Kemenparekraf Diplomasi Ekraf ke Mancanegara
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) di awal tahun ini gencar melakukan diplomasi ekonomi kreatif (ekraf) di setiap kesempatan berpartisipasi dalam forum pertemuan internasional dan berbagai kesempatan lainnya. Tujuannya tentu untuk menggenjot perolehan pendapatan ekonomi dari sektor ini.
Dalam siaran pers yang keluarkan Pusat Komunikasi Publik (Puskompublik) Kemenparekraf di Jakarta (3/2), Menparekraf Mari Elka Pangesti menjelaskan subsektor ekraf yang didiplomasikan antara lain 30 ikon kuliner Indonesia dengan nasi tumpeng sebagai unggulannya maupun fesyen di antaranya batik Indonesia.
Pada pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2014 di Davos, Swiss (23-24/1/2014), Mari mendapat kesempatan untuk menyampaikan perkembangan teknologi konten di Indonesia dalam sesi khusus “Norms and Values in Digital Media”. Dalam sesi ini Mari fokus membahas bagaimana memahami HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) yang ada dalam sebuah konten, melakukan produksi dan distribusi dengan melindungi hak pencipta tetapi dapat diakses, maupun bagaimana persinggungan antara akses bebas dan terbatas untuk sebuah konten.
Mari menjelaskan, tahun 2013 kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian sebesar Rp 641,8 triliun atau sebesar 7% PDB nasional di antaranya terbesar dari fesyen mencapai Rp 181,5 triliun atau 28,3% dari total ekonomi kreatif.
Menurutnya fesyen menjadi perhatian serius pemerintah, dengan mendorong lahirnya desainer-desainer muda Indonesia yang diakui secara nasional dan internasional melalui kegiatan Indonesia Fashion Foward (IFF), dan memulai untuk mengembangkan Indonesia Trend Forecasting, yang diharapkan akan mewujudkan Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan dalam industri mode di dunia.
“Apa yang kita lakukan dalam program Indonesia Fashion Foward telah membuahkan hasil, desainer Indonesia memiliki kemampuan untuk menciptakan label secara mandiri dan berkelanjutan sehingga produk mode dalam negeri selalu tersedia di pasar, dan tidak hanya di pasar dalam negeri tetapi juga pasar luar negeri,” terangnya.
Kini menurut Mari, Label mode seperti Jenahara, La Spina, Tex Saverio, Toton, Friederichherman, Vinora, Batik Chic, Dian Pelangi saat ini sudah dapat ditemukan di kota-kota mode dunia.
Sementara itu di bidang desain arsitektur, Indonesia berupaya agar dapat menembus pasar dunia antara lain dengan ikut berpartisipasi dalam ajang Venice Biennale Arsitektur (VBA) 2014.
Kata Mari, paviliun Indonesia di ajang VBA akan mengangkat tema "Ketukangan" (Craftmanship) yang gagasannya adalah memuliakan kerja dengan "tangan" untuk menghasilkan karya arsitektur yang manusiawi dengan memilih lima kurator hasil seleksi antara lain Avianti Armand, Setiadi Sopandi, David Hutama, Achmad Tardiyans, dan Robin Hartanto.
Naskah: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ilham, Puskompublik Kemenparekraf
0 komentar:
Posting Komentar