Singapura Negara Tujuan “Wisatawan” Pelarian Indonesia
Bukan cuma tempat berobat orang-orang tajir, Singapura pun menjadi tujuan para pelarian Indonesia terkait kasus hukum untuk “berwisata”. Tak sedikit yang bermaksud melarikan diri sebelum “diinapkan” di Hotel Prodeo. Bahkan ada yang sedang menjalani hukuman justru meluangkan waktu berpelesiran. Mengapa Singapura jadi pilihan mereka?
Ada sejumlah nama pelaku tindak kriminal korupsi yang “berwisata” ke negeri mungil di Selat Malaka ini antara lain Gayus Tambunan, mafia kasus kakap yang tak lain pegawai golongan IIIA di Direktorat Jenderal Pajak ini justru berpelesiran ke Singapura saat masih menjalani hukuman penjara.
Sebelumnya ada maling kelap kakap Indonesia Edi Tansil yang dikabarkan juga buron ke Singapura. Bahkan ada sejumlah pihak menilai dia bukan kabur tapi sengaja “dikaburkan” untuk mengamankan orang-orang sekitarnya yang ikut terlibat dan atau menikmati hasil korupsinya.
Masih ada puluhan koruptor yang berhasil merampok Indonesia kemudian kabur ke Singapura seperti Djoko Tjandra buron terkait kasus pencairan klaim Bank Bali, Anggoro Widjojo kasus dugaan korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu di Departemen Kehutanan, Afat Ali Rizvi dan Hesham Al Warraq dua buronan kasus Century, Bambang Soetrisno & Adrian Kiki Ariawan kasus BLBI Rp 1,5 triliun, Sudjiono Timan korupsi BPUI, Eko Edi Putranto & Sherny kasus BLBI Bank Harapan Sentosa, Maria Pauline Lumowa pembobol Bank BNI Rp 1,7 triliun.
Tersangka kasus Bank Global antara lain Rico Hendrawan, Irawan Salim, Lisa Evijanti Santoso, Amri Irawan, Budianto, Hendra alias Hendra Lee, Chaerudin, dan Hendra Liem alias Hendra Lim juga bersembunyi di Singapura. Lalu Nader Taher, buronana kasus kredit macet Bank Mandiri, Agus Anwar tersangka BLBI Bank Pelita, Marimutu Sinivasan tersangka kasus Bank Mualamat yang kabur ke India melalui Singapura.
Ada juga yang terseret kasus korupsi tetapi belum ditetapkan tersangka yang masih bersembunyi di Singapura, anatarav lain Atang Latief kasus BLBI Bank Bira, Lydia Mochtar tersangka kasus penipuan di Mabes Polri dan terlibat kasus BLBI Bank Tamara, dan Sjamsul Nursalim yang perkaranya telah di-SP3 Kejagung atas korupsi BLBI Bank Dagang Negara.
Belum lama ini Nunun Nurbaeti, tersangka kasus dugaan suap pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia hingga kini masih bersembunyi di Singapura. Dan baru-baru ini mantan bendahara umum Partai DemokratyNazaruddin, yang diduga melakukan tindak korupsi pembangunan Wisma Atlet Sea Games di Palembang juga kabur ke Singapura pada 23 Mei 2011 atau sehari sebelum dicekal.
Alasan utama para kriminal kelas kakap memilih Singapura untuk ”berlibur” lalu menghilang selain faktor letaknya yang dekat, juga karena negara ini tidak mempunyai kerja sama ekstradisi dengan Indonesia.
Sebenarnya masalah perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura sudah dibahas sejak tahun 1974. Bahkan pada tahun 2007 kedua negara sudah setuju menandatangani perjanjian ekstradisi, namun tidak mau meratifikasi perjanjian itu, dan negeri Singa itu ingin membarter perjanjian ekstradisi itu dengan perjanjian Defence Cooperation Agreement (DCA) dan Mutual Legal Assistance (MLA) dimana wilayah udara Riau bisa gunakan untuk latihan militer udara mereka. Jelas perjanjian itu merugikan sektor keamanan dan pertahanan Indonesia. Dan Indonesia menolaknya.
Faktor lain, Singapura mempersulit Indonesia dalam mengembalikan para pelarian itu dengan kata lain Singapura lebih melindungi daripada membantu memudahkan kepulangan penjahat kerah putih tersebut.
Pasalnya negara yang punya banyak obyek hiburan kelas dunia seperti Universal Studio ini mempunyai kepentingan tersendiri mengingat wisatawan pelarian itu bisa memasukan pendapatan bagi negaranya mengingat uang mereka itu banyak. Total dana para koruptor Indonesia yang diparkir di sana diperkirakan mencapai US$ 87 miliar atau setara dengan Rp 783 triliun.
Modus Klasik
Alasan berobat karena menderita sakit tertentu menjadi modus klasik yang digunakan para pelarian dan buronan itu untuk melarikan diri ke Singapura atau kemudian ke negara lainnya.
Maklum, Singapura memiliki sejumlah RS modern dengan fasilitas canggih dan pelayanan yang baik yang sulit didapat di dalam negeri sendiri. Dan Singapura menjadikan wisata berobat ini sebagai salah satu andalan pemasukan pariwisatanya selain wisata belanja dan wisata hiburan.
Indonesia merupakan pasar utama wisata berobat mereka. Biasanya yang kerap berobat di sana orang-orang berkantong tebal seperti artis, pejabat, pengusaha, dan lainnya. Cara itulah yang digunakan para koruptor untuk meloloskan diri pergi ke Singapura dengan pura-pura berobat.
Padahal belum tentu para wisatawan pelarian yang bermaksud ceck up kesehatan atau berobat sakit itu benar-benar sakit. Bisa jadi mereka kini justru tengah asyik berbelanja dan makan enak di sejumh mal elit dan menikmati sejumlah obyek wisata buatan di negeri itu dengan uang hasil kejahatannya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok. Ist
0 komentar:
Posting Komentar