. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 28 Maret 2013

Merindu Sensasi Khas dan Khasiat Vitalitas Bebalung

Sop iga banyak macamnya. Tapi sop iga khas Lombok yang disebut Bebalung jelas punya citra rasa berbeda. Sesuai namanya dalam Bahasa Sasak yang berarti “tenaga”, makanan ini diyakini bukan saja meningkatkan selera makan pun dapat meningkatkan vitalitas.

Kemarin, seorang perempuan yang tinggal di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengirimkan foto sewajan Bebalung ke dinding facebook saya. Rahmi Hidayati namanya atau biasa disapa Ida. Suaminya bernama Rizal Pahlevi. 

Keduanya saya kenal sekitar 5 tahun lalu, selagi mereka masih pacaran. Sekarang keduanya sudah berumah tangga dan dikarunia dua putra, Aqsa dan Arsy. Sewaktu pertama kenal mereka, saya sedang tugas meliput Festival Senggigi.

Keduanyalah yang menemani saya selama beberapa hari meliput event tersebut dan memperkenalkanku dengan beberapa makanan khas Lombok seperti Plecing Kangkung, Sate Bulayak, Ayam Taliwang, dan lainnya. Kebetulan saat itu keduanya bertugas di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan NTB.

Pada kesempatan itulah, saya juga dikenalkan Ida dengan Bebalung. Saya diajak ke rumah orangtuanya di Mataram. Ibunya memang pembuat Bebalung andal.

Ketika kali pertama melihat makanan berkuah ini, saya pikir sop iga biasa seperti yang ada di Jakarta. Tapi setelah saya nikmati, ternyata beda. Kuahnya agak bening tapi rasanya kuat, gurih, segar, dagingnya empuk, dan pastinya lezat.

Semangkung Bebalung yang saya santap, terbuat dari tulang iga atau tulang ekor sapi. Ada juga yang memakai iga kerbau yang dicampur dengan racikan bumbu yang terdiri atas cabe rawit hijau, bawang putih, bawang merah, lengkuas, daun salam, sereh, daun asem, daun bawang, tomat, dan kunyit ditambah jahe agar rasa pedas cabenya memiliki ciri khas tersendiri.

Tak ketinggalan sedikit garam dan buah asam agar masakan lebih awet. Racikan bumbu semacam ini oleh masyarakat Sasak disebut ragi rajang. Racikan bumbu itulah yang membuat citra rasa sop satu ini tidak biasa, khas tentunya. Ada juga yang memberi campuran potongan kentang, wortel dan daun melinjo.

Cara membuat Bebalung ternyata tak rumit. Tulang iga atau tulang ekor sapi atau kerbau dipotong sesuai selera. Setelah dibersihkan dan direbus hingga matang dan dagingnya empuk, barulah dicampur dengan racikan bumbu yang telah dihaluskan dan ditumis. Bumbu dan bahan baku Bebalung yang telah matang ini direbus kembali sekitar 30 menit agar bumbunya meresap ke dalam daging.

Setelah matang, Bebalung biasanya disajikan dalam mangkuk. Bagian atasnya ditaburi bawang merah goreng. Teman bersantapnya nasi putih. Kalau suka rasa pedas, ditambah dengan sambal segar khas Lombok. Bebalung paling mantap disantap selagi masih hangat.

Menu pendampingnya yang paling pas biasanya Plecing. Karena kekompakan keduanya sering disebut juga Bebalung Plecing.

Di Lombok, selain Ares (sayuran khas Sasak Lombok yang bahan utamanya pelepah pisang atau gedebok pisang muda dengan santan berasa manis dan gurih), Bebalung juga merupakan makanan wajib dalam setiap hajatan besar seperti khitanan, perkawinan, dan lainnya.

Kendati begitu, makanan ini mudah ditemukan diluar acara-acara spesial tersebut. Di sejumlah rumah makan di Lombok mudah ditemukan. Salah satunya rumah makan Depot Kelebet yang berada di Jalan HOS Cokroaminoto, tepatnya di belakang kantor Gubernur NTB.

Tempat lainnya Rumah Makan Ramayana di daerah Ampenan dan di Jalan Raden Saleh Sungkar berada tepat di jalan utama menuju Pantai Senggigi dari Kota Mataram. Harganya berkisar antara Rp20ribu-Rp30ribu per porsinya.

Melihat foto sewajan Bebalung kiriman Ida, jelas membuat saya merindu makanan ini, terutama Bebalung buatan ibunya yang benar-benar makyus. Karena sejak pertama kenal dengan Bebalung, sampai sekarang saya belum pernah merasakan lagi kenikmatan dan kemujarabannya yang dipercaya dapat meningkatkan vitalitas itu.

Pada pertemuan kedua saya dengan Ida dan Rizal di Senggigi, sewaktu mengikuti press tour yang diadakan oleh Disbudpar NTB bekerjasama dengan Kembudpar, tidak sempat mencicipi Bebalung karena waktu saya tidak banyak. Tapi saya beruntung, masih bertemu mereka apalagi sempat bermain bola di Pantai Senggigi dengan Aqsa, putra pertama mereka yang sudah saya anggap seperti keponakan sendiri.

Di Jakarta, Bebalung agak sulit dicari. Dibanding makanan khas Lombok lainnya, Bebalung memang tak sepopuler Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung yang sudah agak me-Nasional dan mudah ditemukan di beberapa kota besar termasuk Jakarta.

Nasib serupa juga dialami Kaledo, sop kaki lembu Donggala khas Palu, Sulawesi Tengah. Di kota tersebut, makanan ini begitu tersohor. Tapi di Jakarta agak sulit. Baik Bebalung dan Kaledo, mungkin baru ada, sebatas di rumah orang Lombok atau orang Palu yang menetap di Jakarta, bukan di rumah makan.

Jadi kalau Anda, berniat membuka rumah makan atau warung Bebalung, sop iga khas Lombok ini, peluang bisnisnya amat menjanjikan, mengingat sedikit atau bahkan belum ada saingan.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ida

Read more...

Tangkahan Bakal Menyodok Kejayaan Danau Toba

Dulu boleh saja Danau Toba jadi andalan wisata alam Sumatera Utara (Sumut) dalam menjaring wisatawan mancanegara. Ke depan, bisa jadi Tangkahan yang bakal mengantikan kejayaannya. Ini terlihat dari semakin meningkatnya kunjungan wisman ke kawasan berhutan hujan tropis dan berbukit-bukit ini. 

Danau Toba memang menjadi ikon utama wisata alam Sumut sejak lama. Keistimewaannya, dengan luas 1.145 kilometer persegi, danau ini lebih menyerupai lautan daripada danau. Karenanya menjadi danau terluas di Asia Tenggara dan terdalam di dunia yaitu sekitar 450 meter. 

Danau bertipe vulkanik ini merupakan danau terbesar kedua di dunia sesudah Danau Victoria di Afrika. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir yang berada di ketinggian sekira 1.000 meter di atas permukaan laut. Uniknya, di tengah Pulau Samosir ini juga ada dua danau lagi, yakni Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang.

Selain di Kota Parapat, wisman biasanya bermalam di Pulau Samosir yang berlokasi di tengah danau raksasa ini. Di tempat tinggal asli masyarakat Batak Toba ini terdapat peninggalan zaman purbakala berupa kuburan batu dan desa tradisional.

Di Tomok (Pulau Samosir) juga terdapat Makam Raja Sidabutar, yang usianya sudah 500 tahun. Juga terdapat Patung Sigale-Gale (Patung yang bisa menari) serta desa kecil Tuk-Tuk dan Tomok yang dikelilingi ladang, gereja, dan kuburan eksotik. Pulau ini mudah dijangkau oleh kapal ferri dari Parapat.

Pencemaran lingkungan dan kurangnya kegiatan di danau ini dituding menjadi penyebab merosotnya wisman yang datang. Belum termasuk kesiapan penduduk dalam menerima pengunjung serta kendala akses-nya.

 

Patroli Gajah Diminati
Sementara Tangkahan yang merupakan sebuah kawasan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat, justru semakin diminati.

Keistimewaan Tangkahan yang diapit oleh Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang ini merupakan kawasan hutan hujan tropis dengan topografi yang berbukit, Sungai Buluh dan Batang Serangan, dan tebing bercorak di sepanjang sungai.

Untuk menjangkaunya dari Terminal Pinang Baris di Kota Medan, menggunakan bis Pembangunan Semesta langsung menuju Tangkahan, melewati Stabat.

Perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3-4 jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata, kita harus menyeberangi sungai. Sungai Batang Serangan cukup deras arusnya, sehingga harus menggunakan rakit.

Keistimewaan lainnya, banyak kegiatan wisata yang dapat dinikmati di Tangkahan, baik petualangan atau hanya sekadar berenang dan treking di hutan tropis. Terdapat 3 jalur treking di hutan ini, mulai dari soft trekking (untuk anak–anak maupun keluarga) sampai yang bersifat petualangan.

Selain itu patroli gajah masuk ke dalam hutan dengan menunggang gajah-gajah terlatih yang juga digunakan untuk patroli atau melindungi taman nasional dari kegiatan ilegal seperti perburuan, perambahan, dan tentu saja illegal logging.

Berendam di aliran air panas alami di goa yang di dalamnya mengalir air panas di tepi Sungai Buluh, di seberang penginapan Jungle Lodg.

Mandi di air terjun kecil di dekat pertemuan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan. Tinggal jalan kecekungan sungai sekitar 100 meter untuk mencapai air terjunnya.

Menelusuri gua kelelawar yang dihuni ribuan kelewar hingga menembus pintu gua lainnya. Berarungjeram dengan ban dalam truk yang besar dan telah dipompa atau istilahnya tubing, mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu sambil menikmati pemandangan di tepi sungai bersama pemandu setempat.

“Banjir” turis asing ke Tangkahan sudah nampak terlihat sejak tahun 2008 lalu. Wisman yang menyukai Tangkahan terutama dari Eropa dan Jepang.

Paket yang diminati adalah patroli gajah, yakni keliling kawasan, memasuki hutan dan meyeberangi sungai dengan menunggangi gajah serta bermalam di hutan untuk melihat spesies bintang endemik. Harga paketnya 550 Euro atau sekitar 6 juta rupiah per orang. Biaya itu sudah termasuk untuk makan dan berbagai keperluan lain selama perjalanan dan menginap di dalam hutan.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji & alan

Read more...

Rabu, 27 Maret 2013

Bubur Manado, Daya Pikat Lain dari 4B Manado

Selain negeri soto karena ada puluhan jenis soto, Indonesia juga layak disebut negeri bubur nasi lantaran punya bermacam makanan yang biasa disantap pagi-pagi sebagai sarapan. Dari sekian jenis bubur nasi, Bubur Manado boleh dibilang paling khas. Bubur nasi satu ini lebih pantas disebut bubur sayuran. Kekhasan ini lah membuatnya menjadi salah satu daya pikat 4 (empat) B Manado selain Bunaken, Boulevard, dan tentu saja Bibir-nya. 

Jika Anda berwisata ke Manado, rasanya kurang lengkap kalau belum mencicipi bubur nasinya yang oleh warga setempat dinamakan tinu’tu’an. Mulai dari hotel berbintang sampai resto di mall dan warung-warung pinggir jalan menyediakan bubur khas satu ini.

Dibilang begitu karena bubur yang menjadi makanan khas Sulawesi Utara ini berbahan utama beras dicampur dengan aneka umbi dan sayuran antara lain ubi, singkong, kentang, kankung, bayam, jagung, dan kemangi.

Sementara bumbunya bawang putih, garam, penyedap rasa, sedikit gula. Lalu sajiannya ditambah bawang goreng, ikan asin yang diiris kecil-kecil, dan sambal cabe tumis serta kerupuk. Ooh do do eeh, sadap nyo...!

Jika di Manado dan daerah lain di Sulut, bubur ini biasanya dijadikan sebagai menu sarapan, beda halnya di Jakarta, warga ibukota yang menyukainya justru menjadikannya juga sebagai makan siang dan makan malam.

Di Manado, warung yang menyediakan bubur Manado antara lain di Restoran Wakeke Pojok di Jalan Wakeke No.1 dan Warung DeTe No.8. Sementara di Jakarta, antara lain di Warong Tinu’tu’an di Jalan Utama Raya No.1, Perumahan Utama, Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Di tempat asalnya, bubur ini bukan cuma ada di Kota Manado, di luar Manado seperti di Tomohon, ini juga tersedia. Salah satunya di Resort Lokon yang berpanorama indah berlatarbelakang kaki Gunung Lokon yang kerap bergejolak.

Setiap sarapan di resort yang rumah-rumahnya dari kayu khas Minahasa ini, menu andalannya jelas saja Bubur Manado. Udara yang dingin di kawasan ini membuat bubur ini terasa begitu nikmat disantap selagi hangat. Apalagi diiringi musik kolintang, hmmm.. nuansanya jadi begitu kental Sulut. 

Keberadaan Taman Laut Bunaken di seberang daratan Manado menjadi daya pikat utama Manado sejak lama. Kawasan perairan yang pernah menjadi spot diving kelas dunia ini memiliki tebing karang yang menakjubkan dengan keberagaman ikan hias dan terumbu karangnya.

Boulevard merupakan kawasan perdagangan, mall, toko, resto dan café yang menjadi ikon baru Kota Manado. Kawasan ini selalu ramai setiap hari terlebih sore dan malam hari. Tak heran lalu-lintasnya kerap macet.

Sementara istilah Bibir Manado merujuk pada perempuan muda Manado berparas cantik dan berkulit putih yang senantiasa murah senyum dan ramah saat menyapa tamu di penginapan, hotel, dan lainnya. Mereka Nampak supel alias mudah bergaul.

Bibir Manado disini merupakan keindahan ragawi terutama senyum yang tulus dan tutur kata yang santun. Intinya keramahan perempuan Manado jadi pesona tersediri sebagai daya tarik masyarakat lokal yang kemudian menjadi daya pikat yang disuguhkan dalam industri pariwisata.

Jadi istilah “Bibir” Manado dalam konotasi negatif, buang saja jauh-jauh. Itu cuma ada di otak orang-orang yang pikirannya tidak jauh dari Sekwildasel (sekitar wilayah dada dan selangkangan).

Dengan 4B (Bubur, Bunaken, Boulevard, dan Bibir), diharapkan masyarakat dari luar Sulut termasuk mancanegara tertarik untuk datang ke Manado dan daerah lain di Sulut lalu menikmatinya keempat daya pikatnya itu kendati harus merogoh koceknya dalam-dalam.

Nah, kalau Anda ke Manado lalu dicandain sama teman, mau cari bubur apa bibir nih? Jawab saja, dua-duanya kalau bisa empat-empatnya.

Selamat menikmati pesona 4B di Manado.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Delapan Sikap Terpuji Menjaga Sumber Mata Air di Gunung

Mendaki gunung setinggi dan sesulit apapun, sejauh ada sumber mata air di beberapa titik jalurnya, adalah berkah tak terhingga. Dan itu jadi harapan setiap pendaki. Sayangnya tidak semua gunung, di jalurnya ada sumber mata air. Alhasil, pendaki harus membawa bekal air dari awal hingga puncak sampai turun kembali untuk minum, masak dan lainnya. Dan sayangnya, ketika ada gunung yang di sekitar jalur ataupun di tempat nge-camp-nya tersedia sumber mata air, justru keberadaannya diabaikan, tak dijaga kebersihan dan keasriannya

Di tanah air, ada gunung yang berkah dengan sumber mata airnya. Di Jawa, sebut saja Gunung Salak, Gede, Papandayan, Gunung Semeru, dan lainnya. Tapi ada juga yang pelit bahkan sama sekali tak ada sumber mata air di lintasan jalurnya dari awal titik awal pendakian sampai puncaknya seperti Gunung Ceremei dan Gunung Sumbing.

Di Pulau Sumatera, gunung yang melipah sumber mata airnya antara lain Gunung Singgalang Sumatera Barat, Kerinci di perbatasan Jambi dan Sumatera Barat, Gunung Seulawah di Aceh, dan lainnya.

Dan Gunung Rinjani di Lombok, NTB termasuk gunung yang diberkahi sumber mata air yang luar biasa dengan kehadiran Danau Sagara Anakan.

Di Gunung Salak, kalau lewat jalur Pasir Reungit maupun jalur Cidahu, tersedia aliran sungai yang jernih yang dapat dimanfaatkan untuk minum dan masak. Terlebih gunung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini termasuk yang intesitas hujannya tinggi. Beberapa air terjun ada di kaki dan lerengnya.

Di Gunung Gede, masih di Jawa Barat, sumber airnya juga tak kalah melimpah. Lewat jalur Cibodas, tersedia aliran air melimpah di kaki hinga tengah jalur pendakiannya. Bahkan ada sumber mata air di Aa Surken alias Alun-alun Surya Kencana, tempat biasa para pendaki bermalam atau mendirikan tenda sebelum keesokan paginya beranjak ke puncak jika lewat jalur Gunung Putri, Cipanas.

Sayangnya, sumber mata air yang ada di Aa Surken tak sepenuhnya dijaga dengan baik oleh sejumlah pendaki yang belum mengerti betapa penting dan berharganya sumber mata air tersebut.

Terakhir, penulis ke Aa Surken setahun lalu. Sumber mata airnya ternyata tak bebas sampah. Beberapa bungkus plastik kemasan makanan ringan dan botol plastik minuman terlihat di sumber mata iar tersebut dan di beberapa titik alirannya. Bahkan sisa makanan seperti nasi, sayur, dan mie berserakan di sumber mata air dan alirannya. Mengenaskan.

Kondisi serupa juga terjadi di Gunung Singgalang yang sumber mata airnya berada tak jauh dari lokasi nge-camp di bawah pos Batu Cadas. Bahkan sumber mata iar utamanya yakni Telaga Dewi juga bernasib serupa. Botol-botol bekas minuman keras, sandal jepit, kaos, dan lainnya berserakan di beberapa sudut, tak jauh dari tempat bikin tenda para pendaki yang tak bertanggungjawab.

Sumber mata air utama gunung Semeru, Jawa Timur, yakni Ranu Pane dan Ranu Kumbolo juga tak bisa terhindar dari sampah bahkan limbah. Saat musim pendakian, sejumlah komunitas yang menggelar pendakian massal dan nge-camp di kedua ranu (danau) tersebut turut menyumbang sampah, baik itu sampah kotoran maupun sampah logistik. Bahkan ada yang mandi atau nyebur langsung di Ranu Kumbolo dengan mengunakan sabun yang jelas-jelas mencemarkan.



Penulis amat menyayangkan sikap tak terpuji para pendaki, pemandu maupun porter yang mengotori dan mencemarkan sumber mata air di gunung. Bisa jadi mereka belum mengerti dan belum memahami betapa pentingnya keberadaan sumber mata air itu, bukan cuma buat dirinya tapi untuk para pendaki generasi berikutnya, termasuk buat aneka satwa di gunung itu dan masyarakat di kaki gunung tersebut.

Karena itu penulis, merangkum delapan (8) sikap atau kebiasaan terpuji pendaki yang senantiasa menjaga sumber mata air dan alirannya di setiap pendakian.

Pertama, tidak membuang sampah bekas logistiknya ke sumber mata air dan alirannya. Sampah bekas logistiknya seperti kantong plastik kemasan makanan kecil, botol plastik, dan lainnya dibawa turun kembali atau di tempatkan di tempat sampah yang sudah disediakan.

Kedua, tidak membuang sisa makanan ke sumber air dan alirannya. Kalau ada sisa nasi, sayuran, dan atau menu lainnya, sebaiknya dipendam dalam tanah jauh dari sumber mata air dan alirannya.

Ketiga, tidak mencuci pakaian, sepatu, peralatan masak, dan makan di sumber mata air dan alirannya langsung. Sebaiknya, ambil air dalam wajan atau botol plastik besar kemudian mencucilah jauh dari sumber mata air dan alirannya agar tidak tercemar.

Keempat, tidak mandi langsung di sumber mata air dan alirannya apalagi menggunakan sabun, samphoo, pasta gigi, dan pembersih wajah. Sebaiknya ambil air yang cukup, lalu mandilah agak jauh dari sumber mata air dan alirannya.

Kelima, tidak berak dan kencing di dekat apalagi di sumber mata air dan alirannya. Cara yang terpuji, ambilah air secukupnya lalu buang air besar dan kecillah jauh dari sumber mata air dan alirannya. Lebih bagus lagi, gali lubang terlebih dulu untuk tempat berak, lalu timbun lagi.

Keenam, tidak menggunakan air seenaknya. Jangan mentang-mentang ada sumber mata air yang melimpah lalu sesuka hati mengambil dan menggunakannya. Sikap yang terpuji adalah tetap hemat dan menggunakannnya dengan bijak, tidak berlebihan.

Ketujuh, tidak merusak hutan di sekitar sumber mata air. Hutan inilah yang menampung air hujan hingga terbentuk mata air yang kemudian mengalir menjadi sebuah pancuran alami, air tejun atau berkumpul menjadi danau ataupun telaga.

Kedelapan, tidak menyumbat atau merusak aliran sumber mata air. Jika aliran air tersumbat oleh sampah dan lainnya jelas alirannya akan terhenti atau tidak mengalir ke bawah sesuai kodratnya.

Alangkah bagusnya jika delapan sikap terpuji ini, diingat dan diindahkan oleh setiap pendaki, baik saat dia mendaki dalam kelompok kecil maupun massal. Jika itu benar-benar dipatuhi, rasanya usia sumber mata air di setiap gunung di Tanah Air ini akan panjang dan tetap bersih alami.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Selasa, 26 Maret 2013

Di Aceh Ayam Ditangkapin, Di Jakarta Diterbangin

Kalau Anda berkunjung ke Aceh, jangan cuma ngupi dan makan Mie Aceh-nya. Coba juga sensasi ayam tangkap-nya yang diracik dengan rempah-renpah dan dedaunan lokal. Nah, kalau di Aceh ayam ditangkapin, beda lagi dengan di Jakarta. Ayamnya justru diterbangin. 

Ayam Tangkap sesuai namanya jelas bahan utamanya adalah ayam. Tapi bukan ayam boiler atau ayam negri melainkan ayam kampung yang dipelihara secara alami. Ayam dipotong-potong kecil lalu diberi bumbu seperti bawang putih, lada, kemiri, garam, cabai hijau, dan jahe. 

Setelah dibumbui, ayam lalu digoreng sekitar 5–10 menit bersamaan dengan beberapa genggam dedaunan. Daun yang digunakan, di antaranya daun jeruk, dauh kari, potongan daun pandan, dan daun salam koja atau temurui.

Usai masak disajikan bersama dengan daun-daunan tersebut yang menutupi ayam sehingga terlihat ayam sengaja diletakkan di bawah dedaunan. Sepintas seperti tumpukan sampah.

Sebagai pelengkap taburan bawang goreng juga menjadikan aroma ayam tangkap lebih berselera. Untuk mencari potongan ayamnya harus dengan cara diubek-ubek. Mungkin karena potongan ayamnya tidak tertutupi dedaunan seolah sulit ditangkap, membuat masakan ini diberi nama ayam tangkap.

Dedaunan inilah yang menjadi daya tarik hidangan, sekaligus bisa dijadikan sebagai lalapan kering pelengkap potongan ayam. Saat masih hangat, dedaunan ini bercita rasa kering seperti kerupuk.

Tak sulit mencari menu ini Tanah Rencong. Di sejumlah rumah makan sedang dan besar di Banda Aceh dan kota-kota lain di Aceh biasanya menyediakan menu spesial ini. Contohnya di rumah makan seberang Masjid Baiturahim di Uleleu, Banda Aceh harganya Rp 25-Rp 40.000 ribu sesuai besar porsinya. Selain itu di Kedai Ayam Tangkap Cut Dek di daerah Lampineung, Banda Aceh. Harga seporsinya Rp 60.000 karena ukurannya besar.

Di Jakarta antara lain di Rumah Makan Seulawah di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Seporsi ayam tangkapnya berkisar Rp 30.000 ke atas. Sedangkan di Rumah Makan Ayam Tangkap Blang Bintang di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan harganya Rp 38.000 per porsi.

Masakan khas Aceh ini sudah tersebar di beberapa kota dengan nama berbeda. Di Jakarta misalnya dinamai Ayam Tsunami. Dinamakan begitu karena masakan ini biasanya disajikan tak beraturan atau acak-acakan seperti keadaan pascatsunami.



Ayam Terbang 
Jika di Aceh ada ayam tangkap. Di Jakarta justru sebaliknya ada ayam terbang alias singkatan dari terasa banget. Yang bikin beda dengan ayam goreng lainnya, dagingnya yang begitu lembut ditambah keharuman dari aroma daging yang diolah dengan bumbu rahasia. Ayam terbangnya ditaburi serundeng.

Kalau Anda sedang berkunjung ke Jakarta dan ingin mencobanya, datang saja ke Warung Ayam Terbang di Jalan Pasar Minggu Nomor 34 B Pancoran, Jakarta Selatan, depan Rumah Sakit Tria Dipa. Bisa dilevery juga lho.

Harganya pun relatif terjangkau. Seporsi ayam terbang goreng/bakar paket paha plus nasi putih, sambal dan irisan mentimun Rp 17.000. Minumnya jus terbang berupa campuran papaya dan buah lainnya Rp 10.000 per gelas. Di samping itu ada juga paket lele terbang Rp 15.000, nasi goreng terbang Rp 15.000, dan bebek goreng/bakar terbang Rp24.000 per paketnya.

Cabangnya ada di Jalan Raya Bogor KM 23 No.24, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tapi ingat ya, habis menikmati kuliner ini, jangan cari ‘ayam’ yang lain.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senin, 25 Maret 2013

Bulan Tiga Ini, Tiga Gunung Aktif Bergejolak

Selama bulan Maret 2013 ini, setidaknya ada tiga (3) gunung aktif yang mengalami peningkatan status bahkan sampai meletus. Ketiga gunung yang berada di tiga pulau berbeda itu adalah Gunung Lokon, Rokatenda, dan Gunung Marapi. Yang menarik, gejolaknya berlangsung dalam waktu berdekatan. Dampaknya, pendakian untuk sementara tidak diperkenankan dan ada ratusan warga yang diungsikan. 

Gejolak gunung aktif yang terjadi di bulan Maret 2013, diawali dari pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Barat. Pada Minggu pagi, (17/3/2013) lalu. 

Gunung Marapi yang terletak di dua kabupaten yakni Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, menunjukkan aktivitas vulkanisnya dengan mengeluarkan letusan asap putih setinggi sekitar 200 meter dari kawah puncaknya.

Dampaknya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bukittinggi melarang warga dan para pendaki mendekati gunung ini pada radius 3 kilometer dari puncak gunung.

Menurut Warseno, petugas PVMBG Bukittinggi, peningkatan aktivitas pada gunung tersebut, bukan dipengaruhi gempa bumi yang sering melanda Kota Bukittinggi melainkan karena terkait rentetan peningkatan aktivitas sejak 3 Agustus 2011 lalu.

Sejak peningkatan tersebut, status gunung dinaikkan dari aktif normal menjadi waspada level II. Gunung berketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini merupakan salah satu gunung aktif di Sumbar yang meletus terakhir kali 2005 silam.

Dalam kondisi aktif normal, gunung yang berdampingan dengan Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek ini  menjadi tujuan pendaki dari dalam maupun luar Sumbar.

Aktivitas Marapi saat ini masih fluktuatif, yang artinya kadang meletus, kadang tidak. Karena itu warga dihimbau hati-hati dan pendaki dilarang mendaki gunung ini untuk sementara waktu.

Ratusan Warga Diungsikan 
Beberapa hari kemudian, juga pada hari Minggu (24/3/2013), Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali meletus, sekitar pukul 18.00 Wita.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus menjelaskan letusannya itu menyemburkan debu tebal setinggi 50-60 meter yang mengarah ke bagian Barat atau menuju ke Desa Natunglea.

Letusan tersebut, lanjutnya disebabkan gempa guguran yang terus terjadi di Gunung Rokatenda. “Letusan susulan bisa saja terjadi," terangnya.

Untungnya letusan tersebut tidak memakan korban lantaran dua hari sebelum gunung berketinggian 875 mdpl ini meletus, yakni pada Jumat (22/3/2013), 500 warga di dua desa di pulau itu telah diungsikan oleh BPBD Kabupaten Sikka, NTT.

Letusan gunung yang bernama lain Gunung Paluweh ini, kali ini merupakan letusan ketiga, setelah pada Oktober 2012 lalu meletus hingga membuat ribuan warga mengungsi, juga pada Februari 2013 lalu.

Sehari kemudian, Gunung Lokon di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Pulau Sulawesi, meletus tiga kali pada Senin, (25/3/2013). Letusan pertama terjadi pada pukul 05.10 Wita, disusul 05.12 Wita, dan pukul 07.33 Wita.

Pada letusan pertama disertai dengan bunyi dentuman yang sangat keras. Letusannya mengeluarkan debu vulkanik dan melontarkan material pijar dengan ketinggian mencapai 2 kilometer ke arah Tenggara dan Selatan.

Kepala Pos Pemantau Gunung Lokon dan Mahawu di Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina mengatakan, aktivitas Gunung Lokon masih terjadi. "Saat ini setiap waktu terjadi embusan abu dengan ketinggian fluktuatif 200 hingga 600 meter ke udara. Gempa embusan dengan amplitudo mencapai 47 milimeter masih terus-terusan terekam di alat pemantau," jelasnya.

Kondisi  gunung berketinggian 1.580 mdpl ini, saat ini masih berstatus siaga dengan radius aman 2,5 kilometer dari Kawah Tompaluan. Warga dan pendaki dilarang beraktivitas di dekat-dekat kaki gunung ini.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara, Hoyke Makarawung, akibat letusan itu debu vulkaniknya bertaburan, pihaknya pun membagikan masker kepada masyarakat Kota Tomohon.

Buat Anda yang berencana mendaki ketiga gunung aktif tersebut dalam waktu dekat, sebaiknya ditunda dulu sampai kondisi gunung itu kembali aktif normal dan diperbolehkan untuk mendaki oleh pihak terkait setempat.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Jumat, 22 Maret 2013

Alasan Turis Belanda Sukai Gunung Kelud, Perancis Gemari Kawah Ijen

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia datang dari berbagai negara dengan latar belakang berbeda. Uniknya mereka punya obyek favorit masing-masing. Nias, misalnya disukai turis atau peselancar Australia dan Amerika, sementara Gunung Kelud didominasi Belanda. Kawah Ijen digemari Perancis, sedangkan orang Timur Tengah terlihat lebih memilih kawasan puncak Bogor, Jawa Barat sebagai lokasi wisata idaman mereka.

Ombak tinggi dan pemandangan indah, itulah alasan mengapa para peselancar negeri Kangguru dan Paman Sam mendominasi kunjungan wisman di Nias dibanding wisman lainnya. 

Pantai Lagundri dan Saroke di Nias Selatan, adalah pantai pavorit peselancar kedua negara itu. Kedua pantai bertetanggaan ini memiliki ombak yang mencapai 7 sampai 10 meter dengan 5 tingkatan. Panjang ombaknya mencapai 200 meter. Di saat bulan purnama, keganasan ombaknya kian menjadi.

Di kedua pantai ini menjadi tempat lokasi kompetisi selancar internasional, Nias Open tiap tahun yang diikuti ratusan peselancar dari berbagai negara yang juaranya didominasi peselancar Australia. Di pantai ini terdapat home stay dan penginapan kecil dengan harga amat terjangkau serta hotel berbintang Sorake Beach Hotel.

Wisatawan Timur Tengah anatara lain Arab Saudi, Oman, dan Uni Emirat Arab yang menjamur di kawasan puncak, tentu saja selain menyukai udara sejuk pegunungan, konon kawin kontrak dengan perempuan-perempuan Sunda setempat menjadi alasan utama. 

Orang-orang dari negeri Onta ini bukan hanya mudah terlihat di Warung-Warung Kaleng atau nama lain dari toko-toko dan rumah makan bergaya Arab dan bertuliskan Arab di Cisarua, Bogor hingga puncak Pas, tapi juga di obyek wisata kawan puncak lain seperti Taman Safari, Taman Wisata Matahari, dan Cimory. 

Bagaimana dengan turis Belanda dan Perancis? Ternyata alasan mengapa turis negeri Kincir Angin itu menyukai Gunung Kelud lantaran adanya Terowongan Ampera, peninggalan masa kolonial Belanda yang dibangun berkaitan dengan letusan Gunung Kelud pada tahun 1919 yang menelan korban 5.160 jiwa. 

Terowongan yang selesai tahun 1967 itu berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik. Di dalam terowongan sepanjang 110 meter ini ada beberapa lampu penerangan yang cahanya temaram.

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri tahun 2012, jumlah wisman Belanda yang berkunjung ke Gunung Kelud mencapai 465 orang hingga akhir Desember 2012. Disusul Perancis (302) dan Jerman (120) orang.

Gunung Kelud yang terakhir erupsi pada Oktober 2007, terletak di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur memiliki ketinggian 1730 mdpl. Setiap tanggal 23 suro penanggalan jawa masyarakat setempat mengadakanarung sesaji, dipercaya sebagai simbol condro sengkolo.

Gunung ini punya tiga puncak, yakni Puncak Gajah Mungkur di bagian Barat, Puncak Kelud (Timur Laut), dan Puncak Sumbing di sisi Selatan. Obyek lain yang dapat dinikmati pemandangan matahari terbit dari Puncak Gajah Mungkur, Wisata Malam Anak Gunung Kelud, juga tempat aliran air panas.

Butuh 2 jam dari Kota Kediri untuk sampi di kaki gunung ini dengan kendaraan roda empat. Tiket masuknya Rp 10.000 per orang. Jika ingin menggunakan jasa mobil khusus menuju area parkiran terowongan dikenakan Rp15 ribu, total perorang Rp25 ribu.




Blue Fire 
Pesona api biru menjadi alasan utama mengapa turis Perancis mendominasi Kawah Ijen yang berada di Banyuwangi, Jawa Timur. Jarot Ediyanto, pemandu wisata setempat mengakui membenarkan kalau turis Perancis yang paling gandrung berkunjung ke Kawah Ijen.

Menurut dia, empat tahung lalu, ada sekelompok peneliti dan pembuat film dokumenter yang secara berturut-turut datang ke Gunung Ijen untuk melihat Danau Kawah Ijen. “Mereka terdiri dari orang Perancis, Belanda dan Inggris. Sejak itu turis Perancis membanjiri Kawah ijen. Mereka terpesona oleh Api biru, sunrise dan juga penambang belerang,” jelas Jarot.

Tiket masuk untuk mendaki Gunung Ijen yang dikelola oleh Departemen Kehutanan ini Rp 2.000 untuk wisatawan Nusantara dan Rp 15.000 buat turis asing per orang.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji & dok. jelajah-nesia

Read more...

Maret, Bulan Duka Penelusuran Gua Indonesia

Bulan Maret 2013 ini, bisa dibilang bulan duka buat petualangan penelusuran gua (caving) di Tanah Air. Pasalnya, lima nyawa penelesur gua terenggut saat dan usai melakoninya, dalam waktu tak berselang lama di dua gua berbeda. 

Diawali dengan tewasnya dua Mahasiwa Pencinta Alam Teknik Sipil (Mapateksi), Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yakni Hari Miftahul Rohmah (21) dan Nur Faizin (22).

Keduanya terseret arus air bah di sungai Gua Kiskendo, Dusun Guwo, Desa Trayu, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jenasah Hari, mahasiswa asal Bekasi ini ditemukan oleh seorang petani, warga Desa Trayu, Senin pagi (11/3).

Sedangakn Nur Faizin, warga Ungaran ini baru ditemukan jenazahnya 3 hari kemudian, tidak jauh dari lokasi ditemukannya jenasah Hari di Dusun Ngadipiro, Desa Kertosari. Kamis ( 14/3).

Keduanya tengah melakukan survei gua yang terletak 15 Km ke arah Selatan (Boja) Kota Kendal melalui Kaliwungu atau 40 Km dari pusat kota Semarang ini pada Minggu (10/3).

Lima hari kemudian, setelah jenasah Nur Faizin ditemukan, tiga anggota Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia tewas diterjang banjir bandang saat menyusuri Gua Seropan di Dusun Serpeng, Desa Pacarejo, Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa malam, (19/3).

Tiga korban yang meninggal itu adalah Ganang Samudra, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta asal Solo; Hevin Fahariza, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto asal Surabaya; dan Dian Putri Permatasari, mahasiswa Biologi Universitas Gajah Mada.

Mereka diduga meninggal lantaran tenggelam dan kehabisan oksigen di dalam gua yang memiliki kedalaman mencapai 40 meter dan berbentuk vertikal ini. Ketika itu mereka tengah mengikuti "Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya 2013" yang diikuti 25 penelusur, terdiri atas 5 orang panitia dan 20 orang peserta. 

Sebelum kedua musibah itu, masih pada bulan yang sama, tepatnya di awal Maret, enam wisatawan Nusantara terjebak dalam perut Goa Sriti di Dusun Gelaran I, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogjakarta akibat banjir bandang sungai bawah tanah, Sabtu (2/3/2013). Untungnya, tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Padahal ketika mereka masuk gua, kondisi air Gua Sriti aman setelah dipastikan oleh tim pemandunya, yakni tinngi air kurang dari dua meter. Dan kondisi cuaca di luar pun sedang bagus. Namun saat rombangan berada di separuh penelusuran, tiba-tiba hujan turun dan menyebabkan banjir lalu menjebak mereka.

Jangan Tertipu
Belajar dari kecelakaan di gua selama bulan Maret ini, sudah semestinya para pengiat penelesur gua lebih berhati-hati. Tak sekadar siap fisik-mental dan peralatan pun pemahaman kondisi cuaca amatlah diperlukan. Jangan memaksakan caving saat intensitas hujan masih cukup tinggi.

Jangan mudah tertipu oleh cuaca bagus atau cerah di sekitar gua. Padahal tanpa diketahui di bagian atas tempat sumber air yang curahannya mengalir ke gua tersebut, sedang atau sudah terjadi hujan deras dan lama.

Perlu strategi khusus saat menelususri gua, terutama gua berbentuk vertikal dan atau bersungai bawah tanah. Antara lain, selain membentuk tim di luar atau mulut gua, pun ada tim yang memantau kondisi cuaca di bagian atas bukit di mana gua itu berada. Jika hujan lebat turun, tim tersebut bisa langsung memberi kabar siaga kepada tim yang ada di mulut dan dalam gua.

Penulis turut berduka atas musibah yang menimpa penelesur gua selama bulan ini. Dan buat peminat gua, tetaplah menelusuri gua dengan hati-hati dan bijaksana.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok.yogyakarta.panduanwisata

Read more...

Kamis, 21 Maret 2013

Gua di Yogyakarta yang Tersohor Bukan Cuma Jomblang

Selain Gua Jomblang, Yogyakarta masih punya sekurangnya dua gua lagi yang tersohor hingga mancanegara. Kedua gua tersebut adalah Gua Cerme dan dan Gua Seropan. Gua terakhir inilah yang belakangan ramai terekspos lantaran menjadi lokasi tewasnya tiga mahasiswa saat berada di dalamnya, 19 Maret lalu. 

Gua Seropan yang terletak di Desa Semuluh, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, ini berpanjang 888 meter dengan sumur vertikal sedalam 40 meter.

Keistimewaan Gua Seropan sudah dapat kita nikmati dari luar gua hingga bagian perutnya. Di bagian luarnya, ada tebing- tebing kapur yang biasa dipanjati para penggila panjat tebing pemula. Sekurangnya ada 13 jalur pemanjatan di tebing-tebingnya dengan berbagai grade atau tingkat kesulitan.

Untuk memasuki gua ini, dengan cara menuruninya dengan teknik teknik tali tunggal atau Single Rope Technique (SRT) hingga dasar gua. Kondisi dasar guanya berair dan berlumpur dengan tinggi air bervariasi hingga maksimal sampai lutut.

Di beberapa sudut di dalam lorongnya sepanjang lebih kurang 211 meter, terdapat bermacam stalagmit dan stalaktit indah. Dan pada percabangan lorong terdapat sungai bawah tanah yang memiliki debit air yang besar 750 liter/ detik. Kekuatan air bawah tanah itu dimanfaat sebagai pembangkit listrik dengan menggunakan microhydro technologi.

Yang paling menarik, lebih jauh menyusurinya kita akan menemukan air terjun di dalamnya. Meski bukan satu-satunya gua berairterjun di dalam, tak bisa dipungkiri airterjun di dalam Gua Seropan amat menakjubkan. Air terjun berketinggian 7 meter, airnya dijamin bikin kita segar dan melenyapkan semua lelah.

Tak sulit menjangkau gua ini dengan kendaraan umum maupun pribadi. Dari Jogja, kita bisa naik bus umum jurusan Wonosari, lalu lanjutkan naik bus sampai Kebedoyo.



"Cahaya Surga" 
Sedangkan Gua Jombang yang berada di Jetis Wetan, Semanu, Kabupaten Gunung Kidul juga merupakan gua vertikal yang berkedalaman 80 meter dari bibir gua. Untuk memasukinya diperlukan kemampuan SRT juga.

Karena mulut guanya berluas sekitar 50 meter, gua ini pun sering disebut dengan nama Luweng Jomblang. Gua ber-“Cahaya Surga” ini pernah menjadi lokasi syutring Amazing Race Amerika pada 2011. 

Sementara Gua Cerme yang terletak di Dusun Srunggo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta juga menawarkan sensasi petualangan yang tak kalah menantang. Panjang antara pintu masuk dengan ujung keluarnya mencapai 1,3 Km.

 Lorong utama gua yang kaya stalagmit dan stalaktit beragam bentuk ini, tembus ke Luweng Ploso sepanjang 950 meter, selebihnya beberapa percabangan, yakni di Gua Pandu, di bawah air terjun Grojogan Sewu, dan lorong buntu Air Suci.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok yogyakarta.panduanwisata & dwi omblo

Read more...

Segarnya Rujak Aceh dari Tanah Rencong, Medan Hingga Jakarta

Indonesia punya beragam rujak, salah satunya rujak Aceh. Rujak berisi aneka buah dengan siraman bumbu sambal gula merah yang kental berasa asam, pedas, dan manis ini, hmmm.., dijamin bikin segerrr. Dari sekian jenis rujak, rujak Aceh boleh dibilang memiliki citra rasa dan ciri khas tersendiri. Wajar jika kemudian rujak ini membuahbibir hingga melebar dari asalnya di Tanah Rencong ke berbagai kota besar di Indonesia seperti Medan dan Jakarta. 

Di negeri asalnya, yakni Aceh, rujak Aceh mudah sekali ditemui. Di seputaran Banda Aceh, terutama di warung atau rumah makan banyak yang menjualnya. Di antaranya di ruas jalan Kota Banda Aceh, tepatnya di Jalan Masjid Raya dan Jalan Cik Ditiro. 

Tempat lainnya ada di daerah Ulee Kareng, Banda Aceh yang sudah ada sejak dulu. Di resto ini, pembelinya bukan cuma warga lokal pun wisatawan Nusantara dan mancanegara, terutama wisatawan ASEAN dan Jepang. Pilihan lain, rujak Aceh Garuda, masih di Banda Aceh.

Di luar Banda Aceh, antara lain di warung rujak Blang Bintang, sekitar 500 meter sebelum pintu gerbang Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda.

Yang agak jauh, di Lhokseumawe, tepatnya di tepian Pantai Ujong Blang. Di sana ada jamboe atau pondok yang menjual rujak Aceh. Pemiliknya bernama Irawati Hamzah (40).

Di Sigli ada beberapa warga setempat yang menjual rujak Aceh, salah satunya Erita (50) yang berjualan di Taman Siliwangi yang diteduhi pepohonan cemara laut, tak jauh dari bineh laot (pinggir laut) Sigli.

Ibu lima anak yang sudah 29 tahun berjualan rujak Aceh ini, tiap hari berjualan di sini dari pukul 10 pagi hingga 4 sore. Dia dibantu Karsa, anak laki-laki bungsunya yang masih duduk di bangku SMP. Per harinya, minimal dia mengantongi uang Rp 100.000 dari penjulan rujak. Dari hasil menjual rujak, Erita mengaku mampu menyekolahkan salah satu anaknya hingga menjadi polisi yang kini bertugas di Polsek Kota Sigli.

Makan rujak buatan Erita di taman itu terasa menghadirkan atmosfir yang beda. Soalnya sekitar 15 meter dari tempatnya berjualan berdiri bangunan museum peringatan korban gempa dan tsunami yang memuat daftar nama-nama masyarakat Kabupaten Pidie dan Pidie jaya yang meninggal dunia akibat bencana dasyat, 24 Desember 2004 tahun silam itu. Dan salah satu korbannya, Syafna, buah hati Erita.

Lincah atau rujak Aceh sudah menjadi makanan tradisional masyarat Aceh dari dulu. Camilan ini nikmat dimakan pada siang hari yang terik.

Rujak yang satu ini berisi campuran irisan buah-buahan seperti nenas, timun, mangga, kedondong, pepaya, bangkuang, dan pisang batu yang masih mentah ini, diaduk dengan gula aren atau gula jawa yang sudah diulek di atas cobek batu bersama cabe rawit dan garam

Yang membuat rujak Aceh berbeda, adanya rumbia, buah khas Aceh semacam salak atau disebut juga salak Aceh, yang daunnya digunakan untuk membuat atap rumah ini. Buah ini diserut bersama buah-buahan lainnya.

Rujak Aceh tak hanya ada di Tanah Reuncong. Rujak ini juga sudah menyebar ke Kota Medan bahkan Jakarta. Di Medan antara lain di Warung ini berada di Kelurahan Sei Putih Timur, Kecamatan Medan Petisa. Nama rujaknya dikenal dengan Rujak Aceh Samanga.

Sedangkan di Jakarta rujak Aceh dijual dibeberapa tempat antara lain di food court Eat & Eat Kelapa Gading 5, Jakarta Utara. Selaion itu Waroeng Jaly-Jaly di Blok M Mall, Jakarta Selatan, dan Kedai Mie Aceh Bang Jali di food court ITC Ambasador, Kuningan, Jakarta Selatan. Di pingiran Jakarta, tepatnya di Depok, ada di ITC Depok Jalan Margonda Raya.

Harga seporsi rujak Aceh di negeri asalnya bervariasi dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 9.000. Sementara Berkisar antara Rp 8.000 hingga Rp 10.000. Sedangkan di Jakarta dan Depok, harga seporsinya sudah naik pangkat, berkisar antara Rp.10.000 s/d Rp 15.000.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rabu, 20 Maret 2013

Sebelas Alasan Mengapa Ciuman Bali Lebih Memesona

Gaya berciuman ternyata bukan cuma french kiss ataupun japanese kiss. Orang Bali, juga punya gaya ciuman tersendiri yang disebut Omed-omedan. Malah ciuman ini dinilai lebih khas hingga menyita perhatian publik belakangan ini. 

Ada beberapa alasan mengapa omed-omedan atau ciuman khas orang Bali tepatnya di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali ini terkesan BEDA. 

Pertama, murni tradisi. Ciuman in sudah ada sejak ratusan tahun lalu, sejak jaman penjajahan yang diwarisi turun-temurun sampai kini. Jadi jangan menilai ciuman ini cuma sensasi apalagi vulgar.

Kedua, budaya unik. Adanya sehari usai nyepi. Tahun ini, berlangsung pada 13 Maret 2013 lalu. Di luar itu, jelas tidak bakal ditemui.

Ketiga, nilai kebersamaan. Ciuman ini bermakna kebersamaan yang kuat antarwarga, setiakawan, dan saling asah, asih, asuh serta membangun solidaritas dan perstauan masyarakat setempat dalam suka-duka.

Keempat, sakral. Punya daya sakral tersendiri terkait dengan dewa yang dipuja yakni Susuhan di Pura Banjar.

Kelima, melelui prosesi. Sebelum berciuman, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Mulai dari berkumpul lalu berdoa, dan masing-masing digendong.

Keenam, disiram airMereka berciuman sampai tetua adat membunyikan suling dan menyiramkan air dengan selang air, ember, dan lainnya. tiupan dan siraman air itu petanda mereka harus menyudahi ciuman.

 

Ketujuh, dilakukan lajang muda-mudi. Ciuman ini hanya dilakukan oleh sekaa teruna-teruni atau pemuda-pemudi mulai dari umur 17 tahun hingga 30 tahun atau yang sudah menginjak dewasa tetapi belum menikah. Ciuman ini tidak berlaku bagi orang tua yang sudah menikah.

Kedelapan, secara massal. Ciuman ini bukan antar seorang pemuda dengan pemudi melainkan berpuluh-puluh pemuda yang berbaris berhadapan-hadapn dengan barisan pemudi, lalu secara bergiliran berciuman, satu per satu.

Kesembilan, buang sial. Yang menarik, ciuman khas Bali ini bertujuan untuk menghormati leluhur sekaligus menghapus kesialan selama setahun ke depan.

Kesepuluh, luapan kegembiraan. Ciuman ini pelambang luapan kegembiraan muda-mudi saat ngambak seni atau sehari setelah Nyepi.

Kesebelas, ikon atraksi wisata. Ciuman ini pun menjadi ikon atraksi wisata budaya yang sudah mendunia. 

Melihat kesebelas alasan di atas, rasanya tak berlebihn jika omed-omedan atau ciuman massal khas orang Bali ini lebih memesona dibanding ciuman french kiss, ciuman ala orang Perancis ataupun Japanese kiss gaya ciuman orang Jepang.

Kurang yakin? Lihat saja langsung di Bali tahun depan, sehari setelah Nyepi. atraksi wisata budaya Omed-omedan ini ditonton ratusan warga, wisatawan Nusantara, dan mancanegara serta diliput media lokal, nasional, dan internasional.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: g'de-dephotoworks.

Read more...

Sebelas Tips Menjadi Operator Pendakian Massal Idaman

Seiring berkurangnya intensitas curah hujan di Indonesia atau menjelang masuknya musim panas, kegiatan petualangan di Tanah Air mulai menggeliat lagi. Beberapa komunitas penggiat alam bebas, pecinta alam maupun operator petualangan terutama pendakian gunung mulai sibuk mempromosikan kegiatan pendakian massal ke beberapa gunung populer. Lagi-lagi jejaring sosial terutama facebook jadi salah satu media promo yang mereka pilih untuk menjaring peserta.

Berdasarkan pengamatan penulis, gunung-gunung ternama masih menjadi jualan utama para operator pendakian tahun ini, seperti Gunung Rinjani, Semeru, Kerinci, Krakatau, Ceremei, Merbabu, Slamet, Gunung Gede, dan lainnya. 

Di antara gunung-gunung populer ini, Gunung Semeru di Jawa Timur-lah yang paling menonjol dan berdaya tarik kuat tahun ini. Bisa jadi ini dampak dari film 5Cm yang mengekpos pendakian gunung yang menjadi atap-nya Pulau Jawa ini.

Dan yang tak di sangka-sangka, Gunung Salak yang selama ini kurang diminati, tahun ini ada juga yang melirik. Bisa jadi ini dampak dari kejadian kecelakaan pesawat Sukoi tahun lalu yang membuat beberapa operator pendakian tertarik untuk membuat paket pendakian ke gunung berhutan rimbun di Bogor, Jawa Barat ini.

Umumnya pendakian yang diusung operator adalah pendakian massal (penmas). Seperti kita ketahui, beberapa tahun belakangan ini, penmas begitu marak.

Dan penulis menilai peran facebook cukup punya andil membesarkan pendakian rombongan ini. Bagaimana tidak, lewat facebook, operator dengan mudah menjual dagangannya (paket penmas), baik per-akun maupun ke grup komunitas pecinta alam, pendaki, dan penggiat alam bebas secara GRATIS. Bahkan lewat facebook, orang dengan mudah membuat komunitas sehobi ini lintasbatas dan usia.

Nah, saking mudahnya menjaring massa lewat jejaring sosial ini, tak heran operator pendakian rajin membuat paket penmas karena peminatnya luar biasa. Sampai-sampai ada yang menolak peserta atau membuat kembali paket serupa sesi kedua, ketiga, dan seterusnya.

Melihat paket penmas yang dijual lewat facebook ini laku keras, bak kacang goreng. Akhirnya banyak bermunculan operator-operator penmas baru. Padahal banyak operator penmas yang lebih dulu merintis, pun kurang profesional dan tidak mengedepankan faktor ramah lingkungan dalam pelaksanaan paket yang dijualnya.

Alhasil, operator-operator baru itu pun mengikuti pola pelaksanaan paket penmas yang pernah diikutinya. Dengan kata lain nyaris serupa. Tapi ada juga yang berusaha mengedepankan kedua faktor tersebut.

Karena ada peluang bisnis di sini. Persaingan secara langsung atau tidak, disadari atau tidak, diakui atau tidak, pun terjadi. Untuk memenangkan persaingan itu, dan agar paket penmas-nya tetap berlanjut, diperlukan kiat tersendiri. Berikut ini tips menjadi operator penmas idaman versi penulis.

 
Pertama, tidak mencari laba semata. Jangan karena mau mengeruk untung, operator seenaknya menjaring peserta sebanyak-banyaknya. Dan yang lebih parah, tidak dibarengi dengan fasilitas dan anggota panitia/tim yang cukup. Jumlah peserta penmas harus dibatasi sesuai kemampuan operator dan tim-nya dan sesuai peraturan pengelola gunung atau taman nasional setempat.

Kedua, membawa bekal ramah lingkungan. Operator dan timnya harus orang yang respek dengan kebersihan dan keasrian alam gunung. Tegas memberlakukan sarat itu kepada setiap peserta. Jadi bukan hanya mencantumkan peralatan dan perlengkapan serta logistik yang harus dibawa, pun bekal ramah lingkungan itu sendiri dalam media promo-nya. Misalnya dengan mewajibkan setiap peserta membawa kantong plastik besar dan kuat untuk membawa kembali sampah bekas logistiknya ke tempat sampah di desa terakhir.

Ketiga, menomorsatukan keselamatan dan keamanan peserta. Ini kerap dilupakan sejumlah operator. Bisa jadi karena kekurangan tim dan atau ketidaktahuan. Operator yang profesional semestinya menyiapkan tenaga medis, paling tidak anggota tim yang mengerti dasar-dasar penanganan cidera ringan, P3K, dan lainnya. Peserta penmas harus dibagi dalam beberapa grup kecil, dan setiap grup ada anggota tim operator yang paham soal itu. Termasuk menyediakan peralatan keamanan seperti tali, dan lainnya.

Keempat, pantang meninggalkan sampah. Operator harus keras menegur peserta yang membuang sampah di gunung. Pilihan lain, operator harus menyediakan tim bersih gunung dalam setiap pelaksanaan penmas-nya.

Kelima, kreatif dan positif. Operator yang bagus, kreatif dalam mengemas paket penmas-nya. Kemasannya pun bernilai positif. Tidak monoton, cuma mendaki rame-rame, sampai puncak foto-foto narsis-narsisan lalu turun. Tapi ada sesuatu yang beda dan tentu berkesan.

Keenam, mematuhi aturan taman nasional. Tidak melanggar aturan masyarakat yang tidak tertulis maupun aturan tertulis pihak pengelola gunung atau taman nasional. Misalnya kalau di Gunung Semeru dilarang mandi langsung di ranu (danau)-nya.

Ketujuh, membuat kakus lapangan. Operator yang baik memperhatikan kebutuhan pesertanya terutama tempat buang hajat. Banyangkan dalam satu lokasi nge-camp, tidak ada toilet umum kemudian puluhan bahkan ratusan orang buang hajat sembarangan, alangkah tercemarnya. Karenanya, panitia harus membuat kakus atau toilet darurat yang ramah lingkungan dan aman.

Kedelapan, bermanfaat buat kelestarian alam. Kegiatan penmas-nya punya manfaat buat kelestarian, misalnya sambil menanam pohon, bersih gunung, pendataan kondisi lingkungan terkini, pembuatan tempat sampah, dan lainnya.

Kesembilan, berguna buat pengunjung dan masyarakat sekitar. Kegiatan penmas-nya pun ada manfaatnya bagi pengunjung seperti membuat rambu-rambu penunjuk arah, pembuatan tempat sampah, dan lainnya. Atau yang berguna bagi penduduk sekitar seperti baksos, gotong royong, dll.

Kesepuluh, tidak mencemarkan sumber mata air. Ini juga jadi point penting yang kerap dilanggar sejumlah operator. Alhasil sejumlah sumber mata air di gunung banyak yang tercemar akibat operator dan tim-nya tidak mengontrol pesertanya atau tidak melarang dengan tegas pesertanya untuk tidak mencemarkan sumber mata air.

Kesebelas, jujur. Operator yang baik tidak membuat penmas dengan dalih ramah lingkungan, baksos dan lainnya untuk menjaring massa. Padahal di lapangan nihil, justru malah merusak, mengotori, dan mencemari. 

Kalau memang penmas-nya cuma penmas biasa dalam artian pendakian semata, naik-turun selesai, ya katakan begitu. Tapi kalau bernilai plus, misalnya ada acara baksos, aksi bersih gunung, dan lainnya, cantumkan itu dan benar-benar dilaksanakan dengan baik.

Itulah sebelas tips menjadi operator penmas idaman. Mudah-mudahan dapat menjadi acuan bagi operator penmas yang kini tengah menjamur dalam mengemas dan melaksanakan paket penmas-nya, termasuk bagi pemain baru atau operator-operator pemula.

Mudah-mudahan ini juga menjadi acuan buat calon peserta penmas, untuk memilih dengan cerdas operator penmas mana yang layak diikuti atau dibeli paket penmas-nya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Jumat, 15 Maret 2013

Bengkulu Pun Punya Lobang Kaca Mata

Kendati Bunga Rafflesia menjadi ikon pariowisata Bengkulu, namun potensi wisata provinsi ini bukan cuma itu. Masih ada beragam potensi wisata lain, baik alam, sejarah, budaya, dan kulinernya. Salah satunya Lobang Kaca Mata. 

Obyek Wisata Alam Lobang Kaca Mata berada di Desa Lebong Tambang, Kecamatan Lebong Utara, sekita 2 Km dari pusat Kota Bengkulu. Persisnya di salah satu dinding berbatu di sebuah bukit.

Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah menjelaskan lubang tersebut merupakan bekas galian emas buatan Belanda. “Sampai sekarang lubang itu masih difungsikan sebagai galian emas tradisonal oleh masyarakat setempat. Disebut begitu, karena bentuknya menyerupai kaca mata,” jelasnya.

Bengkulu juga menyimpan obyek sejarah, mulai dari peninggalan penjajahan Inggris, sebelum akhirnya diambil alih Belanda. Contohnya Benteng Marlborough di Kota Bengkulu. Benteng peninggalan Inggris ini dibangun tahun 1714-1741 oleh British East Indian Company semasa Gubernur Jendral Joseph Callet berkuasa di Bengkulu. Benteng yang berdiri di lahan seluas 44.100 meter persegi ini, bentuknya menyerupai kura-kura.

Masih di kota Bengkulu, ada Persada Bung Karno atau Rumah Bung Karno yang menjadi kediaman Sukarno saat diasingkan Belanda di Bengkulu pada tahun 1938-1942. Yang menarik dari rumah pengasingan Soekarno ini selain benda bersejarah peninggalan Bung Karno dan istrinya, juga ada Sumur  yang konon airnya dipercaya mujarab, mendatangkan berkah. Tak heran banyak orang biasa, pengusaha, pejabat sampai artis mencuci muka dengan air sumur ini dengan harapan sukses.

Rumah Bung Karno berada tidak jauh dari Kantor Walikota Bengkulu. Lokasinya berjarak sekitar 1,6 km dari Benteng Malborough. “Selama diasingkan, Presiden Soekarno tingal bersama istrinya, ibu Negara Fatmawati,” jelas Junaidi.

Tak sulit mencapai Bengkulu. Ada beberapa maskapai penerbangan yang direct flight dari Jakarta ke Bengkulu. Waktu tempuhnya cuma 50 menit dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta ke Bandara Fatmawati-Soekarno, Bengkulu. “Ada Sriwijaya Air, Lion Air dan sebentar lagi Citilink juga masuk,” aku Junaidi.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com). Foto: Dok.Ist

Read more...

Bunga Raflesia dan Tabot Jadi Ikon Pariwisata Bengkulu

Bukti keduanya menjadi ikon pariwisata Provinsi Bengkulu ini terlihat nama-nama kegiatan pariwisata yang bakal digelar Pemprov Bengkulu tahun ini. Ketiga event utama itu namanya diambil dari kedua nama itu, yakni Festival Bumi Rafflesia, Festival Pantai Rafflesia, dan Festival Tabot. 

Festival Bumi Rafflesia akan berlangsung pada 27-30 Juni 2013. Festival ini megutamakan penampilan keindahan alam Bengkulu, dengan dilatarbelakangi fakta sejarah bahwa bunga terbesar di dunia bernama Rafflesia arnoldi ini pertama kali ditemukan di Bengkulu.

Festival ini diisi bergam acara seperti membatik kolosal nasional, pergelaran seni budaya, lomba cipta lagu daerah, pemilihan putri pariwisata, pameran, dan bazaar produk ekonomi kreatif Bengkulu serta kompetisi olahraga antara lain lari marathon 10 Km nasional, triathlon, dan off road nasional.

Sedangkan Festival Pantai Rafflesia akan berlangsung 27-31 September 2013. Festival ini mengedepankan pesona keindahan pantai-pantai dan pulau-pulau kecilnya seperti Pantai Lais, Pantai Sungai Suci, Pantai Way Hang sebagai lokasi berselancar, dan tentu saja Pantai Panjang yang sangat popular serta beberpa pulau kecilnya antara lain Pulai Tikus yang bermecusuar tua dan Pulau Enggano yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia.

Dalam festival ini akan digelar sejumlah olaharaga air anatara lain lomba selancar nasional, voli pantai, dan sepeda lintas alam. Di samping itu dimeriahkan dengan pergelaran seni budaya. Pameran hasil perairan laut, perkebunan, produk peternakan dan hortikultura Bengkulu. Di luar festival ini juga berlangsung event Kemilau Sumatera yang akan berlangsung pada 27-30 September 2013.

Sementara Festival Tabot yang berlangsung setiap tahunnya pada 1-10 Muharram kalender Hijriah atau tahun ini jatuh pada 4-14 November 2013. Jadi berlangsung selama 10 hari. Festival budaya ini berlatarbelakang tradisi ritual Keluarga Kerukunan Tabot yang dikemas dalam bentuk festival ditambah dengan beberapa kegiatan penunjang berbasis kearifan lokal dan ekonomi kreatif seperti kuliner khas, permainan tradisional, pegelaran seni budaya, pameran cendera mata, seni karya, dan produk unggulan daerah.

Ketiga festival ini berskala nasional ini diharapkan dapat menarik perhatian wisatawan baik lokal, Nusantara maupun mancanegara untuk bertandang ke Bengkulu lebih banyak lagi tahun ini sesuai harapan yang dilontarkan Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah.

“Karena ini baru pertama dibuat secara nasional, kami belum bisa menargetkan berapa jumlah wisatawan yang ingin diraih. Untuk sementara kami hanya ingin mengenalkan potensi wisata Bengkulu ke seluruh masyarakat Indonesia,” akunya saat acara "Semarak Pesona Bumi Rafflesia", di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (14/3/2013) malam.

Bukti lain bunga Rafflesia dan Tabot jadi ikon pariwisata Bengkulu, pada acara Semarak Pesona Bumi Rafflesia di Jakarta itu ditampilkan replika bunga Rafflesia sebagai dekorasi. Sementara acaranya diramaikan dengan suguhan tradisi Tabot lengkap dengan menghadirkan replika Tabot-nya. “Kalau tabot aslinya di Bengkulu bisa mencapai 12 meter,” terang Junaidi.

Kemudian dilanjutkan dengan tarian Tabot  Naek Pangkek yang diringi tetabuhan gendang Dol yang terbuat dari bongkol kelapa. Tarian tradisi Tabot yang telah dimodivikasi ini ditarikan oleh tiga lelaki yang membawa replika tabot berukuran kecil dan 4 perempuan yang membawa sulang, semacam tempat sirih.

“Ada 99 jenis variasi pukulan Dol ini sesuai Asmaul Husna mengingat masyarakat Bengkulu merupakan umat muslim yang taat. Alat musik perkusi asli Bengkulu ini pernah tampil di Istana Presiden. Sementara tariannya pernah ke China tahun 2012 untuk promosi wisata Bengkulu,” tutupnya.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Bunga Rafflesia Mekar di Jakarta

Bunga Rafflesia yang ada di Bengkulu ternyata tumbuh di Jakarta. Bunga ini mekar Di Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Tapi sayangnya bukan bunga asli tapi imitasi. 

Bunga Rafflesia jadi-jadian itu berwarna merah ranum. Mekar di lantai dasar gedung ini. Kehadirannya sempat menarik perhatian karyawan Kemenparekraf dan juga para tamu.

Keberadaan bunga ini terkait adanya acara Semarak Pesona Bumi Rafflesia, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (14/3/2013) malam.

Tapi bunga ini sudah ada sejak pagi, sebagai dekorasi stand pameran ekonomi kreatif Bengkul, antara lain batik Bengkulu, emping melinjo, teh, dan beragam kuliner panganan khas lainnya.

Padma raksasa ini pertama kali ditemukan pada 20 Mei 1818 di hutan tropis Bengkulu di dekat Sungai Manna, Desa Pulau Lebar, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan oleh Dr. Joseph Arnold, seorang pecinta alam yang menjadi pemandu ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles, seorang Gubernur Jenderal Inggris. Bunga yang ditemukan itu berberat 15 pon.

Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga.

 Bunga Raflesia merupakan tanaman endemik Pulau Sumatera. Ternyata dia tumbuh bukan hanya di Bengkulu, tapi juga di Jambi dan Sumatera Selatan. Tapi daerah konservasi utama spesies ini di Taman Nasional Kerinci Seblat.

Keberadaannya kini semakin mengkhawatirkan akibat penggundulan hutan yang menggila. Termasuk anggota genus Rafflesia yang lainnya.  Di Jawa, hanya tumbuh satu jenis patma parasit yakni Rafflesia patma.

Bunga Rafflesia merupakan tumbuhan parasit obligat dengan ciri bunganya berukuran tak biasa dan menjadi bunga terbesar di dunia.

Keunikan bunga ini tumbuh di jaringan tumbuhan merambat dan tidak berdaun, karena itu tidak bisa berfotosintesis. Bunga parasit ini juga tidak berakar dan tidak bertangkai. Ketika sedang mekar, diameternya dapat mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram.

Makanan utamanya dari tanaman inang Tetrastigma dengan cara menghisap unsur anorganik dan organiknya. Bunga ini memiliki lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina.

Sayangnya bunga yangi disukai lalat sebagai hewan penyerbuk karena bau busuk yang dikeluarkannya ini berumur pendek. Usianya cuma sekitar satu minggu (5-7 hari), setelah itu layu dan mati.

Berkat penemuan bunga ini di Bengkulu, dunia pun menyebut provinsi ini sebagai The Land of Rafflesia atau Buni Rafflesia sampai kini.

Seperti bunga aslinya. Bunga Rafflesia imitasi yang mekar di Jakarta itu pun berumur singkat. Keesokan harinya dia dipindahkan dari tempatnya, dan kembali menjadi pajangan entah dimana.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 14 Maret 2013

Mengakhiri Kegalauan Gunung Semeru Pasca Film 5Cm

Tak terbantahkan sebuah film dapat berpengaruh besar terhadap minat banyak orang untuk bertandang ke obyek yang disorot atau dieksplore dalam film tersebut. Sebuah film juga mampu mengangkat nama tempat lokasi syutingnya hingga terkenal dan kemudian disambangi banyak orang. Tapi sayangnya, selain berdampak positif, tak sedikit akibat dari booming-nya film itu berefek negatif, mengancam keasrian lingkungannya hingga membuahkan kegalauan. 

Contohnya film Laskar Pelangi garapan Mira Lesmana dan Riri Reza beberapa tahun lalu, yang amat sukses menjadikan Pulau Belitung terkenal dan diminati wisatawan lokal, Nusantara bahkan mancanegra.

Sampai-sampai setelah film itu, muncul paket wisata Laskar Pelangi yang dibuat lalu dijual sejumlah travel agent. Paket tur itu mengunjungi lokasi-lokasi syuting film yang antara lain dimainkan oleh Cut Mini, termasuk ke lokasi sekolah yang menjadi tempat belajar anak-anak dalam film tersebut.

Sampai kini paket tersebut masih laris dibeli wisatawan. Gara-gara film itu, pariwisata Belitung kontan bersinar, bahkan sampai mendapat julukan baru sebagai Bumi Laskar Pelangi.

Begitu pun dengan film Eat, Pray and Love yang dimainkan Julia Roberts dan Christine Hakim. Lantaran film yang juga ber-setting di Bali itu pula, semakin banyak orang yang tertarik datang ke Pulau Dewata ini untuk berwisata.

Lalu bagaimana dengan film 5Cm yang digarap Rizal Mantovani terhadap pengaruh Gunung Semeru di Jawa Timur yang menjadi lokasi utama pembuatan film ini?

Sama seperti kedua film di atas, film yang tayang akhir tahun 2012 itu ternyata mendapat perhatian besar para pendaki gunung di seluruh Indonesia. Peminat Semeru pun tak urung semakin bertambah pascapenanyangan film ini di sejumlah bioskop.

Terlebih film yang dibintangi Herjunot Ali dan Fedi Nuril ini dibuat berdasarkan novel bertajuk sama karya Donny Dhirgantoro yang juga diminati pembaca novel-novel bergenre drama cinta petualangan. 

Sayang, film yang diharapkan mampu menjadi cambuk bagi para masyarakat Indonesia untuk mencintai Tanah Air ini, justru oleh beberapa pihak dinilai telah merusak ekosistem Gunung Semeru. Salah satu kritikan itu datang dari pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Kepala TNBTS Ayu Dewi Utari mengatakan, ada larangan yang dilanggar dalam syuting pembuatan film 5Cm ini. Dalam film ini, kata Ayu digambarkan seakan-akan mendaki Semeru itu, pendakian yang enteng, cuma butuh modal semangat dan nekat. Buktinya dapat dilihat dari ransel yang dikenakan para pemainnya yang ringan.

Semestinya harus tampak penuh dengan logistik dan perlengkapan lain mengingat waktu pendakiannya rata-rata butuh sampai lima hari dengan bekal logistik yang memadai termasuk logistik untuk kondisi darurat.

Kata Ayu lagi, sebenarnya pendakian ke Semeru hanya diperbolehkan sampai Pos Kalimati, tidak sampai ke Puncak Mahameru. Mengingat, aktivitas vulkanik di kawah Jonggring Saloka amat labil dan berbahaya bagi keselamatan pendaki. Pelarangan tersebut, menurutnya sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Kritik lainnya soal adegan pemain menceburkan diri ke dalam Danau Ranu Kumbolo di ujung film ini. Padahal pendaki dilarang mandi dan berenang di danau menawan itu karena dikhawatirkan airnya tercemar.

Akibat adegan-adegan keliru itu, banyak pendaki yang meniru. Misalnya tidak membawa bekal yang cukup dan ikut-ikutan mandi di Ranu Kumbolo, bahkan memakai sabun yang jelas-jelas mencemarkan.

Bukan cuma film ini yang menjadi sorotan. Sebuah acara yang digawangi oleh salah satu brand adventure terkenal di negeri ini juga menuai kritikan. Acara yang bertajuk "pelestarian alam" tersebut mendapat kecaman dari para penggiat alam di Indonesia, karena meninggalkan sampah dimana-mana.

Peraturan Baru
Belajar dari pengalaman-pengalaman pahit tersebut, sepertinya TNBTS tidak mau kecolongan lagi. Dan untuk mengakhiri kegalauannya, akhirnya TNBTS mengeluarkan beberapa peraturan baru yang isinya antara lain; tidak akan mengeluarkan izin untuk kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem kawasan TNBTS dengan dalih apapun, termasuk dalih akan memberi sumbangan ini dan itu untuk masyarakat sekitar.

Kegiatan yang dilarang di TNBTS antara lain rally motor cross atau motor trail, rally/pawai kendaraan roda 4, lomba lintas alam di jalur pendakian Semeru, lomba lintas alam di kawasan Kaldera Tengger (savana & laut pasir) dengan jumlah peserta lomba lebih dari 200 orang. Dan pelarangan pendakian Mahameru dengan jumlah anggota lebih dari 50 orang untuk setiap kelompok penyelenggara kegiatan, karena hanya dianggap akan mengurangi jatah pendaki umum lainnya.

Setelah tanggal 25 Maret 2013 nanti, TNBTS akan menutup pendakian ke Gunung Semeru jika jumlah pendaki dalam satu hari sudah mencapai 300 orang. Jalur pendakiannya akan dibuka kembali, setelah jumlah pendaki yang masih ada di kawasan tidak lebih dari 100 orang.

Jika pada tanggal 25 Maret 2013 nanti, ternyata masih terjadi badai seperti yang terjadi pada saat ini, maka penutupan jalur pendakian ke Gunung Semeru terpaksa diperpanjang hingga ada pengumuman selanjutnya.

Buat pendaki yang ingin bertanya mengenai pengumuman peraturan tersebut dan atau mem-booking jadwal pendakian Gunung Semeru, dapat menghubungi kantor SPTN 2 Tumpang 0341787972 atau kantor Resort Ranupani 08283930822.

Dengan adanya kritikan dan pengumuman peraturan baru ini, diharapkan para penyelenggara/operatuor/komunitas, tidak seenaknya membuat kegiatan yang dapat merusak, mencemarkan di lokasi konservasi ini.

Begitu juga calon pendaki, tidak lagi menggangap remeh pendakian ke Gunung Semeru. Tak lupa, mentaati peraturan yang ada, termasuk tidak ikut-ikutan nyebur,  mandi, dan mencuci langsung di danau-danaunya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Iwoe kembara tropis

Read more...

Rabu, 13 Maret 2013

Lagi, Mahasiswa Terseret Air Bah Dalam Gua

Hari Miftahul Rohmah (21) adalah satu dari dua Mahasiwa Pencinta Alam Teknik Sipil (Mapateksi), Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang terseret arus air bah di sungai Gua Kiskendo, Desa Trayu, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Mahasiswa asal Bekasi ini ditemukan dalam keadaan meninggal dunia oleh seorang petani, warga Desa Trayu, Senin pagi (11/3/2013). 

Seorang rekannya lagi yang bernama Nur Faizin (22) warga Ungaran masih terus dicari tim Basarnas, Basarda, dan BPBD Kabupaten Kendal serta teman-teman pecinta alamnya, termasuk ayah dan sejumlah saudaranya. 

Seperti diketahui saat mereka hendak keluar dari Gua Kiskendo usai melakukan survey pada Minggu (10/3/2013) sore, tiba-tiba mereka diterjang bah kiriman dari gunung. Dua di antaranya terserat, sisanya selamat.

Jenazah Hari dibawa ke RSUD Kendal, kondisi tubuhnya penuh luka lebam. Diperkirakan, lukanya itu akibat terbentur-bentur bebatuan. Dia ditemukan 2 Km dari lokasi awal terseret.

Kepala Desa Trayu Kecamatan Singorojo, Sumanto, menjelaskan dua mahasiswa itu masuk Gua Kiskendo bersama empat orang temannya. Mereka hendak beranjak ke gua yang lain dengan cara melewati sungai yang ada di gua tersebut.

Sewaktu berada di gua, kondisi sungai masih bisa dilewati dan berhasil mereka lewat, tapi setelah menyeberang datang bah sampai menutupi batu yang menjadi pijakan mereka. Naas, saat melompat ke batu di tengah sungai, dua di antaranya terpeleset dan jatuh lalu terseret sungai yang arusnya ketika itu tengah deras akibat di gunung hujan lebat.

Kapolsek Singorojo AKP Sulistiyanto menambahkan, jumlah keseluruhan mahasiswa Undip yang caving ada 14 orang, terdiri atas lima perempuan dan sembilan laki-laki. Mereka terbagi tiga tim, empat orang masuk gua, dua orang memanjat tebing, dan sisanya mengamati kondisi di luar gua.

Rektor Undip, Soedarto mengatakan survei yang dilakukan para mahasiswanya itu sudah resmi mendapatkan izin dari unversitas. Pihaknya akan memberikan santunan namun berapa jumlahnya belum dikatahui.

Bekas Kerajaan Gaib
Gua Kiskiendo di Dusun Guwo terletak 15 Km ke arah Selatan (Boja) Kota Kendal melalui Kaliwungu atau 40 Km dari pusat kota Semarang. Goa yang berada di perbukitan dengan pepohonan besar dan berudara agak sejuk ini merupakan salah satu obyek wisata alam yang dimiliki Kabupaten Kendal.

Di dalam gua yang dikelola Perum Perhutani Kendal ini terdapat beberapa gua kecil sepertu gua Tulangan, Kampret, Kempul, dan Lawang. Mulut guanya curam, di dalamnya terdapat bermacam stalagmit dan stalagtit yang ornamennya konon menggambarkan kisah Maesa Suro dan Lembu Suro sampai runtuhnya Kerajaan Gua Kiskendo yang gaib itu.

Maklum gua ini diyakini sebagai tempat tinggal Maesa suro dan Lembu Suro, yakni dua kakak beradik yang berbadan manusia dan berkepala binatang dengan kesaktian tinggi. Semakin memasuki gua ini, terdapat ailiran sungai yang mengalir menembus perut bumi.

Saat musim panas, pengunjung gua ini cukup banyak dan berkurang ketika musim hujan. Kebanyakan pengunjung dari Kendal dan Semarang serta sejumlah daerah lainnya. Setiap pengunjung dikenai tiket masuk sebesar Rp.4000 per orang.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok. gsantosa

Read more...

Turis Jepang Jatuh di Jurang Gunung Sibanyak

Baru-baru ini seorang turis asal Jepang bernama Kosei Yamada (39) tersesat dan hilang di Gunung Sibanyak, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara sejak Rabu (6/3/2013). Yamada hilang bersama Iptu Bambang. Keduanya terjatuh ke jurang sedalam ratusan meter. 

Untunglah, beberapa hari kemudian, keduanya berhasil dievakuasi di dekat Telaga Putri bersebelahan dengan Gunung Pintau pada Mingggu (10/3/2013). Keduanya dievakuasi oleh tim mapala,, ranger, dan Orari yang berjumlah 53 orang. Yamada kemudian dirawat di RS Berastagi sementara Iptu dibawa ke Medan menggunakan ambulans.

Gunung Sibanyak yang berketinggian 2.094 meter di atas permukaan laut ini merupakan gunung popular di kalangan pendaki Sumatera Utara. Gunung yang menghadap ke Kota Berastagi ini juga kerap didaki sejumlah wisatawan asing.

Gunung yang oleh orang Batak Karo disebut Gunung Raja ini merupakan gunung berapi aktif yang pernah meletus hebat pada tahun 1881.

Gunung yang berada sekitar 50 Km Barat Daya Kota Medan ini memiliki kawah yang cukup landai dan dapat dituruni asalkan tidak terlalu dekat. Akibat letusan hebat itu, puncaknya kini tak kerucut lagi.

Tiga Jalur 
Sekurangnya ada tiga jalur umum untuk menggapai puncak Gunung Sibanyak. Namun yang paling sering dipakai, jalur lewat Desa Raja Berneh (Semangat Gunung) dan dari Kota Brastagi.

Satu lagi Jalur 54 yang terletak di kawasan Tongkoh (bakaran jagung), di Jalan Raya Medan-Berastagi. Jalur ini lebih menantang, tanjakannya terjal dan hutannya masih asri. Jalur yang banyak ditemukan tanaman rotan sebelum menuju puncaknya ini, kerap dipakai mahasiswa penita alam di Medan dan sekitarnya untuk latihan anggota barunya.

Gunung Sibanyak selalu ramai dikunjungi pendaki lokal saban akhir pekan terlebih musim liburan. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar pukul 02.00 dini hari untuk menyaksikan pesona sunrise-nya. Kalau cuaca sedang bersahabat, dari puncaknya juga dapat melihat panorama Kota Medan dari kejauhan.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok. becasiantar.

Read more...

Susur Pantai Butuh Teknik Khusus

Susur pantai berbeda dengan tamasya pantai. Susur pantai bisa dikategorikan sebagai salah satu kegiatan alam berunsur petualangan, karena biasanya dilakukan di pantai-pantai asri yang kondisinya cukup menantang dan membutuhkan teknik khusus untuk mengatasinya.

Dikategorikan petualangan, jika susur pantai yang dilakukan jaraknya lebih dari 10 Km dengan medan yang variatif seperti dihiasi hutan bakau, tebing karang, pantai berpasir lunak, dan beberapa muara yang masih perawan hingga memerlukan cara tersendiri untuk menyeberangi. Sementara tamasya pantai dilakukan di pantai yang medannya ringan, berjarak pendek, dan tidak variatif. 

Selama melakukan susur pantai, penelusurnya dapat sekaligus melakukan wisata lintas desa atau sosialisasi pedesaan pantai. Dengan catatan jika lintasan medan yang dilalui terdapat perkampungan atau desa pantai yang memiliki sesuatu yang khas, baik itu budaya, tradisi maupun tata cara kehidupannya.

Nilai petualangan dalam susur pantai dapat diukur dari jarak tempuhnya. Panjang-pendek jarak pantai yang ditelusuri menentukan tingkat kesulitannya. Jika jarak tempuhnya 10-15 Km terbilang mudah. Kalau antara 16-25 Km termasuk sedang. Dan yang termasuk golongan sulit jika berjarak di atas 26 Km.

Di samping jarak, faktor lain yang bisa dijadikan patokan adalah variasi medannya. Semakin bervariasi dan banyak rintangan sulit yang harus dilalui, otomatis semakin tinggi kadar petualangannya, dan sebaliknya. Namun patokan terakhir itu sangat relatif, tergantung kondisi stamina dan jam terbang masing-masing penelusur.

Kendati penelusur pernah atau sering menjelajah hutan dan mendaki gunung, akan mengalami kesulitan ketika pertama kali melakukan susur pantai dalam kategori sulit. Mengapa?

Biasanya mereka merasa sudah yakin dengan stamina dari hasil pengalaman mendaki atau kegiatan lain dan malas membekali diri dengan persiapan sesuai karakteristik medan pantai. Akibatnya, staminanya sulit beraklimasi. Mereka tidak menyadari, kondisi pantai berbeda dengan pegunungan, baik medan maupun cuacanya.

Mungkin dari segi stamina, terutama fisik mereka yang punya pengalaman mendaki gunung lebih mendukung dibanding dengan pemula yang baru berkecimpung di bidang petualangan. Namun dari segi mental tetap saja akan tercecer, seperti emosi cepat naik karena keletihan, kehilangan kesabaran kemudian putus asa, dan sukar menikmati perjalanan.

Jadi kendati sudah memiliki pengalaman di bidang lintas alam lain, perlu persiapan tersendiri dalam melakukan susur pantai ini.

Hindari Sapuan Ombak


Perlu diingat bahwa dalam kegiatan ini, kesabaran penelusur benar-benar diuji, terlebih saat melintasi medan panjang berpasir lunak. Sebanyak 50% tingkat keberhasilannya tergantung pada persiapan yang dilakukan. Sisanya berdasarkan kemampuan untuk menerapkannya di medan, termasuk penguasaan emosi.

Berdasarkan pengalaman penulis bersusur pantai di sejumlah taman nasional di Tanah Air ini, rintangan yang umumnya ditemui dalam susur pantai adalah sengatan matahari. Solusinya, jalan sepagi mungkin, lalu istirahat saat matahari di atas kepala sambil masak, makan dan lainnya. Kemudian melanjutkan perjalanan jelang sore.

Gunakan lotion anti sinar matahari (sunblok) untuk mengurangi sengatan matahari. Tak ketinggalan, bawalah air mineral yang cukup, untuk menghindari dehidrasi. Kenakan topi untuk menutupi kepala atau bahkan payung lapangan agar tak terlalu tersengat terik matahari pantai.

Dalam susur pantai kategori sulit, bakal menemui beberapa muara perawan yang belum ada jembatannya. Tak ada pilihan lain selain menyeberangi langsung. Teknik penelusuran basah diperlukan disini. Tentu harus ada tali tambang yang kuat. Anggota tim yang pandai berenang harus membawa tambang untuk mengikatnya di pohon yang kuat di seberang.

Pilihan lain, tanpa tambang asal menunggu saat surut. Tapi sebelum menyeberanginya sebaiknya teliti dulu apakah muaranya aman, tidak dihuni satwa predator seperti buaya dan lainnya. Jika aman, seberangi secara beriringan.

Saat melintasi medan pasir lunak, pilihlah pasir yang agak keras agar kaki tak terlalu terbenam. Medan ini bakal menguras fisik jika terlalu panjang. Jangan terlalu mendekati ombak karena dikhawatirkan tersapu lalu terseret ombak terlebih di pantai lepas.

Untuk menghindari kejenuhan melewati pantai yang panjang, bisa dengan cara menginap di shelter, rumah penduduk ataupun tenda. Isi perjalanan dengan beragam kegiatan, saat berjalan misalnya bisa sambil hunting foto, memasuki hutan pantai, bersampan di muara, atau menelusuri gua jika memang ada, dan lainnya.

Saat nge-camp, bisa sambil memancing, berenang, api unggun, dan lainnya. Atau bisa juga dengan melakukan kegiatan yang lebih bernilai, seperti penelitian hutan pantai, baik flora maupun faunanya, sosiologi masyarakat nelayan terpencil, penelitian karang, tanaman laut seperti agar-agar laut dan lainnya.

Lokasi susur pantai di negeri ini amat melimpah, dari Aceh hingga Papua terhampar bentangan pantai yang masih asri dan perawan. Contoh lokasi susur pantai yang menarik ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten khususnya di jalur Karang Ranjang-Cibunar. Lalu di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Lampung dan Bengkulu, tepatnya di jalur Tampang-Belimbing atau Tambling, yang butuh waktu sekitar 2 hari untuk menelusurinya dan juga di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur sekitar 5 hari penelusuran. Dan masih banyak lokasi lain di luar taman nasional.

Kesimpulannya, susur pantai tetap memerlukan persiapan fisik, mental, dan kelengkapan perlengkapan perjalanan, bukan hanya semangat dan hasrat berlebihan. Bila semua itu dilakukan, pasti target yang dirancang akan tercapai dan berhasil mengatasi setiap rintangan sesulit apapun, di medan pantai sepanjang apapun.

Selamat bersusur pantai di pantai-pantai Indonesia.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji & irwandi

Read more...

Senin, 11 Maret 2013

Menelusuri Lintasan Terberat Ujung Kulon

Selain dikenal sebagai habitat terakhir Badak Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Pandeglang, Banten pun mempunyai beberapa objek alam menawan. Satu di antaranya disebut-sebut sebagai kawasan dengan lintasan medan terberat, yaitu Pantai Karang Ranjang-Cibunar.  

Menikmati lintasan medan sekitar 26 kilometer ini berarti menelusuri medan pantai dengan segala macam atributnya, antara lain pasir lunak, vegetasi hutan pantai, delta, dan muara. Panorama lautnya senantiasa berhias deburan ombak keras, karena berada dalam pelukan pantai Selatan dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. 

Kendati lintasannya sangat panjang dan berkadar petualangan, namun jerih payah penelusurannya bakal ditebus dengan beberapa obyek unik berpanorama cantik di sepanjang lintasannya, antara lain Tanjung Telereng, Cibandawoh, Cikeusik Luhur, dan Citadahan. 

Perjalanan dari Pantai Karang Ranjang ke Cibunar dapat dilakukan secara bertahap. Waktu tempuhnya tergantung cepat lambatnya perjalanan. Jika dilakukan kontinyu, tanpa bermalam, penelusur dapat menjangkaunya dalam sehari penuh, dari pagi hingga sore jelang malam. Cara ini sangat menyita stamina dan seakan lintasan pantai menawan ini berubah menjadi pantai penyiksaan. Keuntungannya, waktu perjalanan bias dipangkas lebih singkat. 

Bila ditelusuri selama dua-tiga hari sebagai alternatif kedua, memang lebih santai. Namun konsekuensinya, waktu perjalanan molor dan otomatis perbekalan logistik yang harus dibawa jadi lebih banyak. 

Karang Ranjang merupakan daerah pantai Selatan. Dinamakan demikian karena banyak terdapat hamparan batu karang berukuran lebar berbentuk seperti ranjang atau tempat tidur. Potensi wisata alamnya antara lain aneka terumbu karang dan formasi gelombang besar serta bentangan pasir putih keemasan sebagai arena penelusuran penyu. 

Tepian pantainya dipagari beragam vegetasi hutan pantai, terutama jenis pandan laut. Di lokasi ini sering dijumpai biawak dan berbagai jenis burung laut seperti Elang Bido dan burung Raja Udang. 

Karang Ranjang dapat dijangkau dari Tamanjaya terlebih dulu. Tamanjaya merupakan pintu gerbang utama Ke TNUK. Di sini terdapat kantor dan pusat informasi serta fasilitas pengunjung seperti wisma tamu dan lainnya. 

Ada peraturan tak tertulis yang harus diketahui penelusur bila ingin memasuki hutan di kawasan semenanjung ini, yakni jangan berpakaian warna hijau dan jangan makan sambil jalan. 

Perjalanan dari Taman Jaya menyusuri tepi pantai, menyeberangi Sungai Cilintang dan sesekali menyelinap hutan bakau. Lalu membelok ke arah Selatan menembus Semenanjung Ujung Kulon. Jalur treking ini akan bertemu dengan jalur setapak dari arah Kalajetan, kemudian menjadi sejalur ke arah Barat sampai ke pos Karang Ranjang. 

Setibanya di di Karang Ranjang, kita bakal disuguhi senja fantastik. Nikmati saja sambil meluruskan kaki di pasir putihnya. Malam harinya, telinga kita pun dimanjakan dengan nyanyian alam berupa deburan ombak yang terdengar jelas sampai ke peraduan. 

Esok paginya bergerak menuju Cibandawoh yang berjarak enam kilometer dari pos Karang Ranjang. Cibandawoh memilki potensi wisata berupa bentangan pantai landai berpasir putih lengkap dengan kicauan berbagai burung laut. 

Menembus Tanjung 
 
Ada dua pilihan mencapai Cibandawoh yakni melalui jalan setapak hutan atau menyelusuri pantai sepanjang 1.5 Km hingga Pamancatan. 

Lokasi Pamancatan ditandai batu karang besar sebagai tanda memasuki hutan. Akhirnya rute ini bertemu dengan jalur hutan, kemudian jadi searah menembus Tanjung Telereng. Sepanjang jalan menuju tanjung ini, kadang terlihat burung merak, babi hutan, dan kancil. Batas akhir Tanjung Telereng ditandai dengan sebuah legon, yaitu Legon Pengukusan. 

Menurut legenda, pada zaman dulu legon ini merupakan pintu gerbang Kerajaan Harimau. Dari sini perjalanan ke shelter Cibandawoh tinggal 2,5 Km. Kalau ingin cepat sampai, sebaiknya jangan lama-lama beristirahat di sini. Karena perjalanan masih sangat panjang. 

Perjalanan ke Cikeusik Luhur merupakan tahap berikutnya. Satu-satunya jalan mencapai lokasi tersebut adalah menelusuri medan pantai ke arah Barat sepanjang sekitar 12 Km dari Cibandawoh. 

Cikeusik Luhur sendiri mempunyai objek alam yang unik, berupa kuala yang membentang lebar akibat aliran sungai terhalang hamparan pasir lunak. Di sini, kita bisa berteduh sejenak di bawah rindangnya hutan pantai yang melatarbelakangi pantainya sambil menyaksikan burung-burung pemakan ikan yang kerap mendatangi kuala. 

Tahap berikutnya masih harus ditempuh dengan cara yang sama, yakni menelusuri pantai pasir putih ke arah Barat melewati Cikeusik Barat dan Citadahan menuju Cibunar. 

Lokasi yang berjarak sekitar delapan kilometer dari Cikeusik Luhur ini merupakan pos persimpangan menuju Pulau Peucang dan Sanghyang Sirah. Medan pantai dari Cibandawoh sampai Cibunar inilah yang dijuluki pantai penyiksaan yang sesungguhnya oleh para penelusur, karena tak ada alternatif jalan lain.

Sebelum memasuki kawasan Cibunar, kita disuguhi sebuah gejala alam yang unik berupa endapan batu karang berhias hempasan riak. Formasi batunya berundak seperti tangga sepanjang 500 meter. 

Sedangkan di atasnya menghampar padang rumput pengembalaan alami, tempat sejumlah benteng liar merumput. Jika ingin cepat sampai sampai pos Cibunar yang jaraknya tinggal satu kilometer lagi, sebaiknya mengambil arah lewat padang pengembalaan tersebut. 

Pos Cibunar berada di seberang sungai berkolam alami yang asyik digunakan untuk mandi dan berenang. Di sini pesona matahari terbenam terlihat eksotik. 

Pos ini merupakan titik terakhir penelusuran pantai wilayah Selatan Semenanjung Ujung Kulon, sekaligus tempat untuk melampiaskan jerih payah usai menempuh perjalanan panjang. Biasanya pengunjung bermalam di sini. 

Keesokan paginya beranjak ke Gunung Payung, Sanghyang Sirah lalu ke Tanjung Layar baru berakhir ke Pulau Peucang atau langsung ke Cidaun lalu menyeberang selat ke Pulau Peucang. Tapi ada juga yang kembali ke Pos Karang Ranjang lewat rute semula. 

Pilihan terakhir bikin malas, sementara kalau ke Gunung Payung butuh dua hari lagi untuk sampai ke Pulau Peucang. Pilihan terdekat langsung ke Cidaun. Tapi buat yang senang menjelajah dan waktunya cukup, pastinya akan melanjutkan perjalanan ke Sanghyang Sirah meskipun harus mendaki Gunung Payung terlebih dulu. 

Naskah: Adji TravelPlus (Jaberio Petrozoa) @adjitropis 
Foto: Adji & Dok.  TAPAL Memori Ujung Kulon (MUK'92)

Captions:
1. Menyusuri pantai dari Karang Ranjang sampai Cibunar.
2. Patung replika Badak Jawa di kantor Pos Balai TNUK, Banten.

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP