Manusia Saling Ribut, Komodo Asyik Bercinta Lalu Bertelur
Di tengah deru polemik keikutsertaan Indonesia yang diwakili Taman Nasional Komodo (TNK) dalam ajang pemilihan Tujuh Keajaiban Dunia versi Yayasan New7Wonders (N7W), Komodo tetap adem-anyem saja. Di habitatnya di Pulau Komodo, Rinca dan beberapa pulau di kawasan TNK, Florest Barat, Nusa Tenggara Timur, kadal purba raksasa ini justru asyik bercinta lalu bertelur.
Salah seorang peneliti khusus komodo di Pulau Komodo menjelaskan komodo saat ini tengah bertelur setelah sebelumnya melakukan ritual musim kawan sejak Juli hingga September.
Sewaktu kawin,kerap terjadi perebutan betina oleh para jantan. Pasalnya jumlah jantan dan betina 4 berbanding 1. Dalam perkelahian antarjantan itu bukan saja mengakibatkan luka tapi juga sampai tewas.
Kalau datang saat musim kawain Komodo jantan sulit ditemukan karena sibuk mengejar betina. Usai kawin, sang betina akan bertelur lalu menyimpannya di lubang. Betina bertelur 20-50 butir dan menjaganya selama 7 bulan.
Bentuk telurnya oval, berwarna putih dengan panjang 9 cm, lebar 6 cm dan beratnya 105 gram. Setelah menetas, panjang rata-rata 18 inci atau 45 cm. Yang dewasa sekitar 2 meter, pernah juga dijumpai komodo sepanjang lebih dari 3 meter.
Saat ini sudah banyak terlur komodo yang menetaskan bayi-bayi komodo baru. Kulit bayi komodo berwarna kekuningan. Umur 10 bulan coklat muda. Usia 20 bulan ke atas berubah menjadi agak hitam, lalu coklat gelap setelah dewasa.
Sewaktu masih kanak-kanal, komodo pandai memanjat pohon untuk mencari makan, sekaligus menghindar dari ancaman komodo dewasa. Santapan kegemarannya aneka serangga, cecak dan tokek. Setelah dewasa, dia lebih suka memangsa rusa, babi hutan, kerbau,dan telur burung Gosong. Komodo dewasa tak bisa lagi memanjat pohon lantaran keberatan badan.
Selain suka memangsa hewan lain termasuk manusia, komodo dewasa juga suka menyantap anaknya (kanibal). Areal perburuan komodo dewasa di lokasi yang sering dilalui hewan dan manusia. Komodo menyukai semak dataran rendah, berbatasan dengan savana. Terkadang ada di dataran tinggi sekitar 400-600 meter dpl.
Komodo yang biasa disapa Ora oleh penduduk setempat juga pandai berenang layaknya seekor buaya terutama jika melihat bangkai ikan besar yang mengapung di perairan. Karena keahliannya itu, penduduk setempat pun menjulukinya buaya darat.
Kendati bukan penyerang yang ganas, namun predator yang dilindungi undang-undang ini tetap berbahaya. Terutama komodo yang jarang berhubungan dengan manusia atau tidak pernah mendapat umpan (feeding) dari manusia. Di habitanya, dia menjadi raja. Lengah sedikit, Anda bisa jadi mangsanya.
Polemik yang kini menghangat justru membuat nama Komodo tersiar ke mancanegara. Akibatnya banyak turis asing yang penasaran, lalu berkunjung ke TNK.
Bagi Komodo, menang atau tidak menjadi 7 Keajaiban dunia versi Yayasan N7W yang dituding sejumlah pihak sebagai yayasan palsu itu, bukanlah sesuatu yang penting. Begitupun soal semakin banyaknya kunjungan wisman pascapolemik ini.
Baginya, hidup tenang dengan persediaan bahan makanan yang cukup, tanpa diusik kehadiran manusia dalam jumlah besar,itu lebih dari cukup. Jadi biarkan saja biawak raksasa yang disebut dragon oleh orang bule ini terus bercinta lalu bertelur di habitatnya seperti saat ini.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar