Jero Wacik: Jangan Judes Jadi Pemimpin
Ada banyak penilaian dalam memilih pejabat Eselon I di Kemenbudpar yang dipegang Menbudpar Jero Wacik, salah satunya jangan judes. Apa lagi kriterianya?
Pemilihan pejabat eselon I tentunya orang yang eksfentensinya tinggi, dalam artian disenangi, diterima oleh banyak orang, dan tidak judes. “Susah bekerja dengan orang judes. Tapi jangan banyak tertawa, ya wajar-wajar saja,” jelasnya saat memberi pengarahan ada acara pelantikan eselon I di lingkungan Kemenbudpar, di Jakarta, Rabu (15/6/2011).
Pejabat eselon I harus mampu mengkreasi gagasan, selain gagasan dari menteri dan presiden. Gagasannya itu dapat mempercepat pencapaian tujuan. “Saya cukup puas dengan kinerja eselon 1 dan 2 sampai saat ini. Pola kerjanya sudah baik, angka-angka menunjukkan baik. Tapi sebenarnya masih banyak ruang untuk berprestasi lebih baik lagi,” singgungnya.
Dalam memilih pejabat eselon I, lanjut Jero Wacik bukan karena penilaian like or dislike tapi dia meniru Presiden SBY dalam memilih menterinya yang selalu didasarkan atas integritas dan loyalitas. “Kalau ada orang yang tidak loyal kepada misi dan visi serta pimpinan, itu tidak layak,” tegasnya.
Contohnya kalau ada arahan kepada esleon 1, 2, 3 dalam Rapim dan disepakati, ternyata ada yang melawan, itulah orang yang tidak royal. “Kalau berbeda pendapat, sampaikan untuk dibahas bersama. Kalau itu lebih baik kita ambil. Jangan diam-diam membuat program sendiri tanpa sepengetahuan saya,” ungkapnya.
Etos kerjanya baik dan positif thingking. “Kalau ada orang yang negatif thingking, jangan diberi tempat karena merongrong kebijakan,” tambahnya.
Kapabilitas atau kemampuan juga menjadi kriteria penilaian. Kapablitas dapat dilihat dari pendidikannya. “Saya lihat orang-orang di Kemenbudpar rajin sekolah, ada yang sampai 2 sampai 3 gelar, tapi itu saja belum cukup,” tegasnya.
Pengalaman, melengkapi kapabilitas. Bagaimana bergaul dengan orang lain dan public speaking yang benar dengan pers. “Pers sangat penting karena mereka yang menyampaikan kegiatan dan kebijakan kita. Jangan menghindari pers, kalau perlu ajak duduk bersama pers lalu dijelaskan yang rinci agar mereka tidak salah menangkap pesan kita,” imbaunya.
Usia juga menjadi pertimbangan. Usia yang terlalu tua misalnya di atas 50 tahun, bisa plus karena matang, atau minus sudah ketuaan. “Eselon 2, 3, 4 begadang lebih kencang karena kerjanya pelaksanaan. Kalau eselon I menengok kerja bawahannya ke lapangan. Tapi tidak perlu inap,” sarannya.
Pejabat eselon I harus canggih mengelola komunikasi di era canggih. “Dengarkan aspirasi rakyat. Bila ada aspirasi bersifat pendek tetap didengarkan tapi tidak perlu dikerjakan. Perlu kecanggihan dalam memberi arahan dan penjelasan,” terangnya.
Pejabat eselon I, tambah Jero Wacik harus berani mengambil keputusan. “Setiap keputusan itu pasti dilema. Jangan berhenti karena kritik. Tapi tidak boleh berhenti mendengarkan kritik,” imbaunya.
Usai memberi pengarahan, Jero Wacik melantik tiga pejabat eselon I Kemenbudpar yang baru berdasarkan petikan Kepres RI No.109/M tahun 2011 yakni Drs. Ukus Kuswara, M.M sebagai Direktur jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film (Dirjen NBSF), lalu Drs. I Gusti Putu Laksaguna, C.H.A.,M.Sc. sebagai Inspektorat Jenderal (Irjen), dan Drs. Junus Satrio Atmodjo, M.Hum., sebagai staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenbudpar.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Akbar-Pusformasbudpar
Pemilihan pejabat eselon I tentunya orang yang eksfentensinya tinggi, dalam artian disenangi, diterima oleh banyak orang, dan tidak judes. “Susah bekerja dengan orang judes. Tapi jangan banyak tertawa, ya wajar-wajar saja,” jelasnya saat memberi pengarahan ada acara pelantikan eselon I di lingkungan Kemenbudpar, di Jakarta, Rabu (15/6/2011).
Pejabat eselon I harus mampu mengkreasi gagasan, selain gagasan dari menteri dan presiden. Gagasannya itu dapat mempercepat pencapaian tujuan. “Saya cukup puas dengan kinerja eselon 1 dan 2 sampai saat ini. Pola kerjanya sudah baik, angka-angka menunjukkan baik. Tapi sebenarnya masih banyak ruang untuk berprestasi lebih baik lagi,” singgungnya.
Dalam memilih pejabat eselon I, lanjut Jero Wacik bukan karena penilaian like or dislike tapi dia meniru Presiden SBY dalam memilih menterinya yang selalu didasarkan atas integritas dan loyalitas. “Kalau ada orang yang tidak loyal kepada misi dan visi serta pimpinan, itu tidak layak,” tegasnya.
Contohnya kalau ada arahan kepada esleon 1, 2, 3 dalam Rapim dan disepakati, ternyata ada yang melawan, itulah orang yang tidak royal. “Kalau berbeda pendapat, sampaikan untuk dibahas bersama. Kalau itu lebih baik kita ambil. Jangan diam-diam membuat program sendiri tanpa sepengetahuan saya,” ungkapnya.
Etos kerjanya baik dan positif thingking. “Kalau ada orang yang negatif thingking, jangan diberi tempat karena merongrong kebijakan,” tambahnya.
Kapabilitas atau kemampuan juga menjadi kriteria penilaian. Kapablitas dapat dilihat dari pendidikannya. “Saya lihat orang-orang di Kemenbudpar rajin sekolah, ada yang sampai 2 sampai 3 gelar, tapi itu saja belum cukup,” tegasnya.
Pengalaman, melengkapi kapabilitas. Bagaimana bergaul dengan orang lain dan public speaking yang benar dengan pers. “Pers sangat penting karena mereka yang menyampaikan kegiatan dan kebijakan kita. Jangan menghindari pers, kalau perlu ajak duduk bersama pers lalu dijelaskan yang rinci agar mereka tidak salah menangkap pesan kita,” imbaunya.
Usia juga menjadi pertimbangan. Usia yang terlalu tua misalnya di atas 50 tahun, bisa plus karena matang, atau minus sudah ketuaan. “Eselon 2, 3, 4 begadang lebih kencang karena kerjanya pelaksanaan. Kalau eselon I menengok kerja bawahannya ke lapangan. Tapi tidak perlu inap,” sarannya.
Pejabat eselon I harus canggih mengelola komunikasi di era canggih. “Dengarkan aspirasi rakyat. Bila ada aspirasi bersifat pendek tetap didengarkan tapi tidak perlu dikerjakan. Perlu kecanggihan dalam memberi arahan dan penjelasan,” terangnya.
Pejabat eselon I, tambah Jero Wacik harus berani mengambil keputusan. “Setiap keputusan itu pasti dilema. Jangan berhenti karena kritik. Tapi tidak boleh berhenti mendengarkan kritik,” imbaunya.
Usai memberi pengarahan, Jero Wacik melantik tiga pejabat eselon I Kemenbudpar yang baru berdasarkan petikan Kepres RI No.109/M tahun 2011 yakni Drs. Ukus Kuswara, M.M sebagai Direktur jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film (Dirjen NBSF), lalu Drs. I Gusti Putu Laksaguna, C.H.A.,M.Sc. sebagai Inspektorat Jenderal (Irjen), dan Drs. Junus Satrio Atmodjo, M.Hum., sebagai staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenbudpar.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Akbar-Pusformasbudpar
0 komentar:
Posting Komentar