiri adalah nama tanaman sejenis pandan (pandanus furcatus), yang banyak terdapat di desa tersebut. Daun Cangkuang biasa dimanfaatkan warga setempat untuk membuat tudung, tikar, dan pembungkus.


Yang lebih istimewa lagi Candi Cangkuang yang kini berstatus cagar budaya berada di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari Barat ke Timur dengan luas 16,5 hektar di tengah danau kecil atau situ dalam Bahasa Sunda. Jadi untuk mencapainya tak ada pilihan, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan rakit bambu khas Cangkuang yang cukup panjang dan memiliki atap untuk melindungi pengunjung dari panas dan hujan. 

Semua daratan Candi Cangkuang dikelilingi seluruhnya oleh situ yang luasnya 25 hektar, akan tetapi kini hanya bagian Utara yang masih berupa danau, bagian Selatannya telah berubah menjadi lahan persawahan. Keberadaan gunung-gunung, situ, pulau mungil, serta rakit menawarkan pemandangan khas dan menawan.

Keistmewaan lain, selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya. Di dekat Candi Cangkuang, sekitar tiga meter terdapat makam Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur Kampung Adat Pulo. 

Kampung adat ini memiliki keunikan tersendiri karena sejak abad ke-17M, jumlah kepala keluarga (KK) yang menghuninya tidak berubah, tetap enam KK dan semuanya merupakan keturunan Embah Dalem Arif Muhammad. 

Dulunya Embah Arief Muhammad ini merupakan utusan dari Kerajaan Mataram yang ditugaskan untuk menyerang VOC di Batavia, namun penyerangannya gagal. Karena malu dan takut untuk kembali ke Kerajaan Mataram, dia beserta pengikutnya memutuskan untuk tinggal di Kampung Pulo dan kemudian menyebarkan Agama Islam di Desa Cangkuang dan sekitarnya. .

Arif Muhammad dianugerahi tujuh anak terdiri atas satu laki-laki dan enam perempuan. Sesuai bangunan di Kampung Adat Pulo yang terdiri atas satu masjid dan enam rumah. Enam rumah menggambarkan anak perempuan sedangkan masjid menggambarkan seorang anak laki-laki.

Ketika ada keturunan di Kampung Adat Pulo yang sudah menikah, maka maksimal dua minggu dari pernikahan itu harus ke luar dari Kampung Pulo. Kalau ada yang meninggal, salah satu keturunan yang perempuan boleh kembali lagi ke Kampung Pulo. Harus anak perempuan karena Kampung Pulo menganut sistem matrilineal sebagaimana Suku Minangkabau. 

Keistimewaan berikutnya, Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang ini, sejatinya hasil rekayasa rekonstruksi. Bangunan aslinya hanya 40%-an. Oleh sebab itu, bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya belumlah diketahui. 

Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan laporan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun 1893. 

Para peneliti melakukan penggalian dan berhasil menemukan fondasi candi berkuran 4,5 x 4,5 meter dan batu-batu candi lainnya yang berserakan. 

Proses pemugaran Candi dimulai pada tahun 1974-1975 dan pelaksanaan rekonstruksi dilaksanakan pada tahun 1976 yang meliputi kerangka badan, atap, dan patung Syiwa serta dilengkapi dengan sebuah joglo museum dengan maksud untuk dipergunakan menyimpan dan menginventarisir benda-benda bersejarah bekas peninggalan kebudayaan dari seluruh Kabupaten Garut. 

Hasil pemugaran tahun 1974 ditemukan kembali batu candi yang merupakan bagian-bagian dari kaki candi. Kendala utama rekonstruksi candi ini, batuan candi yang ditemukan hanya sekitar 40% dari aslinya, sehingga batu asli yang digunakan merekonstruksi bangunan candi tersebut hanya sekitar 40%. Selebihnya dibuat dari adukan semen, batu koral, pasir, dan besi. 

Keistimewaan lagi asal-usul Candi Cangkuang masih menjadi tanda tanya sampai kini. Berdasarkan penelitian, para ahli hanya menduga bahwa Candi Cangkuang didirikan pada abad ke-8 M, didasarkan pada tingkat kelapukan batuannya, serta kesederhanaan bentuknya yang tidak berelief. 

Di dalam candi setinggi 8,5 meter ini terdapat arca Siwa setinggi 40 sentimeter dengan kedua lengan yang patah.

Saat berkunjung ke Candi Cangkuang, wisatawan bisa melihat naskah-naskah kuno seperti Alquran dan naskah khutbah Idul Fitri yang berada di Situs Museum Cangkuang. 

Naskah-naskah kuno tersebut bahannya menggunakan daluang atau dluwang dalam Bahasa Jawa yakni kertas tradisional dari bahan kulit Pohon Saeh. Tak cuma itu, wisatawan juga juga bisa belajar bagaimana cara membuat daluang. 

Koordinator Juru Pelihara Situ Cangkuang, Zaki Munawar menjelaskan daluang terbuat dari Pohon Saeh berumur satu sampai dua tahun dan tak bercabang dengan diameter tak lebih dari 20 sentimeter lalu diambil bagian kulitnya untuk dijadikan kertas. Cara pembuatan daluang secara tradisional. Sebelum kulit Pohon Saeh direndam selama tiga hari. Seteleh itu dipukul-pukul hingga melebar menjadi kertas. Kulit yang sudah dipukul-pukul ini harus direndam lagi dengan dibungkus daun pisang selama empat sampi enam hari untuk menutup bagian kertas yang bolong. 

Sepulang dari Candi Cangkuang, pengunjung dapat membeli aneka kerajinan tangan di deretan kios sebelum memasuki Kampung Adat Pulo dan Candi Cangkuang. Ada replika Candi Cangkuang dan rakit dari kayu, gantungan kunci, tas, kaos, topi, layang-layang,dan masih banyak lainnya. Tak ketinggalan warung kopi dan makanan kecil.

Satu keistimewaan lainnya, pengunjung dapat membeli Burayot, kue khas Cangkuang sebagai oleh-oleh. Burayot terbuat dari tepung beras, gula aren merah, dan santan kelapa. Rasanya manis dan agak renyah. Bentuk kuenya bulat lonjong dengan warna kecoklatan, sepintas mitrip getuk goreng. 

Dinamakan Burayot. karena ketika adonan tepung beras ini digoreng, lalu diangkat dengan batang bambu kecil sehingga kulit kuenya tertarik ke atas dengan tepung gulanya menggantung di bagian bawah kue. Oleh orang Sunda menyebutnya 'ngaburayot'. 

Di sekitar pintu loket Obyek Wisata Candi Cangkuang, banyak warga yang menjual kue ini di kios-kios. Burayot aneka rasa biasanya dijual dalam wadah plastik besar dan kecil. Harganya Rp 7.500 untuk wadah kecil dan Rp 15.000 per wadah besar yang berisi 20 kue Burayot. 

Candi Cankuang juga mudah dijangkau. Lokasinya hanya berjarak berjarak sekitar 17 Km dari Kota Garut atau sekitar 46 Km dari Kota Bandung. Obyek ini buka setiap hari sejak, mulai pukul tujuh pagi sampai pukul lima sore. Tiket masuknya pun cuma Rp 3 ribu untuk wisnus dan Rp 5 ribu untuk wisman. Pengunjung yang ingin mendengar kisah lengkap Kampung Pulo serta Candi Cangkuang sambil keliling kampung, bisa menggunakan jasa pemandu namun dikenakan biaya tambahan. 

Pengunjung yang ingin bermalam, tak perlu khawatir di sekitar obyek ini sudah ada beberapa penginapan antara lain Penginapan Keluarga Situ Cangkuang dengan harga terjangkau. 

Jika ingin menikmati makanan khas Sunda, juga sudah ada Rumah Makan Sari Cobek yang cukup besar, dilengkapi ruang pertemuan, arena bermain anak, pemancingan, tempat parikir yang luas, toilet, dan musola serta penginapan terdiri atas bungalow dan beberapa kamar standar. Di samping rumah makan tersebut berdiri sebuah masjid berarsitektur simpel modern. 

Melihat sejumlah keistimewaan Obyek Wisata Cagar Budaya Candi Cangkuang, tak heran kalau pengunjungnya selalu ramai pada akhir pekan, terlebih pada musim liburan. Bukan hanya pelajar, mahasiswa, para peneliti, dan awak media, pun wisatawan dari dalam dan luar negeri. 

Naskah &foto: Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com) 

Captions: 
1. Candi Cangkuang Garut 
2. Naik rakit bambu khas Cangkuang 
3. Kampung Adat Kampung Pulo 
4. Wisatawan tengah berfoto di Candi Cangkuang 
5. Plang keterangan sejarah penemuan Canding Cangkuang
6. Membuat kertas dari kulit kayu Pohon Saeh di Situs Museum Cangkuang 
7. Replika Candi Cangkuang dari kayu buat oleh-oleh
8. Penginapan di dekat obyek Wisata Candi Cangkuang.

Read more...

Tempat Terbaik Merangkai Bunga Tidur di Garut, dari Resort Mewah hingga Camping Ground

Garut termasuk destinasi berobyek wisata alam lengkap. Ada pedesaan yang menenangkan, kota yang sedari dulu dijuluki Switzerland van Java, lembah, pantai, sumber air panas hingga pegunungan dengan gunung-gunung aktifnya yang kian memesonakan parasnya. Begitupun dengan pilihan tempat bermalam, untuk merangkai bunga tidur hingga pagi menjelang. Banyak jenis dan pilihannya.




Kelebihan resort ini memiliki kolam air panas alami yang terkenal sangat baik untuk terapi kesehatan. Resort yang berada di Jalan Raya Cipanas ini dikelilingi rangkaian gunung, di sebelah Utara Gunung Guntur, sebelah Selatan Gunung Cikuray, dan sebelah Barat Gunung Papandayan. Jelas pemandangan yang disuguhkan sungguh sangat indah.

Akomodasi di resort ini ada beragam mulai dari Babakan Siluhur, Deluxe Suite, Suite Couple, Suite Room, Suite Arileu, Junior, beberpa tipe Bungalow, Pondok Kelapa, dan Villa Kawung.



Tarifnya paling mahal dari jenis penginapan lainnya di di sini. Kalau weekdays Rp 10.380.000, weekend Rp 14.892.000 berkapasitas 12 orang. 

Tarif termurah Villa Kawung, untuk weekdays Rp 575.000, weekend Rp 925.000 kapasitas 2 orang. 

Resort ini juga dilengkapi berbagai fasilitas di antaranya Kolam Renang Air Panas Alam “Tasikmadu” yang dilengkapi kolam renang anak, Kamar Rendam Air Panas Alam “Sipatahunan”, Taman Bermain Anak, dan Trek untuk refleksi, Tegal Pangulinan  atau Area Bermain yang berisi berbagai kegiatan permainan seperti Flying Fox, High Rope, permainan jadul ‘troktrak’, ‘balap karung’, ‘balap bakiak’. 

Anda juga bisa melihat kegiatan tradisional rakyat Cipanas tempo doeloe seperti ‘ngabedahkeun balong’ (menguras kolam ikan), ‘ngala belut’ (ambil belut) atau ‘nguseup’ (mancing) dengan catatan memesan terlebih dahulu. Area ini cukup memadai untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan ‘outdoor’ seperti ‘management outbound program’. 

Fasilitas lainnya ruang pertemuan untuk konferensi, resepsi pernikahan, ulang tahun dan lainnya  yang berkapasitas mulai dari 12 sampai dengan 800 orang. 

Juga ada restoran yang menyajikan berbagai pilihan menu makanan dengan berbagai suasana pilihan yang berbeda dan tetap mengedepankan suasana “balong” lengkap dengan suara gemericik air sebagai ciri khas Sumber Alam. Menunya ada sajian makanan khas orang sunda, makanan Indonesia, kontinental dan bahkan beberapa makanan Eropa. 

Sesaat setelah berendam air panas di Kamar Rendam Sipatahunan, bisa duduk-duduk sejenak di warung kopi khas Cipanas jaman “baheula”. Nikmati kopi tubruk hitam, teh garut, bandrek bajigur panas, dan minuman herbal yang menyehatkan serta penganan jajanan pasar urang Garut.

Buat yang enggan meninggalkan suasana nyaman di bungalow, Tukang Bakso, Mie Kocok, Bajigur, dan lainnya akan berkeliling menghampiri bungalow. Atau bisa menghubungi room service yang siap melayani pesanan tamu selama 24 jam. 

Jika bertandang ke kawasan Puncak Darajat, juga tersedia banyak pilihan bermalam. Puncak Darajat merupakan salah satu wisata alam pegunungan sangat indah di Garut. Alamnya masih sangat asri, berhawa sejuk, ditambah dengan kolam renang air panas dan water boom serta aqua play dan juga outbound yang di sediakan beberapa perusahaan yang mendirikan objek wisata di sekitar Darajat ini. 

Di Puncak Darajat juga ada beberapa penginapan beragam kelas, salah satunya Guest House Awit Sinar Alam Darajat. Meskipun penginapan ini belum termasuk kelas hotel namuan dilengkapi sejumlah fasilitas yang dapat memanjakan dan bisa menghilangkan kepenatan para wisatawan yang tour dan ingin refreshing setelah lelah dengan kebisingan kota. 

Di penginapan ini tersedia saung-saung yang jauh lebih mewakili suasana desa dan perkampungan yang alami dan asri. Saung-saungnya berdesain tradisional dengan bangunan berbahan dasar bambu dan kayu namun sangat mengutamankan kenyamanan serta kebersihan. Harganya pun relatif terjangkau. 

Jika ke kawasan Samarang, juga ada banyak pilihan penginapan dari kelas biasa hingga resort. Resort terbaru di kawasan ini adalah Kamojang Green Hotel & Resort yang berada di Jalan Raya Kamojang Km 3, Samarang, Garut. Resor menawan ini baru diresmikan 31 Desember 2014 lalu.

Resort yang berkonsep one stop living, lengkap, mewah, dan modern namun tetap menyatu dengan alam pedesaan ini memiliki sekitar 49 unit kamar dengan pemandangan Gunung Guntur, kebun dan area persawahan yang indah. 

Tipe kamarnya pun beragam yaitu premier untuk kamar standar, Azalea untuk tipe deluxe, Ambrosia suite dan Magnolia president suite.

Biaya menginap per malamnya cukup bervariasi. Tipe kamar premier mulai dari Rp 900.000, Azalea Rp 1.250.000, Ambrosia Rp 2.500.000 dan Magnolia Rp 3.750.000. Harga akan menjadi lebih mahal saat akhir pekan dan hari libur lainnya.

Kamar Tipe Ambrosia dibangun seperti bungalow dengan 2 kamar. Sedangkan Magnolia yang tergolong paling mewah ini ada 3 kamar dalam 1 unitnya, ruang keluarga, 3 kamar mandi dan jacuzzi privat serta pemandangannya langsung menghadap ke danau yang ada di area resor. Dua tipe unit ini paling laris diinapi keluarga dari luar Garut. 

Resort ini juga menyediakan paket menginap untuk berbulan madu. Biayanya Rp 3,5 juta per malam dii bungalow Azalea dengan beragam fasilitas spesial lainnya di antaranya welcome drink, afternoon tea, dan dinner candle light

Resort seluas 6,5 hektar ini juga dilengkapi restoran mewah, waterpark, kolam renang dan outbound dengan berbagai permaianan seperti flying fox, termasuk lapangan sepak bola.

Jika memilih berlibur di pantai-pantai yang ada di Garut, juga banyak pilihan tempat menginap, mulai dari penginapan kelas melati sampai hotel berbintang. Salah satunya ANB Hotel & Resort yang terletak di Kecamatan Pameungpeuk, Garut. 

Hotel ini cocok untuk kalangan menengah ke atas, juga untuk wisatawan yang ingin berwisata ke Pantai Pemeungpeuk, Pantai Santolo, dan Sayang Heulang. Fasilitas hotelnya terbilang lengkap, ada kolam renang, AC, meeting room yang memuat samapi 100 orang, dan lainnya. 

Tersedia beberapa tipe kamar yaitu: Minimalis (Single Bed, TV, Fan, Break Fast, Swimming Pool), Bungalow (Single Bed, Wood Cabin, TV, Fan, Break Fast, Swimming Pool), Standard (Double Bed, AC, Wather Heater, Break Fast, Swimming Pool), Deluxe Room (Double Bed, AC, Wather Heater, Break Fast, Swimming Pool, Spacious Rooms, TV), Suite Room (Single Bed, AC, Wather Heater, Break Fast, Swimming Pool, Spacious Rooms, Bath Tab, TV), dan Villa. Tarif kamarnya berkisar antara Rp 200 ribuan sampai dengan Rp 1,3 jutaan. 

Di Garut juga tersedia banyak penginapan berkonsep villa untuk pilihan bermalam, salah satunya Villa Bulleud Tarogong yang berada tidak jauh dari pusat kota. Di villa ini terdapat 2 kamar tidur, kitchen set, kamar mandi yang di lengkapi dengan water heater, ruang meeting, mushola, security system, ruang karaoke, parking area dan masih banyak fasilitas lainnya. 

Tarif harganya Rp 2.000.000 per hari, tetapi jika hari libur tiba harga sewa berbeda dan dapat saja naik. Obyek wisata terdekat Gunung Guntur salah satu gunung aktif yang kerap dikunjungi para pendaki dari berbagai daerah. Selain itu sangat dekat dengan Obyek Wisata Cipanas yaitu wisata pemandian air panas yang berasal langsung dari pegunungan. 

Mau tidur di hotel di Garut dengan harga ekonomis, pilih saja Hotel Paseban. Hotel kelas melati ini beralokasikan di daerah Cipanas, tepatnya di Jalan Otista No. 260, Kecamatan Tarogong Kaler. Hotel ini memiliki kapasitas yang cukup luas, yaitu memiliki 42 kamar yang terbagi dari beberapa jenis seperti mangkubumi, mess, kapatihan, gondangsari, tumenggung, aria, dan demang. Harganya sangat murah mulai dari Rp 30.000 sampai Rp 150.000 saja. Hotel ini juga dilengkapi beberapa fasilitas di antaranya tempat parkir yang luas, mushola, loundry, dan ruangan rapat. 

Kalau memilih desa wisata di Garut, pergi saja ke Desa Wisata Saung Ciburial. Anda tidak perlu meninggalkan desa untuk mencari penginapan, karena sudah ada beberapa alternatif untuk menghabiskan malam di desa ini. Tinggal pilih, mau menginap di saung, rumah warga, atau tidur di alam dengan menggunakan tenda. Semuanya memiliki keunikan tersendiri. 

Saung di Desa Wisata Saung Ciburial terletak di atas kolam ikan dan di depannya ada sebuah kolam kecil yang bisa digunakan untuk bermain rakit. Saung ini memiliki 4 kamar, tapi buat grup backpacker bisa juga merangkai bunga tidurnya di lantai bambu. Jadi saung ini bisa diisi sampai 15 orang. Kondisi saungnya sangat nyaman.

Furniturnya juga dalam kondisi baik, ditambah dengan lukisan kerajinan dari akar wangi yang unik terpampang di tiap ruangan. Dari luar pun terlihat unik, karena desain arsitektur-nya memang desain rumah adat khas sunda, seperti Julang Ngapak, Badak Heuay, Tagog Anjing, dan sejenisnya. Karena itu juga harga Saung ini relatif lebih mahal daripada dua alternatif lainnya, sekitar Rp 1.500.000 per malam. 

Jika ingin benar-benar merasakan kehidupan warga desa, tentu harus menginap di homestay atau rumah-rumah milik warga. Di sini akan merasakan kehangatan ruang keluarga di desa saat malam hari, tidur di kamar yang sederhana, dan makan sajian yang memang biasa disajikan keluarga tersebut sehari-hari, tanpa ada skenario atau perubahan apapun. Jadi jangan kaget jika hidangan di homestay yang satu berbeda dengan homestay yang lain, karena beda keluarga tentu beda hidangannya. Harganya cuma Rp 75.000 per malam, itu udah sama makan bareng keluarga. Ini bisa jadi alternatif buat yang sudah agak bosan dengan resort-resort mewah. 

Selain saung dan homestay, pilihan lainnya bermalam bersama alam di camping ground. Anda tinggal membawa perlengkapan tenda, matras, sleeping bag, dan peralatan lainnya seperti kalau mau naik gunung. Di depan saung utama desa wisata ini ada tanah lapang yang bisa digunakan untuk membuat api unggun dan melaksanakan acara malam di lapangan terbuka. Kalau butuh sound untuk akustik, Anda bisa memesannya, nanti bisa disediakan. Lokasi camping ground ini sengaja cukup terpisah dari perkampungan agar tidak terlalu mengganggu ketenangan warga desa.

Lokasi camping ground lain yang bisa menjadi pilihan bermalam, terutama di gunung adalah Pondok Salada. Pondok Salada merupakan salah satu pos pendakian ke puncak Gunung Papandayan, lewat Jalur Cisurupan, Garut. 

Pondok Salada ini menjadi tempat favorit para pendaki mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutan pendakian keesokan harinya. Tak jauh dari lapangan alami yang cukup luas ini, ada sumber mata air yang airnya mengalir bersih dan jernih yang biasa digunakan pendaki untuk masak. Selain itu juga sudah tersedia fasilitas WC, tempat wudlu, dan mushola. 

Itulah tempat-tempat pilihan menghabiskan malam sekaligus merangkai bunga tidur selagi berwisata di Garut. Anda bisa memilihnya sesuai selera dan tentu isi dompet Anda. 

Naskah & foto: Adji Kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

Captions:
1. Kamojang Green Hotel & Resort 
2. Nama kamar dan bungalao di Kampung Sinar Alam Resort
3. Suasana Kampung Sinar Alam Resort
4. Kamar di Kamojang Green Hotel & Resort 
5. Kolam Renang Kamojang Green Hotel & Resort 
6. Tenda salah satu alternatif bermalam di garut
7. Pondok Salada, lokasi faorit para pendaki mendirikan tenda saat mendaki Gunung Papandayan, Garut.

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP