Serunya Makan Bajamba di Thetare Jakarta
Ratusan orang menikmati Makan Bajamba di lantai dasar gedung Theatre Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu malam (31/10/2012) lalu. Salah satu di antaranya Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar. Suasananya terlihat begitu seru. Ketika Sapta ditanya bagaimana rasanya Makan Bajamba di gedung ini, jawabnya singkat. “Hhmmmm.., enak dan beda”.
Meski bukan orang Minang, Sapta merasa tak asing dengan Makan Bajamba atau disebut juga Makan Barapak yang menjadi salah satu gaya bersantap khas masyarakat Minang khususnya orang Sawahlunto ini dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.
Tradisi ini umumnya dilangsungkan di hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya.
Makan Bajamba secara harfiah bermakna sangat dalam, yakni menumbuhkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.
Sudah beberapa kali Sapta menikmati Makan Bajamba di Ranah Minang sewaktu penyelenggaran Tour de Singkarak (TdS) bersama para atlit balap sepeda mancanegara dan nasional beserta tamu undangan di dalam Rumah Gadang.
Namun yang berbeda kali ini tempatnya saja. Bukan di Sawahlunto atau daerah lain di Sumbar, melainkan di Jakarta tepatnya di dalam sebuah venue pertunjukan teater.
Adalah Pemkot Sawahlunto yang dipimpin walikota Amran Nur yang berinisiatif menggelar Makan Bajamba ini sebagai salah satu dari rangkaian acara bertajuk Sawalunto Kreatif yang digelar selama dua hari di Theater Jakarta.
Malam itu, Sapta tidak sendiri. Dia duduk bersila didampingi Gubernur Sumbar Irwan Priyatno, Walikota Sawahlunto Amran Nur, pengusaha nasional Sofyan Wanandi yang kelahiran Sawahlunto dan beberapa orang lainnya.
Semua duduk melingkar dalam satu kelompok yang di dalamnya tersedia beberapa nampan atau dulang berisi nasi dan sejumlah lauk-pauk yang ditutupi kain.
Semula yang akan hadir di acara ini adalah Menparekraf Mari Elka Pangestu. Namun karena dia mengikuti kunjungan SBY ke London, Inggris, akhirnya Sapta yang menggantikannya.
Dihadapan Sapta ada sebuah bajamba atau nampan besar yang berisi beberapa mangkuk dan piring yang masing-masing memuat aneka lauk pauk dan nasi putih dalam bakul plastik.
Lauknya adalah makanan khas Sawahtunto dan makanan Minang lainnya yang sebagian besar bersantan seperti dendeng batokok, sayur anyang dari daun pepaya, rendang jengkol, opor ayam, ayam goreng cabe, ikan bilih dari Danau Singkarak, dan rendang daging. Selain itu ada buah pisang dan salak serta air mineral.
Tak jauh dari kelompok Sapta duduk, ada Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Budaya Wiendhu Nuryanti yang duduk bersama dengan para ibu undangan lainnya.
Sebelum bersantap, acara Makam Bajamba dimulai dengan parade membawa dulang berisi makanan dan lauk dari luar gedung theater ke dalam gedung yang dibawakan oleh kaum perempuan yang mengenakan pakaian tradisional Minang.
Di belakang rombongan pembawa dulang Bajamba, ada para rombongan pria pemain musik tradisional seperti suling dan gendang.
Setibanya di dalam gedung, dua orang pria Minang yang berpakaian tradisional berwana serba hitam secara bergantian menjelaskan Makan Bajamba dalam Bahasa Minang disusul dengan pantun. Biasanya di Ranah Minang, acara juga diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sawahlunto Medi Iswandi sebanyak 200 orang yang diundang khusus untuk acara Makan Bajamba ini. Mulai dari perwakilan pemerintah seperti dari Kemenparekraf dan Kemendikbud, Kadin, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Dekranasda, Asosiasi Perancang Mode Indonesia, Asosiasi Pertekstilan Indonesia, PT Bukit Asam, PT Semen Padang, dan tokoh masyarakat minang serta Sahabat Sawahlunto.
Sebanyak 65 nampan atau dulang disediakan panitia untuk disuguhkan kepada para undangan malam itu. “Satu nampan untuk 4 orang. Kalau mereka sudah selesai nanti nampan diisi lagi dengan piring-piring baru dengan lauk-pauk yang baru, buat tamu-tamu lain yang baru secara bergantian,” jelasnya.
Salah seorang tamu warga Jakarta asal Solok mengatakan di kampungnya di Solok ada juga Makan Bajamba. Bedanya semua lauk dan nasi langsung ditaruh di nampan, lalu disantap bersama pakai tangan tidak pakai sendok dan garpu. “Kalau di acar ini, lauk-pauknya masing-masing ditempatkan di piring dan mangkuk. Dsediakan juga garpu dansendok. Mungkin disesuaikan dengan Jakarta,” jelasnya.
Melihat begitu antusiasnya tamu yang mengikuti Makan Bajamba, Medi berharap acara ini dapat digelar setiap tahun. “Tempatnya tetap di luar Sawahlunto, terutama di Jawa. Bisa di Bandung atau Jakarta lagi. Nanti kita pastikan lagi. Yang jelas respon malam ini luar biasa,” terangnya.
Mengenai tempat, Makan Bajamba ini sebenarnya juga bisa digelar di mall agar lebih menggaung. “Tapi buat sendra tari perlu venue khusus yang masih dalam mall, biar tidak berjauhan, “ jelas Medi lagi.
Makan Bajamba yang dimulai pukul 7 malam itu berakhir sampai dengan pukul 8 malam lebih. Setelah itu para tamu undangan, dipersilakan memasuki ruang pertunjukan teater untuk menikmati pementasan sendra tari Restorasi Songket Silungkang karya koreografer Hartati.
Medi menjelaskann buat undangan yang belum sempat menikmati Makan Bajamba, tidak perlu khawatir. Soalnya Pemkot Walikota Sawahlunto akan menggelar Makan Bajamba lagi tanggal 1 Desember nanti, tepatnya di Pasar Remaja, Sawahlunto.
“Itu acara tahunan. Sekitar 20ribu orang dapat ikut Makan Bajamba di jalanan sepanjang 1 Kilometer. Pemkot Sawahlunto hanya menyediakan tenda, sementara masyarakat Sawalunto menyediakan masakannya,” jelas Medi.
Apa yang dilakukan Pemkot Sawahlunto memperkenalkan salah satu tradisi budayanya di Jakarta ini patut diacungi jempol. Cara ini jelas makin mendekatkan Sawalunto dan segala isinya kepada masyarakat Jakarta yang heterogen.
Upaya ini tentu bertujuan agar orang Jakarta dan sekitarnya tertarik datang ke Sawahlunto untuk menikmati Makan Bajamba secara langsung, sekalian menikmati obyek-obyek wisatanya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar