Bir Pletok Minuman Primadona Pekan Raya Jakarta
Haus usai memborong aneka barang di Pekan Raya Jakarta (PRJ)? Mampir saja ke stan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) yang turun meramaikan acara tahunan di Jakarta ini. Pesan segelas bir pletok dan minumlah. Dijamin dahaga Anda hilang oleh minuman sehat dan segar beraroma jahe ini. Ada apa lagi di sana?
Meski namanya sama-sama bir, minuman bir pletok tidak beralkohol sama sekali alias tidak memabukkan. “Bir pletok asli minuman untuk kesehatan,” kata Iwan penjual bir pletok di stan tersebut.
Disebut minuman kesehatan karena terbuat dari bahan-bahan alami. “Bahannya dari bermacam tanaman berkhasiat seperti jahe, sere, kapulaga, pemanis gula pasir putih, kayu manis, dan biji pala serta pewarna alami dari secang berwarna kemerahan,” terangnya.
Pembuatan bir pletok, lanjut Iwan dulunya terinspirasi dari minumanl bir yang kerap diminum orang-orang Belanda semasa menetap di Batavia. “Orang-orang Belande minum bir untuk menghangatkan badannya. Bir yang mereka minum itu memabukkan karena mengandung alkohol,” paparnya.
Nah orang Betawi, tambah Iwan, saat itu ingin merasakan juga seperti apa minum bir yang tidak memabukkan namun menghangatkan badan. “Karena masyarakat Betawi muslim taat yang mengharamkam meminum minuman yang memabukkan atau mengandung alkohol, maka dibuatlah minuman bir pletok,” ungkapnya.
Segelas bir pletok di PRJ cuma Rp 10.000. Kalau ingin membawa pulang untuk oleh-oleh beli saja yang botolan, harganya Rp 25.000 per botol.
Minum bir pletok pas untuk mengilangkan haus usai berbelanja, atau sambil berkeliling. Memang di tempat lain mungkin ada juga yang menjual, tapi kalau beli dan minumnya di PRJ terasa atmosfirnya beda. Pengunjung tinggal pilih mau yang hangat atau dingin. Segelas bir pletok yang dingin ditambah bongkahan kecil batu es, hmmm.. rasaya segar-segar hangat.
Selain bir pletok yang menjadi minuman primadona PRJ tiap tahun, masih banyak lagi yang dapat dibeli pengunjung terutama yang bernuansa budaya Betawi di stan LKB. Ada beragam souvenir khas Betawi seperti gantungan kunci, pensil dengan hiasan ondel-ondel, dan kipas Betawi seharga Rp 15.000, boneka abang none (abnon), miniatur pakaian pengantin adat pernikahan Betawi, dan buku-buku budaya Betawi Jakarta tempo doeloe.
Nah, kalau minumnya sudah bir pletok, panganannya juga harus spesial makanan Betawi yang menjadi ikon penganan di PRJ yakni kerak telor. Tak sulit mencarinya, soalnya di PRJ ada puluhan pedagang kerak telor yang menjual makanan dari beras ketan dan telor ini selama PRJ berlangsung. Uniknya tidak semua pedagangnya orang asli Betawi yang benar-benar pedagang kerak telor. Beberapa di antaranya orang Sunda yang sebenarnya pedagang lontong sayur dan lainnya.
Mereka mengaku sementara waktu beralih menjadi pedagang kerak telor musiman karena omsetnya lumayan.
Nah, kalau Anda ingin menikmati bir pletok dan kerak telor yang menjadi minuman dan panaganan khas PRJ, datang saja ke arena PRJ, di Kemayoran, Jakarta Pusat yang berlangsung sebulan sejak 9 Juni hingga 10 Juli 2011. Pameran ini buka sejak pukul 10 pagi sampai dengan 11 malam. Tiket masuknya Rp 20.000 per orang.
Memburu Diskon
Pesona PRJ belum habis. Kendati tiap tahun digelar, animo masyarakat yang berkunjung tetap tinggi. Salah satu daya pikatnya, selain suguhan hiburan berupa live music penyanyi dan band ternama juga diskon sejumlah barangnya. Maklum para pedagang menjadikan PRJ menjadi arena perang diskon untuk menjaring pembeli.
Memburu diskon, itulah alasan utama ribuan warga jakarta dan sekitarnya datang ke PRJ tahun ini. Diskon atau potongan harga sejumlah barang di PRJ mencapai 80 % dari harga biasa. Barang yang berdiskon bermacam, terutama perlengkapan masak, perabot rumah tangga, elektronik, pakaian, sepatu, dan lainnya.
Perlengkapan sekolah seperti buku, tas, dan pakaian seragam sekolah menjadi salah satu produk yang laris diborong ibu-ibu untuk keperluan sekolah tahun ajaran baru anak-anaknya.
PRJ bercikalbakal dari pasar malam yang membumi di masyarakat Betawi tempo doeloe pada awal masa tahun 1900-an. Ketika itu, pasar malam merupakan pesta rakyat yang menjajakan aneka barang dan panggung hiburan yang kemudian menjadi sebuah gaya hidup.
Tahun 1968 Jakarta Fair sebutan lain PRJ pertama kali dilaksanakan berdasar ide pasar malam tersebut. Selama bertahun-tahun, Taman Monas menjadi lokasi penyelenggaraan acara rutin tahunan yang akhirnya menjadi acara besar dalam menyambut ulang tahun Jakarta. Dan sejak beberapa tahun silam lokasi PRJ berpindah Jakarta International Expo (JI-Expo), Kemayoran, Jakarta Pusat.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Meski namanya sama-sama bir, minuman bir pletok tidak beralkohol sama sekali alias tidak memabukkan. “Bir pletok asli minuman untuk kesehatan,” kata Iwan penjual bir pletok di stan tersebut.
Disebut minuman kesehatan karena terbuat dari bahan-bahan alami. “Bahannya dari bermacam tanaman berkhasiat seperti jahe, sere, kapulaga, pemanis gula pasir putih, kayu manis, dan biji pala serta pewarna alami dari secang berwarna kemerahan,” terangnya.
Pembuatan bir pletok, lanjut Iwan dulunya terinspirasi dari minumanl bir yang kerap diminum orang-orang Belanda semasa menetap di Batavia. “Orang-orang Belande minum bir untuk menghangatkan badannya. Bir yang mereka minum itu memabukkan karena mengandung alkohol,” paparnya.
Nah orang Betawi, tambah Iwan, saat itu ingin merasakan juga seperti apa minum bir yang tidak memabukkan namun menghangatkan badan. “Karena masyarakat Betawi muslim taat yang mengharamkam meminum minuman yang memabukkan atau mengandung alkohol, maka dibuatlah minuman bir pletok,” ungkapnya.
Segelas bir pletok di PRJ cuma Rp 10.000. Kalau ingin membawa pulang untuk oleh-oleh beli saja yang botolan, harganya Rp 25.000 per botol.
Minum bir pletok pas untuk mengilangkan haus usai berbelanja, atau sambil berkeliling. Memang di tempat lain mungkin ada juga yang menjual, tapi kalau beli dan minumnya di PRJ terasa atmosfirnya beda. Pengunjung tinggal pilih mau yang hangat atau dingin. Segelas bir pletok yang dingin ditambah bongkahan kecil batu es, hmmm.. rasaya segar-segar hangat.
Selain bir pletok yang menjadi minuman primadona PRJ tiap tahun, masih banyak lagi yang dapat dibeli pengunjung terutama yang bernuansa budaya Betawi di stan LKB. Ada beragam souvenir khas Betawi seperti gantungan kunci, pensil dengan hiasan ondel-ondel, dan kipas Betawi seharga Rp 15.000, boneka abang none (abnon), miniatur pakaian pengantin adat pernikahan Betawi, dan buku-buku budaya Betawi Jakarta tempo doeloe.
Nah, kalau minumnya sudah bir pletok, panganannya juga harus spesial makanan Betawi yang menjadi ikon penganan di PRJ yakni kerak telor. Tak sulit mencarinya, soalnya di PRJ ada puluhan pedagang kerak telor yang menjual makanan dari beras ketan dan telor ini selama PRJ berlangsung. Uniknya tidak semua pedagangnya orang asli Betawi yang benar-benar pedagang kerak telor. Beberapa di antaranya orang Sunda yang sebenarnya pedagang lontong sayur dan lainnya.
Mereka mengaku sementara waktu beralih menjadi pedagang kerak telor musiman karena omsetnya lumayan.
Nah, kalau Anda ingin menikmati bir pletok dan kerak telor yang menjadi minuman dan panaganan khas PRJ, datang saja ke arena PRJ, di Kemayoran, Jakarta Pusat yang berlangsung sebulan sejak 9 Juni hingga 10 Juli 2011. Pameran ini buka sejak pukul 10 pagi sampai dengan 11 malam. Tiket masuknya Rp 20.000 per orang.
Memburu Diskon
Pesona PRJ belum habis. Kendati tiap tahun digelar, animo masyarakat yang berkunjung tetap tinggi. Salah satu daya pikatnya, selain suguhan hiburan berupa live music penyanyi dan band ternama juga diskon sejumlah barangnya. Maklum para pedagang menjadikan PRJ menjadi arena perang diskon untuk menjaring pembeli.
Memburu diskon, itulah alasan utama ribuan warga jakarta dan sekitarnya datang ke PRJ tahun ini. Diskon atau potongan harga sejumlah barang di PRJ mencapai 80 % dari harga biasa. Barang yang berdiskon bermacam, terutama perlengkapan masak, perabot rumah tangga, elektronik, pakaian, sepatu, dan lainnya.
Perlengkapan sekolah seperti buku, tas, dan pakaian seragam sekolah menjadi salah satu produk yang laris diborong ibu-ibu untuk keperluan sekolah tahun ajaran baru anak-anaknya.
PRJ bercikalbakal dari pasar malam yang membumi di masyarakat Betawi tempo doeloe pada awal masa tahun 1900-an. Ketika itu, pasar malam merupakan pesta rakyat yang menjajakan aneka barang dan panggung hiburan yang kemudian menjadi sebuah gaya hidup.
Tahun 1968 Jakarta Fair sebutan lain PRJ pertama kali dilaksanakan berdasar ide pasar malam tersebut. Selama bertahun-tahun, Taman Monas menjadi lokasi penyelenggaraan acara rutin tahunan yang akhirnya menjadi acara besar dalam menyambut ulang tahun Jakarta. Dan sejak beberapa tahun silam lokasi PRJ berpindah Jakarta International Expo (JI-Expo), Kemayoran, Jakarta Pusat.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar