Daya Pikat Tukang Blusukan Menuju Istana Merdeka
Magnet Jokowi memang luar biasa. Baru saja Gubernur DKI Jakarta yang doyan blusukan ini dimandatkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai calon presiden (capres), respon positif pun mencuat. Bukan saja dukungan rakyat, pun dari sektor ekonomi, termasuk perdagangan saham.
Buktinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (14/3) kangsung menguat hingga 3,84 persen lantaran didorong sentimen politik dalam negeri atas pencapresan Jokowi yang pada Kamis Malam mencanangkan revitalisassi Kota Tua Jakarta.
Seperti dilansir Antara, IHSG BEI ditutup menguat sebesar 152,48 poin atau 3,13 persen ke posisi 4.878,64. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga naik 36,26 poin (4,37 persen) ke level 830,67.
Bahkan pencapresan insinyur jebolan Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985 ini menjadikan IHSG BEI di Jakarta memimpin bursa saham Asia Tenggara.
Berdasarkan data Bloomberg dari 6 bursa saham di Asia Tenggara, IHSG BEI menguat paling tinggi yakni sebesar 3,23%. Di belakangnya menyusul Vietnam Ho Chi Minh Stock Index dan Thailand SET Index di Bangkok yang naik 1,61% dan 0,12%.
Analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono di Jakarta mengaminkan penyebab penguatan IHSG BEI pada penutupan perdagangan akhir pekan ini didukung oleh sentimen politik di dalam negeri setelah salah satu partai politik mengumumkan capresnya Jokowi. Menurutnya pasar menyukai Jokowi karena dinilai mempunyai rekam jejak yang bersih, pro-rakyat, dan tegas.
Sartono memperkirakan sektor yang mendapat efek positif adalah infrastruktur, konstruksi, dan farmasi. Dunia usaha pun menyambut baik pencapresan Jokowi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Franky Sibarani mengatakan keputusan PDIP mencapreskan Jokowi sangat tepat bukan hanya akan memberikan signal positif di dunia ekonomi Indonesia pun akan menyehatkan bidang investasi dan juga melancarkan jalannya Pemilu nanti.
Sebenarnya magnet pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 ini sudah muncul sejak dia masih menjadi Walikota Solo. Ketika itu dia meraih predikat wakilota terbaik ke-3 di dunia pada Januari 2013, atas keberhasilannya dalam memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih dari korupsi, serta kota yang paling baik penataannya.
Kemudian daya pikatnya semakin menebal ketika pria berperawakan kurus yang nga-fans sama Metalica dan Koes Ploes ini menduduki posisi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Daya tarik suami Iriana yang telah dikaruani 3 anak (Gibran, Kahiyang, dan Kaesang) ini bahkan jauh mengalahkan pesona Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dulu sempat membuai rakyat Indonesia.
Buktinya saat Jokowi hadir mendampingi presiden SBY di berbagai tempat, justru Jokowi-lah yang paling dielu-elukan masyarakat ketimbang SBY. Bukan hanya teriakan-teriakan, “Pak Jokowi, Pak Jokowi”, masyarakat pun rebutan memotret Jokowi sekaligus bersalaman dengannya. Jokowi bak seorang artis papan atas yang tengah bertandang show ke daerah.
Ketenarannya pun mengalahkan Wapres Boediono. Buktinya pelajar sekolah dari SD dan SMP lebih banyak mengenal Jokowi daripada Boediono. Bahkan saat Jokowi hadir bersama menteri, warga lebih antusias menunggu Jokowi dan berebut salaman dibanding dengan menteri yang bersangkutan.
Ibaratnya Jokowi super star atau bintang utamanya, sementara menteri hanya bintang tamu. Pasalnya masyarakat lebih senang berkeluh-kesah dengannya. Ini membuktikan Jokowi begitu disenangi rakyat dengan tulus.
Kendati berdayapikat kuat, ada juga pihak yang tidak mendukung pencalonan Jokowi sebagai capres PDIP dengan alasan yang juga banyak diminta oleh segelincir warga Jakarta yang berharap Jokowi tetap menjadi Gubernur DKI untuk menuntaskan pekerjaan rumahnya yang banyak dan kompleks. Salah satu orang yang tidak mendukungnya adalah pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio sebagaimana penuturannya sebelun Jokowi resmi dicapreskan oleh PDIP.
Agus mengaku tidak mendukung Jokowi karena menurutnya Jokowi lebih baik menyelesaikan dulu persoalan di Jakarta sebelum maju menjadi orang nomor satu di negeri multikultur ini. Menurutnya Jokowi harus membenahi dulu Jakarta mengingat persoalan di Jakarta belum juga terpecahkan sampai saat ini, seperti kemacetan dan banjir yang masih belum bisa diminimalisir lantaran transportasi massal dan relokasi warga di bantaran belum benar-benar tuntas terselesaikan.
Anehnya kendati masalah Jakarta belum selesai, justru warga Jakarta banyak yang mendukung Jokowi menduduki kursi Istana Merdeka. Menurut Agus, sekarang sekitar 10 juta warga Jakarta mendukung Jokowi jadi presiden sementara yang tidak mendukung hanya beberapa.
Akankah Gubernur DKI yang tengah gencar-gencarnya memoles wajah Jakarta mulai dari terminal, stasiun, trotoal, pasar tradisional, pedagang kaki lima, waduk, kawasan historis kota tua, taman, hutan kota, pemukiman kumuh, rumah susun, dan lainnya ini mampu melaju mulus menjadi RI satu?
Sepertinya kemungkinan itu besar, soalnya pria yang rajin blusukan untuk melihat langsung kondisi riil di lapangan ini, sudah membawa bukan hanya sebakul bekal simpatik pun sekarung bukti kinerja yang selama ini sudah dikerjakannya dengan hati, tanpa dibuat-buat atau direkayasa sejak masih menjabat sebagai Walikota Solo hingga Gubernur DKI Jakarta kini.
Terlebih dari beberapa hasil survey yang dilakukan sejumlah lembaga survey beberapa bulan terakhir ini sudah menunjukkan bahwa Jokowi adalah presiden versi lembaga survey, lantaran paling populer dan paling diminati responden untuk menjadi presiden RI setelah SBY. Rasanya siapapun lawannya, bakal sulit menandinginya, apalagi mengalahkan kepopulerannya.
Naskah & foto: adji kurniawan.(adji_travelplus@yahoo.com)
Captions: Jokowi menuju RI satu.
0 komentar:
Posting Komentar