. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 07 Juli 2014

Jalur “Tengkorak” Pantura Ditakuti Tapi Dicintai Pemudik

Biar sudah membunuh ratusan orang tiap tahun termasuk tahun lalu hingga dijuluki jalur tengkorak, jalan Pantai Utara Jawa atau yang lebih tersohor dengan sebutan Pantura ini tetap menjadi pilihan ribuan pemudik yang ingin berlebaran di kampung dan kota halaman tahun ini. 

Sekalipun perbaikan yang dilakukan di sejumlah ruas jalur ini masih tambal sulam dan belum kelar, suka tidak suka, mau tidak mau, pemudik tetap menggunakan jalur ini. Kondisi seperti ini selalu berulang-ulang terjadi sehingga menimbulkan kesan kurang sedap terhadap pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum (PU). 

Menteri PU Djoko Kirmanto mengakui bahwa perbaikan jalur Pantura sifatnya hanya tumbal sulam sehingga tidak akan bertahan lama. Artinya jika ada yang bolong akan ditambal. Ini dikarenakan jalur tersebut selalu dipadati oleh kendaraan setiap tahunnya. "Selalu ada perbaikan di Pantura. Itu sudah tiap tahunnya," ujarnya di Jakarta belum lama ini.

Kata Djoko penyebabnya ada dua, yakni kendaraan yang melintas melampaui kapasitas jalan dan beban kendaraan yang terlalu berat, akibatnya umur jalan tidak bisa bertahan lama.

Berdasarkan perhitungan antara volume kendaraan dibanding dengan kapasitas yang didata PU, dihasilkan visi rasio yang melebihi ambang batas mencapai 0,7 persen sampai 0,8 persen, padahal normalnya visi rasio adalah 0,5 persen.

Seharusnya beban maksimal kendaraan yang melintas sesuai aturan yakni 10 ton. Namun saat tim PU tidak ada di lapangan, kendaraan yang melintas melebihi regulasi yang ditetapkan. "Kami sempat menemukan truk yang patah as. Saat kami periksa beratnya 90 ton," akunya.

Menurut alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, solusi agar tidak tambal sulam, Pantura harus didukung dengan pembangunan jalan tol dan dobel track.

Kata dia Kementerian PU sudah kini tengah membangun sejumlah jalan tol dari ujung Barat sampai ujung Timur, antara lain jalan tol Cikampek-Palimanan sepanjang 116 Km yang masih dalam tahap pembangunan dan ditargetkan tahun 2015 sudah bisa digunakan.

Ada juga jalan tol Semarang-Batang sepanjang sekitar 30 Km. Lalu ruas Solo-Ngawi yang progres pembebasan lahan sudah mencapai 80 persen. Kemudian ruas Ngawi-Kertosono yang masih dalam pembebasan lahan. Sedangkan di Jawa Timur, ada jalan tol Kertosono-Mojokerto seksi I sepanjang14,5 Km. "Untuk Surabaya-Kertosono masih dalam pengerjaan," ungkapnya.

Dirjen Bina Marga Djoko Murjanto meminta pemerintah mengaktifkan jembatan timbang mengingat banyak truk yang nakal tidak mau masuk ke jembatan timbang.

Jadi Sorotan 
Setiap Ramadhan, Pantura selalu menjadi sorotan. Maklum, jalan di pesisir Utara Jawa ini menjadi jalur vital untuk arus mudik Lebaran setiap tahunnya, termasuk lebaran tahun ini.

Djoko mengatakan mendapat laporan bahwa Pantura lintas Selatan sudah siap. “Sampai saat ini sudah siap untuk dilalui tapi kami tetap jaga biar tak ada lubang," ujarnya.

Menurutnya kendati Pantura sudah siap digunakan dan tak ada aktivitas perbaikan, jalur ini akan tetap macet saat musim mudik mendatang. Soalnya sampai saat ini tak ada jalan tambahan disekitar Pantura sementara kapasitas kendaraan dan bebannya lebih.

Operator bus antarkota dan antarprovinsi mengakui keadaan di jalur Pantura membaik. Jalanan yang dulu berlubang-lubang kini telah ditambal dan diperbaiki.

Kepala Operasional PO Harapan Jaya Syamsudin mengatakan perbaikan jalur Pantura tahun ini amat membantu armada karena lalu lintas jadi lebih lancar dan penumpang tidak lagi tersiksa oleh kemacetan. Namun menurutnya kondisi lalu lintasnya masih saja semrawut.

Jalur Pantura kerap dipakai pemudik yang berasal dari Jakarta menuju Jawa dan sekitarnya. Jalur ini dinilai paling mudah untuk dilewati khususnya untuk pengendara roda dua.

Jalan yang menghubungkan antara Jawa Timur dan Banten sepanjang 1.316 Km, tepatnya dari Merak di Banten hingga Ketapang di Jawa Timur ini juga dikenal dengan jalur tengkorak, karena seringnya terjadi kecelakaan yang merenggut ratusan korban jiwa tiap tahunnya.

Sepanjang tahun 2013, terjadi 673 kasus kecelakaan lalu lintas di sepanjang jalur Pantura Demak yang mengakibatkan 130 orang meninggal dunia. Selain korban meninggal, 38 orang mengalami luka parah dan 760 orang luka ringan.

Dibandingkan pada tahun 2012 lalu, jumlah kasus kecelakaan di Pantura Demak mengalami penurunan. Pada tahun 2012 lalu tercatat 813 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal dunia sebanyak 199 orang, korban luka parah 51 orang dan korban luka ringan 877 orang.

Sementara di jalur Pantura Kabupaten Tuban menewaskan 81 orang tahun 2013 akibat kecelakaan lalu lintas baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat. Sebagian besar korban kecelakaan yang hingga tewas di jalan raya tersebut adalah merupakan pengendara sepeda motor.

Jumlah korban jiwa tersebut mengalami penurunan dari tahun 2012 dengan jumlah korban sebanyak 112 korban tewas di jalan.

Kasus kecelakaan selama tahun 2013 di jalan Pantura Situbondo cenderung menurun dibanding tahun sebelumnya. Ketika itu, angka kecelakaan mencapai 474 kasus. Tahun sebelumnya menembus 517 kasus.

Tak heran, jumlah korban meninggal dan luka berat pun juga menurun dibandingkan dengan korban kecelakaan tahun 2012. Untuk tahun 2013 ini, korban meninggal dalam kasus kecelakaan mencapai 58 orang. Kebanyakan adalah pengendara sepeda motor.

Di Jawa Timur tercatat ada delapan (8) jalur tengkorak, meliputi Surabaya-Lamongan-Tuban, Surabaya-Mojokerto-Nganjuk-Madiun-Ngawi, Kertosono-Kediri-Tulungagung, Surabaya-Porong-Malang-Batu, Malang-Blitar, Surabaya-Probolinggo-Situbondo-Banyuwangi, Probolinggo-Lumajang-Jember-Banyuwangi, dan Surabaya-Bangkalan-Sumenep. Kendati perbaikan jalan terus dilakukan pada jalur-jalur tengkorak ini, potensi kecelakaan diperkirakan masih tinggi.

Melintasi 5 Povinsi 
Jalur Pantura yang sebagian besar pertama kali dibuat oleh Daendels yang membangun Jalan Raya Pos (de Grote Postweg) dari Ayer ke Panarukan pada tahun 1808-an.

Jalur ini melintasi 5 provinsi yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang menghubungkan bagian Barat Pulau Jawa dimana terdapat Pelabuhan Merak (Banten) dengan bagian Timur Jawa dimana terdapat Pelabuhan Ketapang. 

Jalur ini pun melintasi sejumlah kota-kota besar dan sedang di Jawa. Selain Jakarta, juga melewati Cilegon, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Tuban, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan Banyuwangi. 

Disamping jalan arteri, terdapat jalan tol di Pantura antara lain jalan tol Jakarta-Merak (Banten), Jakarta-Cikampek (Karawang), Palimanan-Kanci (Cirebon), Dalam Kota (Semarang), Surabaya-Gresik, dan jalan tol Surabaya-Gempol (Pasuruan). 

Jalur ini menjadi nadi utama transportasi darat pesisir Utara Jawa. Setiap hari dilalui 20.000-70.000 kendaraan. Saat musim mudik Lebaran, jumlahnya meningkat dratis. Tahun 2012 tercatat, jumlah kendaraan yang melintas di jalur ini pada arus mudik dan balik mencapai 33.140 kendaraan per hari. Diperkirakan volume-nya akan melonjak pada musim mudik dan balik Lebaran tahun ini. 

Masalah jalan rusak di jalur Pantura adalah persoalan klasik yang terus menerus muncul, terutama menjelang Lebaran. Proyek perbaikannya tidak kunjung tuntas. Tak heran ada yang menuding proyek perbaikan jalan Pantura adalah “proyek abadi”. 

Wajar kalau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyimpan indikasi korupsi dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun menerjunkan tim untuk melakukan audit investigasi.

Naskah & foto:  adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1.Jalur Pantura jadi jalur pilihan pemudik setiap Lebaran dari Jakarta ke berbagai kota di Jawa. 
2. Jalur Pantura dikenal juga jalur tengkorak karena kerap meminta ratusan korban setiap tahun.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP