. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 11 Maret 2013

Menelusuri Lintasan Terberat Ujung Kulon

Selain dikenal sebagai habitat terakhir Badak Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Pandeglang, Banten pun mempunyai beberapa objek alam menawan. Satu di antaranya disebut-sebut sebagai kawasan dengan lintasan medan terberat, yaitu Pantai Karang Ranjang-Cibunar.  

Menikmati lintasan medan sekitar 26 kilometer ini berarti menelusuri medan pantai dengan segala macam atributnya, antara lain pasir lunak, vegetasi hutan pantai, delta, dan muara. Panorama lautnya senantiasa berhias deburan ombak keras, karena berada dalam pelukan pantai Selatan dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. 

Kendati lintasannya sangat panjang dan berkadar petualangan, namun jerih payah penelusurannya bakal ditebus dengan beberapa obyek unik berpanorama cantik di sepanjang lintasannya, antara lain Tanjung Telereng, Cibandawoh, Cikeusik Luhur, dan Citadahan. 

Perjalanan dari Pantai Karang Ranjang ke Cibunar dapat dilakukan secara bertahap. Waktu tempuhnya tergantung cepat lambatnya perjalanan. Jika dilakukan kontinyu, tanpa bermalam, penelusur dapat menjangkaunya dalam sehari penuh, dari pagi hingga sore jelang malam. Cara ini sangat menyita stamina dan seakan lintasan pantai menawan ini berubah menjadi pantai penyiksaan. Keuntungannya, waktu perjalanan bias dipangkas lebih singkat. 

Bila ditelusuri selama dua-tiga hari sebagai alternatif kedua, memang lebih santai. Namun konsekuensinya, waktu perjalanan molor dan otomatis perbekalan logistik yang harus dibawa jadi lebih banyak. 

Karang Ranjang merupakan daerah pantai Selatan. Dinamakan demikian karena banyak terdapat hamparan batu karang berukuran lebar berbentuk seperti ranjang atau tempat tidur. Potensi wisata alamnya antara lain aneka terumbu karang dan formasi gelombang besar serta bentangan pasir putih keemasan sebagai arena penelusuran penyu. 

Tepian pantainya dipagari beragam vegetasi hutan pantai, terutama jenis pandan laut. Di lokasi ini sering dijumpai biawak dan berbagai jenis burung laut seperti Elang Bido dan burung Raja Udang. 

Karang Ranjang dapat dijangkau dari Tamanjaya terlebih dulu. Tamanjaya merupakan pintu gerbang utama Ke TNUK. Di sini terdapat kantor dan pusat informasi serta fasilitas pengunjung seperti wisma tamu dan lainnya. 

Ada peraturan tak tertulis yang harus diketahui penelusur bila ingin memasuki hutan di kawasan semenanjung ini, yakni jangan berpakaian warna hijau dan jangan makan sambil jalan. 

Perjalanan dari Taman Jaya menyusuri tepi pantai, menyeberangi Sungai Cilintang dan sesekali menyelinap hutan bakau. Lalu membelok ke arah Selatan menembus Semenanjung Ujung Kulon. Jalur treking ini akan bertemu dengan jalur setapak dari arah Kalajetan, kemudian menjadi sejalur ke arah Barat sampai ke pos Karang Ranjang. 

Setibanya di di Karang Ranjang, kita bakal disuguhi senja fantastik. Nikmati saja sambil meluruskan kaki di pasir putihnya. Malam harinya, telinga kita pun dimanjakan dengan nyanyian alam berupa deburan ombak yang terdengar jelas sampai ke peraduan. 

Esok paginya bergerak menuju Cibandawoh yang berjarak enam kilometer dari pos Karang Ranjang. Cibandawoh memilki potensi wisata berupa bentangan pantai landai berpasir putih lengkap dengan kicauan berbagai burung laut. 

Menembus Tanjung 
 
Ada dua pilihan mencapai Cibandawoh yakni melalui jalan setapak hutan atau menyelusuri pantai sepanjang 1.5 Km hingga Pamancatan. 

Lokasi Pamancatan ditandai batu karang besar sebagai tanda memasuki hutan. Akhirnya rute ini bertemu dengan jalur hutan, kemudian jadi searah menembus Tanjung Telereng. Sepanjang jalan menuju tanjung ini, kadang terlihat burung merak, babi hutan, dan kancil. Batas akhir Tanjung Telereng ditandai dengan sebuah legon, yaitu Legon Pengukusan. 

Menurut legenda, pada zaman dulu legon ini merupakan pintu gerbang Kerajaan Harimau. Dari sini perjalanan ke shelter Cibandawoh tinggal 2,5 Km. Kalau ingin cepat sampai, sebaiknya jangan lama-lama beristirahat di sini. Karena perjalanan masih sangat panjang. 

Perjalanan ke Cikeusik Luhur merupakan tahap berikutnya. Satu-satunya jalan mencapai lokasi tersebut adalah menelusuri medan pantai ke arah Barat sepanjang sekitar 12 Km dari Cibandawoh. 

Cikeusik Luhur sendiri mempunyai objek alam yang unik, berupa kuala yang membentang lebar akibat aliran sungai terhalang hamparan pasir lunak. Di sini, kita bisa berteduh sejenak di bawah rindangnya hutan pantai yang melatarbelakangi pantainya sambil menyaksikan burung-burung pemakan ikan yang kerap mendatangi kuala. 

Tahap berikutnya masih harus ditempuh dengan cara yang sama, yakni menelusuri pantai pasir putih ke arah Barat melewati Cikeusik Barat dan Citadahan menuju Cibunar. 

Lokasi yang berjarak sekitar delapan kilometer dari Cikeusik Luhur ini merupakan pos persimpangan menuju Pulau Peucang dan Sanghyang Sirah. Medan pantai dari Cibandawoh sampai Cibunar inilah yang dijuluki pantai penyiksaan yang sesungguhnya oleh para penelusur, karena tak ada alternatif jalan lain.

Sebelum memasuki kawasan Cibunar, kita disuguhi sebuah gejala alam yang unik berupa endapan batu karang berhias hempasan riak. Formasi batunya berundak seperti tangga sepanjang 500 meter. 

Sedangkan di atasnya menghampar padang rumput pengembalaan alami, tempat sejumlah benteng liar merumput. Jika ingin cepat sampai sampai pos Cibunar yang jaraknya tinggal satu kilometer lagi, sebaiknya mengambil arah lewat padang pengembalaan tersebut. 

Pos Cibunar berada di seberang sungai berkolam alami yang asyik digunakan untuk mandi dan berenang. Di sini pesona matahari terbenam terlihat eksotik. 

Pos ini merupakan titik terakhir penelusuran pantai wilayah Selatan Semenanjung Ujung Kulon, sekaligus tempat untuk melampiaskan jerih payah usai menempuh perjalanan panjang. Biasanya pengunjung bermalam di sini. 

Keesokan paginya beranjak ke Gunung Payung, Sanghyang Sirah lalu ke Tanjung Layar baru berakhir ke Pulau Peucang atau langsung ke Cidaun lalu menyeberang selat ke Pulau Peucang. Tapi ada juga yang kembali ke Pos Karang Ranjang lewat rute semula. 

Pilihan terakhir bikin malas, sementara kalau ke Gunung Payung butuh dua hari lagi untuk sampai ke Pulau Peucang. Pilihan terdekat langsung ke Cidaun. Tapi buat yang senang menjelajah dan waktunya cukup, pastinya akan melanjutkan perjalanan ke Sanghyang Sirah meskipun harus mendaki Gunung Payung terlebih dulu. 

Naskah: Adji TravelPlus (Jaberio Petrozoa) @adjitropis 
Foto: Adji & Dok.  TAPAL Memori Ujung Kulon (MUK'92)

Captions:
1. Menyusuri pantai dari Karang Ranjang sampai Cibunar.
2. Patung replika Badak Jawa di kantor Pos Balai TNUK, Banten.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP