Dua Kereta Kencana Primadona Kirab Seni Keraton Nusantara 2012
Dua kereta kuno dari dua kerajaan yang ada di Cirebon, Jawa Barat yakni Kereta Singo Barong, dari Kesultanan Kasepuhan Cirebon dan Kereta Paksi Naga Liman dari Kasultanan Kanoman Cirebon boleh dibilang menjadi primadon Kirab Seni Keraton Nusantara (KSKN) 2012 yang berlangsung di pelataran Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, (4/11/2012). Kehadiran keduanya memikat ratusan penonton.
Kereta Singo Barong dibuat tahun 1549 oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu.atas prakarsa Raja Cirebon Panembahan Ratu Pakungwati I yang berkuasa pada era 1526-1649.
Bentuknya berupa perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu yakni gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah bermakna persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Budha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
Ini membuktikan Keraton Kasepuhan yang didirikan oleh Sunan Gunungjati yang merupakan kerajaan Islam sudah terbuka, bergaul, dan bersahabat dengan bangsa-bangsa lain tanpa membedakan perbedaan baik suku, ras, atau agama.
Pahatan ukiran di kereta ini juga mencirikan budaya khas tiga negara sahabat tersebut. Pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina.
Tiga budaya yakni Buddha, Hindu, dan Islam itu menjadi satu digambarkan prinsip trisula dalam belalai gajah. Tri berarti tiga, dan sula berarti tajam. Artinya, tiga kekuatan alam pikiran manusia yang tajam yaitu cipta, rasa, dan karsa.
Ketika kereta ini berjalan, binatang bertubuh burak, berkepala gajah, dan bermahkota naga itu tampak seperti terbang. Ini dikarenakan kereta ini memakai teknologi suspensi yang dapat menggoyang-goyangkan badan kereta ke depan dan ke belakang yang membuat sayap kereta bergerak-gerak seperti terbang saat melaju.
Kereta ini dulu digunakan oleh raja mulai dari Panembahan Ratu Pakungwati I untuk kirab keliling Kota Cirebon tiap tanggal 1 Syura atau 1 Muharram dengan ditarik empat kerbau bule.
Namun mulai tahun 1942, tak digunakan lagi untuk kirab mengingat kondisinya sudah terlalu uzur. Kereta ini lalu disimpan di Museum Kereta yang terletak di samping bangunan Taman Dewandaru Keraton Kasepuhan Cirebon. Sejak itu kereta ini benar-benar tidak diperbolehkan lagi keluar untuk acara apa pun. Tapi tetap dibersihkan setiap bulan Syura atau Muharam. Bahkan, ketika dilakukan pameran antarkeraton se-Indonesia di Cirebon beberapa tahun lalu, yang dipamerkan adalah kereta tiruan yang mirip aslinya. Begitu juga saat mengikuti pawai KSKN 2012 ini.
Kereta ini tidak menggunakan kuda melainkan didorong oleh tujuh orang prajurit kerajaan dengan memakai pakaian hitam. Anak raja yang asih berusia belasan tahun berpakaian serba putih duduk di dalam kereta itu. Di depannya pendampingnya yang berpakaian hijau. Sementara di belakangnya masih di atas kereta itu, berdiri seorang penjaga sambil memegang paying kerajaan.
Kendati hujan mulai berguyur, pengunjung TMII dan undangan yang menonton kirab ini tetap antusias mengabadikan kereta tersebut, termasuk sejumlah juru foto dan kamerawan dari berbagai media yang meliput.
Duplikat Kereta Asli
Kereta satu lagi yang juga menarik perhatian ratusan orang penonton siang itu adalah Kereta Kencana Paksi Naga Liman milik Keraton Kanoman, Cirebon.
Kereta ini diperkirakan dibuat tahun 1608 berdasarkan angka Jawa 1530 pada leher badan kereta yang merupakan angka tahun Saka.
Dulu, kereta ini digunakan raja Keraton Kanoman untuk menghadiri upacara kebesaran dan juga untuk kirab pengantin keluarga Sultan Kanoman. Namun sejak tahun 1930, kereta ini tidak digunakan lagi lalu disimpan di Museum Keraton Kanoman.
Yang sering digunakan untuk perayaan-perayaan termasuk pada KSKN tahun ini merupakan kereta duplikatya. Badan kereta terbagi dua bagian, yakni bagian atas dari kayu sebagai tempat duduk penumpang dan bagian bawah dari besi berupa rangkaian empat roda kereta.
Bagian atas kereta merupakan perpaduan tiga hewan sesuai namanya, yakni burung garuda (paksi), ular naga (naga), dan gajah (liman), yang bermakna kekuatan udara, laut, dan darat.
Tempat duduk penumpang berwujud badan gajah yang kakinya dilipat, berekor naga, bersayap garuda, dan berkepala perpaduan antara naga dan gajah. Di bagian kepala, wajah gajah berbelalai mencuat ke atas memegang trisula dan tombak.
Kereta berukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 2,6 meter ini biasanya ditarik oleh enam ekor kuda. Tapi pada acara KSKN 2012 di TMII ini didorong 7 orang prajurit yang mengenakan pakaian putih dan celana batik.
Di atas kereta duduk Gusti Patih Pangeran Raja Mochamad Qadiran yang mengenakan pakaian putih. Di didampingi prajurit pembawa duaja yakni bendera Kesultanan Kanoman dan bendera macan Ali sebagai lambang bendera negara Cirebon. Di depannya duduk seorang penjaga dan di belakangnya seorang penjaga yang memegang payung utuk memayungi sang pangeran.
Kedua kereta ini sebelumnya juga dipamerkan dalam Pameran Benda Budaya Warisan Keraton Nusantara (Nusantara Heritage Kingdom) di Museum Indonesia, bersama sejumlah benda bersejarah warisan keraton-keraton Nusantara lainnya seperti Alqur’an Tua dari Abad ke-13 asal Ternate, Gelang Besar Emas tanda kebesaran Sultan Sungai Pagu dari Kerajaan Jambu Lipo, dan keris-keris bertuah.
Selain dua kerajaan dari Cirebon, masih ada sejumlah keraton lain yang ikut berpawai antara lain Kesultanan Jambu Lipo dari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, Kesultanan Negeri Serdang dari Kabupaten Serdang Bedagai (Sumatera Utara), Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Jogja), Keraton Puri Denpasar (Bali), Kesultanan Sumbawa (NTB), dan Kerajaan Kaimana (Papua Barat).
Baik KSKN maupuan pameran merupakan bagian dari acara Gelar Cipta Seni Keraton 2012 yang digelar Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerjasama dengan TMII, dan Yayasan Raja Sultan Nusantara (Yarasutra) selama dua hari, Sabtu-Minggu (3-4/11/2012) di TMII.
Menurut Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Kemendikbud Sulistyo Tirtokusumo acara ini bertujuan melestarikan seni-seni keraton untuk mendorong kreativitas cipta seni keraton di seluruh Nusantara.
“Kami mendukung dan memfasilitasi kegiatan ini agar peran keraton dalam mendorong pelestarian nilai-nilai seni budaya lebih optimal. Sekaligus agar dapat dinikmati masyarakat luas untuk menumbuhkan kebanggaan, rasa nasionalisme, dan penghargaan atas nilai sejarah perjalanan bangsa kita,” jelasnya.
Sejumlah raja menyaksikan pawai KSKN 2012 ini antara lain Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dari Kesultanan Palembang Darussalam), Daulat Raja Agung Panuturi Hasadaon dari Istana Hasadaon Tapanuli Selatan, PRA. Arief Natadiningrat dari Keraton Kasepuhan Cirebon, Kesultanan Banten, dan empat utusan Kerajaan Kalimantan Barat serta dua utusan dari Sumatera Barat.
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin menilai acara ini selain dapat mempererat persaudaraan antar peserta juga sekaligus memperkenalkan kekhasan masing-masing keraton kepada masyarakat. “Acara ini dapat lebih mendekatkan masyarakat awam kepada keraton,” ujarnya.
Sebelum keraton-keraton berparade, terlebih dulu rombongan peserta perwakilan dari sejumlah provinsi yang berpawai dengan tajuk Karnaval Wira Budaya atau Karnaval Keprajuritan Nusantara. Provinsi yang berpartisipasi antara lain dari Jakarta, Papua Barat, Aceh, Gorontalo, Jawa Timur, Lampung, Jawa Barat, Kalsel, Bali, NTB, dan Jawa Tengah.
Acara Gelar Cipta Seni Keraton 2012 ditutup dengan Sarasehan Revitalisasi Sejarah dan Keraton Nusantara yang berlangsung di hall Desa Wisata, TMII yang dihadiri sejumlah sultan dan raja serta sejarawan.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar