Pertumbuhan Wisman ke ASEAN 8,3 % Tertinggi secara Global
Pertumbuhan wisatawan mancanegara (wisman) ke Asia Tenggara yang tertinggi secara global. Word Tourism Organization UNWTO mencatat selama periode 2005-2012 pertumbuhannya mencapai 8,3% dibanding global yang hanya 3,6%. Pada 2013 pertumbuhannya adalah 12% dan mencapai 90,2 juta dibanding pertumbuhan global 5%. Saat ini Asia Tenggara menyumbang 7,3% dari total wisman global dan dengan prospek pertumbuhan yang diperkirakan masih baik ke depan, diperkirakan akan mencapai 10,3% pada 2030.
Pertemuan ini membahas perkembangan sektor pariwisata yang mengembirakan walaupun ada ketidakpastian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Sumbangan sektor pariwisata untuk sumbangan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, berkisar sekitar 8-9% dari PDB dan menciptakan 1 dari 11 pekerjaan.
Pertumbuhan dan kinerja yang baik, dan pentingnya sektor pariwisata di masing-masing perekonomian ASEAN, disebabkan oleh berbagai faktor: perbaikan infrastruktur dan peningkatan konektivitas dengan peningkatan penerbangan langsung dan perluasan dari low cost carriers; peningkatan daya beli di kawasan Asia; penyempurnaan dan fasilitasi visa; dan kerja sama baik antar-ASEAN maupun antar-ASEAN dengan beberapa mitra utamanya di Asia. Sekitar 46% dari wisman yang ke ASEAN berasal dari ASEAN (intra-ASEAN) dan 32% dari Asia lainnya terutama RRT, Jepang, Korea, dan India.
Pertemuan sepakat untuk meningkatan upaya agar dapat mencapai 100% pada akhir 2015. Banyak kemajuan telah tercapai dalam rangka integrasi sektor jasa pariwisata dan mobilitas pekerja profesional di bidang pariwisata melalui implementasi dari Mutual Recognition Agreement (MRA) on Tourism Professionals.
Dalam hal ini, sudah disepakati 32 standar untuk profesi di bidang hotel dan restoran serta travel, dan Indonesia sudah ditunjuk sebagai Regional Secretariat yang akan memfasilitasi implementasi dari MRA tersebut. Pertemuan membahas tindak lanjut yang diperlukan dalam pembahasan visi kerja sama pariwisata ASEAN pasca 2015 (Declaration on the ASEAN Community’s Post-2015) berdasarkan evaluasi kemajuan implementasi rencana strategis pariwisata 2011-2015 yang akan segera berakhir.
Di samping itu juga membahas berbagai upaya yang akan dilakukan dalam mempromosikan pariwisata ASEAN yang berkelanjutan dan bertanggung jawab (responsible and sustainable tourism) baik pengembangan produk maupun pemasarannya dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi komunitas ASEAN.
Oleh sebab itu, kerja sama regional dan ASEAN menjadi sangat penting dan dalam rangka memenuhi komitmen di bawah ASEAN Tourism Strategic Plan 2011-2015 yang merupakan bagian dari upaya pariwisata untuk mencapai ASEAN Economic Community (AEC) pada akhir 2015, dimana pencapaian sampai dengan akhir 2013 sudah 75%.
ATF merupakan forum pertemuan tahunan para Menteri Pariwisata negara anggota ASEAN untuk membahas perkembangan dan keberlangsungan sektor kepariwisataan di wilayah ASEAN. ATF tahun ini bertema “Advancing Tourism Together” dengan maksud untuk menegaskan kembali kerja sama pariwisata yang telah terjalin antara pemerintah dan pihak swasta dalam memfasilitasi pembangunan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat di kawasan ASEAN.
Dalam siaran pers yang diterima www.travelplusindonesia.blogspot.com, dijelaskan ATF 2014 berlangsung 8 hari, sejak 16 s/d 23 Januari 2014. Ada 2 agenda utamanya yakni pertama, pertemuan tingkat menteri/pejabat senior baik antara negara ASEAN maupun dengan mitra-mitra utamanya RRT, Jepang, Korea, India, Rusia, dan untuk pertama kalinya dengan Brazil. Kedua, pameran Travel Exhange (TRAVEX).
Pertemuan kali ini juga dihadiri perwakilan swasta dan organisasi internasional antara lain ASEAN Tourism Association (ASEANTA), World Tourism Organization (UNWTO), dan World Travel & Tourism Council (WTTC).
Delegasi Indonesia dalam ATF 2014 ini dipimpin Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu, didampingi Duta Besar RI untuk Malaysia dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Parekraf serta sejumlah pejabat terkait lainnya.
Mari menyampaikan intervensi mengenai posisi dan komitmen Indonesia dalam rangka terus meningkatkan pembangunan pariwisata kawasan untuk kesejahteraan bersama komunitas ASEAN. Dia menekankan pentingnya konektivitas intra-ASEAN dalam mendorong pertumbuhan pariwisata di kawasan serta fasilitasi visa bagi warga Negara non-ASEAN yang memudahkannya mengunjungi ASEAN sebagai destinasi tunggal. Sejalan dengan hal tersebut, WTTC memperkirakan bahwa kebijakan Visa Facilitation dapat menambah kunjungan wisatawan sebesar 6 s/d 10 juta orang ke ASEAN pada tahun 2016 dan akan meningkatkan pendapatan sebesar USD 7 s/d 10 juta.
Dalam membahas fasilitasi kemudahan visa, Mari setuju dan menyatakan dukungannya bahwa kemudahan visa merupakan instrumen utama untuk meningkatkan pertumbuhan pariwisata, pembangunan ekonomi dan sosial, serta penciptaan lapangan kerja. Dia juga mengingatkan bahwa dalam hal ini telah banyak kemajuan yang dilakukan oleh banyak negara baik di tingkat nasional, subregional, regional, maupun internasional.
Mari pun menyempatkan diri untuk menjadi panelis dalam Diskusi Panel yang diselenggarakan oleh stasiun TV CNBC yang menjadi salah satu pendukung ATF 2014 bersama Sekjen Kementerian Pariwisata, Malaysia. Dalam diskusi panel yang dipandu Adam Bahtiar, pembawa acara CNBC tersohor, Mari mengingatkan kembali pentingnya akselerasi implementasi dari Master Plan of ASEAN Connectivity dan ASEAN Tourism Strategic Plan dalam rangka menciptakan ASEAN Economic Community 2015.
Dia menekankan pentingnya semua anggota untuk menaruh perhatian pada 3 isu utama yaitu peningkatan pembangunan fasilitas infrastruktur bandara dan dari bandara ke tempat wisata atau kota utama (transportasi intermodal), peningkatan koordinasi lintas sektor untuk memprioritaskan pembangunan pariwisata, pentingnya beberapa regulasi ekonomi terkait low cost carriers, open skies yang bertahap dan pajak, dan pentingnya pembangunan pariwisata berkelanjutan terkait dengan isu lingkungan dan perubahan iklim global.
Pada hari kedua, para Menteri Pariwisata ASEAN juga melakukan pertemuan ke-13 dengan pimpinan delegasi dari negara mitra wicara ASEAN + 3, yaitu RRT, Jepang, dan Korea. Dalam pertemuan terpapar jumlah kunjungan wisatawan asal negara mereka ke wilayah ASEAN memiliki pertumbuhan yang berbeda.
Wisatawan Jepang yang berkunjung ke kawasan ASEAN selama Januari-Desember 2013 mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu 24% (meningkat dari 8.358.105 pada 2012 menjadi 10.363.900 wisatawan pada 2013). Wisatawan Korea Selatan selama Januari-November 2013 tumbuh sebesar 9,14% (meningkat dari 10.305.036 pada 2012 menjadi 11.246.951 wisatawan pada 2013). Sementara wisatawan RRT ke ASEAN yang datanya baru mencakup periode Januari-November mengalami penurunan -2,47% (menurun dari 121.218.442 pada 2012 menjadi 118.220.000 wisatawan pada 2013). Adapun jumlah kunjungan wisatawan dari ketiga negara tersebut ke Indonesia mengalami pertumbuhan positif.
Data kunjungan wisatawan dari Korea Selatan dan Jepang ke Indonesia pada Januari-November 2013 misalnya meningkat masing-masing 5,67% dan 8,81%. Bahkan pada periode yang sama, jumlah wisatawan asal RRT ke Indonesia mengalami pertumbuhan tinggi 21,85% dengan jumlah wisatawan 695.684.
Mari juga memanfaatkan ATF ini dengan mengadakan serangkaian pertemuan bilateral dengan para Menteri dan Pimpinan Delegasi dari berbagai negara untuk meningkatkan kerja sama pariwisata dengan negara dan lembaga internasional, antara lain dengan Mr. Taleb Rifai, Sekjen UNWTO; Mr. Ma Mingqiang, Sekjen ASEAN-China Center; Mr. Mohamed Nazri Abdul Azis, Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia; Mr. Zhifa Wang, Wakil Kepala China National Tourism Adminstration; dan Mr. Cho Hyunjae, Wakil Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan.
Pada agenda kedua ATF 2014 juga diadakan pameran pariwisata TRAVEX yang berlangsung tiga hari, 21-23 Januari 2014 di Borneo Convention Centre Kuching (BCCK).
Output dari kegiatan TRAVEX sendiri diharapkan dapat terjalin kerja sama ataupun transaksi antarpengusaha pariwisata ASEAN dan di luar ASEAN. Di samping itu TRAVEX juga dapat menjadi salah satu media untuk mempromosikan produk pariwisata yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada TRAVEX kali ini, terdapat 879 sellers dari 353 perusahaan dari 10 negara ASEAN dengan 462 buyers dari 54 negara.
Naskah: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Puskompublik, Kemenparekraf.
0 komentar:
Posting Komentar