18 Tips Menggelar Event di Pantai-Pantai Syariah Aceh
Kegiatan apapun dapat digelar di pantai-pantai yang ada di Aceh, baik yang berhubungan dengan olahraga, budaya, keagamaan/religi, hari-hari besar Nasional, hiburan, dan lainnya. Namun karena berada di provinsi yang menganut aturan Syariat Islam, mau tak mau setiap kegiatannya harus MENGINDAHKAN aturan tersebut. Ah, itu bukan soal.
Berikut ini tips menggelar kegiatan di pantai-pantai Aceh agar berjalan sukses, dalam artian mampu menjaring wisatawan baik lokal, Nusantara maupun mancanegara dengan tetap menjunjung tinggi Syariat Islam.
Pertama, mengenakan pakaian yang santun sesuai Syariah Islam baik panitia, peserta maupun pengunjung (wisatawan). Ketentuan ini justru akan menambah daya tarik kegiatan yang digelar. Misalnya kegiatan voli pantai dan triathlon, pesertanya diharuskan mengenakan pakaian renang yang santun. Sekarang sudah banyak pakaian renang yang berlengan dan bercelana panjang. Jadi bukan bersempak atau bercelana pendek dan bertelanjang dada (buat pria) dan bukan pula berbikini (bagi wanita).
Kedua, waktu pelaksanaan sebaiknya jelang sore setelah asyar hingga maghrib untuk event-event santai bersifat budaya dan keagamaan. Tapi kalau terkait olahraga sebaiknya mulai pagi hari.
Ketiga, untuk kegiatan bernuansa religi seperti Zikir Nasional, lomba Tilawatil Qur’an dan lainnya sebaiknya digelar jelang sore, ba’da solat ashar dan selesai jelang maghrib.
Keempat, menampilkan kesenian asli Aceh. Diutamakan dari sanggar seni/tari dari daerah setempat. Biar lebih menarik lagi, tampilkan juga kesenian dari daerah lain yang bernuansa Islam, seperti Marawis, Qasidahan, dan lainnya.
Kelima, keamanan dinomnorsatukan. Untuk itu harus bekerjasama dengan pihak kepolisian dalam hal ini polisi syariah juga satpol PP, hansip, dan masyarakat setempat. Bentuk juga tim petugas keamanan pantai untuk mengantisipasi bila terjadi kecelakaan pengunjung dan peserta.
Sebaiknya petugas keamanan mengenakan pakaian tradisional Aceh dan lainnya yang menarik namun tetap bernuansa Aceh untuk menghilangkan kesan seram dan angker, sebagaimana dilakukan oleh petugas keamanan di Bali saat pelaksanaan Pesta Kesenian Bali dengan mengenakan pakaian jenaka beraksen Bali.
Keenam, kebersihan diindahkan. Jangan sampai event justru mengotori pantai. Pelaksana event harus menyediakan tempat-tempat sampah baru yang memadai jumlahnya. Ada bagusnya bersinergi dengan dinas kebersihan setempat, jadi setelah event selesai harus sesegera mungkin dibersihkan sampah-sampahnya.
Ketujuh, melibatkan penduduk sekitar. Entah untuk kepanitian, keamanan kebersihan, tukang parkir, pengisi acara dan lainnya. Jadi biarpun ada event organizer-nya tetap harus mengikutsertakan partisipasi warga lokal. Jangan lupa menyediakan stan-stan buat penduduk setempat berdagang aneka kuliner Aceh selama event berlangsung. Dengan begitu pendapatan ekonomi masyarakat setempat jadi ikut terdongkrak.
Kedelapan, bentuk tim medis lengkap dengan dokter, mobil ambulans, dan perlengkapan penunjang lain agar jika ada peserta atau pengunjung yang sakit atau celaka bisa segera diobati atau dibawa ke rumah sakit terdekat.
Kesembilan, indahkan sapta pesona syariah. Jadi selain mengindahkan 7 butir sapta pesona (keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan), event yang digelar juga dapat dimanfaatkan masyarakat Aceh untuk menunjukan kepada dunia bahwa Aceh tuan rumah yang baik dan bersahabat serta sungguh-sungguh menerapkan Syariat Islam lewat pakaian dan tutur kata yang santun, pun sikap yang ramah dan tulus selain tentunya profesional.
Kesepuluh, buat paket tur. Ajak peserta event untuk tur ke sejumlah lokasi di Aceh. Ini kesempatan memperkenalkan obyek wisata Aceh lainnya di luar pantai seperti tur obyek tsunami. Dengan begitu pesertanya akan membawa pulang kesan yang tak terlupakan dan mau kembali mengikuti lomba itu di tahun berikutnya.
Kesebelas, promosi event-nya harus gencar dan tepat sasaran. Kalau pasar yang dituju mancanegara sebaiknya setahun atau minimal 6 bulan sebelum pelaksanaan sudah dipromosikan. Kalau wisnus, tiga bulan atau minimal sebulan sebelumnya dan kalau wisatawan lokal seminggu atau minimal 3 hari sebelum hari “H”. Tujuannya untuk memberi waktu buat mereka mengatur dana dan jadwal untuk bertandang.
Keduabelas, melibatkan media online baik weblog dan website dan cetak yang selama ini loyal meng-ekspose pariwisata dalam negeri. Lebih bagus lagi mengadakan lomba tulisan hasil liputan media online untuk memicu semangat mereka menulis event tersebut dengan sebaik-sebaiknya dan sebanyak-banyaknya.
Ketigabelas, bekerjasama dengan hotel, maskapai penerbangan, rental mobil. rumah makan, biro perjalanan dan lainnya dengan memberi diskon atau pelayanan lebih buat wisatawan event tersebut. Jangan justru menerapkan aji mumpung dengan menaikan harga untuk mencari untung sesaat. Bila itu terjadi, wisatawan tersebut akan kapok datang kembali dan akan menceritakannya kepada orang-orang di tempat tinggal atau negara asalnya.
Keempatbelas, mengajak komunitas fotografi yang ada di Aceh dan provinsi lain untuk mengabadikan event. Lebih bagus lagi mengadakan lomba foto terkait event yang digelar, baik untuk fotografer tingkat pelajar maupun umum. Dengan harapan mereka akan mengunggah foto-foto tersebut ke jejaring sosial sebagai media promosi gratis.
Kelimabelas, mengajak juga komunitas video maker untuk mengabadikan event tersebut lalu meng-upload ke youtube atau ke tv online mereka.
Keenambelas, sediakan anggaran khusus untuk promosi, publikasi, peliputan, hadiah, sertifikat, dan piala buat para pemenang lomba tulisan, foto dan video tentang event tersebut.
Ketujuhbelas, event harus digelar rutin minimal setahun sekali dengan kualitas penyelenggaraan dan acara yang semakin baik, unik, dan menarik dari tahun ke tahun.
Kedelapanbelas, buat website khusus event tersebut agar masyarakat luas mendapat upgrade informasi mengenai event tersebut. Content-nya berupa arsip tulisan-tulisan, foto, dan video yang sudah ter-publish dan juga jadual event berikut acaranya.
Itulah belasan kiat yang dapat diterapkan untuk “menghidupkan” pantai-pantai syariah di bumi Iskandar Muda ini.
Naskah & foto: adji kurniawan, penulis & pemerhati pariwisata (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Sepenggal pesona pantai di Aceh.
2. Para fotografer pemburu keindahan pantai-pantai Aceh.
0 komentar:
Posting Komentar