Jambi yang Punya Sumbar yang Kaya
Obyek wisata alam dan budaya Jambi sebagian besar ada di Kabupaten Kerinci. Masalahnya, letak kabupten ini justru lebih dekat dan lebih mudah dijangkau dari Padang, Sumbar dibanding dari Kota Jambi. Alhasil Sumbar yang diuntungkan karena pengunjung luar Sumatera yang datang ke kabupaten ini, lebih memilih lewat Padang ketimbang Jambi. Bagaimana solusinya?
Berdasarkan informasi yang diterbitkan Disporaparbud (Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Olahraga) Kab. Kerinci, sekurangnya ada 15 wisata alam utama yang dimiliki kabupaten ini, baik untuk wisata petualangan, agrowisata, wisata olahraga, dan lainnya.
Ke-15 wisata alam itu adalah, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Gunung Kerinci, Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh, Danau Lingkat, Danau Belibis, Rawa Ladeh Panjang, Air Terjun Telun Berasap, Air Panas Semerup, Goa Kasah, Bukit Khayangan, Aroma Pecco, Perkebunan Teh Kayu Aro, Taman Bunga Asri Murni, dan Taman Husein.
Luas keseluruhan TNKS 1.386.000 hektar dan yang masuk wilayah Kab. Kerinci mencapai 215.000 hektar. Yang menarik, hampir sebagian besar daya tarik utamanya ada di kabupaten penghasil penganan dodol kentang, sirup kayu manis, kopi dan teh ini, antara lain Gunung Kerinci yang merupakan gunung vulkanik tertinggi di Sumatera berketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut, Danau Gunung Tujuh yakni danau vulkanik tertinggi di Asia Tenggara, Danau Belibis, Danau Kerinci, dan Goa Kasah.
Kab. Kerinci juga kaya akan budaya dan tradisi. Tercatat sekitar 10 sajian budaya dan tradisinya yakni Masjid Keramat, Batu Megalitik, Tari Iyo-Iyo, Tari Asyeik Ayun Luci, Tari Ntak Kudo, Tari Tolak Bala, Tari Rangguk atau tari persembahan, dan Tari Niti Naik Mahligai yang menceritakan tata cara menjelang naiknya seseorang menjadi raja, serta kesenian Sike Rabana dan permainan tradisional Lukah Gilo.
Kombinasi wisata alam dengan beberapa tarian dan keseniannya itu dapat dilihat dalam satu event yang digelar setahun sekali yakni Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-11, tepatnya tanggal 6-10 Juli 2011.
Menurut staff Disparpora Kab. Kerinci Adra Nemires, sebenar masih banyak lagi obyek wisata alam yang ada di Kerinci namun belum terekspose. “Kebanyakan memang masih di sekitar kawasan Gunung Kerinci, seperti air terjun, danau, dan lainnya,” jelasnya di Jakarta (26/5/2011).
Selama ini pengunjung luar Sumatera yang datang ke Kab. Kerinci, lanjut Andra lebih banyak lewat Padang, Sumatera Barat. Pasalnya jarak dari Padang ke Sungai Penuh, kota terdekat dengan Kab.Kerinci yang dilengkapi sejumlah hotel, rumah makan, bank, RS umum, pusat informasi wisata, travel agent, kantor pos, dan polres ini hanya 249 Km dengan waktu tempuh selama 6 jam melewati Muara Labuh. Rute lainnya Padang-Painan-Tapan-Sungai Penuh sekitar 277 Km.
Kalau dari Jambi berjarak 465 Km ke Kerinci selama lebih dari 12 jam dengan rute Jambi-Bangko-Sungai Penuh. Bayangkan dua kali lipat beda jarak dan waktu tempuhnya dibanding lewat Padang. Bahkan kalah cepat dibanding dari Bukit Tinggi, kota lain di Sumbar yang hanya berjarak 350 Km dengan rute Bukit Tinggi-Solok-Muara Labuh-Sungai Penuh.
Wisman Merosot
Wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) yang datang ke Kab. Kerinci selama ini terutama mengunjungi obyek Gunung Kerinci, Danau Kerinci, dan kebun teh Kayu Aro. Sayangnya jumlah wismannya tiap tahun merosot.
Berdasarkan data Disporaparbud Kab. Kerinci, jumlah wisman yang berkunjung ke Kerinci pada tahun 2007 sebanyak 2.629 orang. Jumlah itu menurun pada 2008 cuma 2.601 orang, dan pada 2009 berkurang lagi menjadi 2.267 orang.
Penyebab turunnya kunjungan wisman karena infrastruktur menuju kabupaten ini rusak ketika itu, baik dari Jambi maupun Padang. Kerusakan terjadi di jalan Kota Bangko sepanjang 60 Km. Kota Bangko merupakan pintu gerbang menuju Kerinci dari Sumbar. Akibatnya, banyak wisman yang semula hendak ke Kerinci, batal. Akhirnya mereka memilih melanjutkan perjalanan ke obyek-obyek wisata di Sumbar.
Penyebab lain, tidak terkoordinirnya promosi yang dilakukan pemkab maupun pemprov sehingga banyak calon wisman tidak mendapat info tentang obyek wisata dan festival yang digelar di Kerinci secara detil.
Menurut Adra, Pemkab Kerinci sudah berusaha untuk menjaring wisatawan yang datang ke Kerinci langsung ke kabupaten ini dengan membangun Bandara Depati Parbo di Hilang, Kecamatan Sitinjau Laut sekitar 7 Km dari pusat kota Sungai Penuh.
“Sayangnya bandara yang mulai beroperasi Desember 2008 lalu ini baru mampu dilandasi pesawat berbadan kecil jenis Pokker 50 berkapasitas 12 orang dari Riau Airlines dengan rute Jambi-Sungai Penuh (pp) selama sekitar 60 menit dan rute Padang-Sungai Penuh (pp) selama kurang lebih 45 menit,” terangnya.
Upaya lain, mengaktifkan kembali FMPDK sejak 2010 dan tahun ini kembali digelar serta acara mingguan di tepi Danau Kerinci berupa atraksi seni budaya dikalangan pelajar SMP dan SMA. Termasuk mengajak investor Malaysia bekerjasama membangun hotel di tepi Danau Kerinci dan di kaki Gunung Kerinci.
Tapi semua itu tetap saja tak banyak perubahan berarti kalau wisman maupun wisnus yang hendak mendaki Gunung Kerinci, obyek lain atau menyaksikan FMPDK di kabupaten ini masih lebih memilih lewat Padang. Otomotis pendapatan masuk ke kas Sumbar, karena mereka berangkat dengan pesawat langsung ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang dan dilanjutkan dengan bus atau menyewa mobil travel juga di Padang.
Mungkin kalau faktor-faktor penyebab penurunan wisman ke Kerinci itu terus dibenahi, terlebih kalau Bandara Depati Parbo dapat dilandasi pesawat berbadan besar atau jumbo dan memiliki direct fligh ke berbagai kota utama di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Papua, dan lainnya, pasti masalah yang selama ini terjadi bisa teratasi. Apalagi kalau Depati Parbo sudah menjadi bandara internasional yang memiliki penebangan langsung dari sejumlah negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Semoga.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar