Wisata Cruise Berprosfek Cerah, Tersendat Koordinasi
Pengembangan wisata kapal pesiar (cruise) di Indonesia tersendat koordinasi antarkementerian terkait, disamping sejumlah kendala lain. Kondisi ini membuat Indonesia hanya menjadi persinggahan bukan tujuan utama cruise liners padahal memiliki potensi luarbiasa sebagai destinasi cruise dunia.
Hal ini terkuak dalam rapat koordinasi (rakor) pengembangan wisata kapal pesiar Indonesia yang diikuti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), sejumlah kepala dinas kebudayaan dan pariwisata (kadisbudpar), walikota, bupati, stakeholder cruise dan konsultan cruise di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (26/01/2011).
Hal ini terkuak dalam rapat koordinasi (rakor) pengembangan wisata kapal pesiar Indonesia yang diikuti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), sejumlah kepala dinas kebudayaan dan pariwisata (kadisbudpar), walikota, bupati, stakeholder cruise dan konsultan cruise di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (26/01/2011).
Dirjen Pengembangan Pariwisata, Kemenbudpar Sapta Nirwandar maupun Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Dirlala), Ditjen Perhubungan Laut (Hubla), Kemenhub Leon Muhamad sama-sama mengakui koordinasi kedua kementrian tersebut masih belum optimal meskipun sudah duduk bersama membahas hal ini.
Menurut Leon masing-masing kementerian memiliki kebijakan sendiri-sendiri yang harus dipatuhi hingga belum menemukan titiktemu penyelesaian. “Misalnya Kemenhub dalam pengembangan kapal cruise ini berpatokan pada UU No 17 tahun 2008 tentang pelayaran. Dalam UU tersbut antara lain diatur tetang azas cabotage tentang jenis dan bentuk perizinan kapal wisata asing,” jelasnya.
Kendala pengembangan wisata pesiar yang terungkap dalam rakor ini antara lain infrastruktur cruise yang belum memadai. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki pelabuhan yang dapat disandari oleh kepal pesiar berukuran besar. Umumnya kapal pesiar besar membuang jangkar (sauh) di tengah laut lalu penumpang cruise diangkut dengan kapal penghubung (tender boat) ke daratan. Ini jelas kurang prakatis dan menghambat.
Sapta Nirwandar berharap koordinasi antarkementerian dan pihak terkait kedepan akan berjalan lebih baik dan infrastruktur cruise dapat dibangun secara bersama. Sapta optimis bila kedua hal itu dapat diatasi, pengembangan wisata kapal cruise di Indonesia ke depan akan berprosfek cerah. Ini terbukti kunjungan cruise di Indonesia periode 2009-2010 mencapai 90 kali padahal pada 2002 hanya 20 kunjunagn cruise. Destinasi yang dikunjungi cruise pun bertambah luas dari 3 destinasi menjadi 66 destinasi.
Direktur Promosi Luar Negeri Kemenbudpar Noviendi Makalam mengatakan rencana pengembangan wisata cruise di Indonesia ke depan dengan melakukan peningkatkan citra dan daya saing Indonesia sebagai destinasi kapal pesiar dunia dan menjadikan Bali sebagai turn around port. “Persiapan yang harus dilakukan antra lain menyiapkan pelabuhan yang dapat disandari kapal-kapal pesiar besar, bandara internasional, dan kepastian regulasi,” jelasnya
Kegiatan pengembangan wisata kapal pesiar yang akan dilakukan ke depan, lanjut Noviendi antara lain mengkuti seminar nasional penguatan citra destinasi kapal pesiar, berpartisipasi pada event travel mart internasional seperti cruise shipping Miami, seatrade hamburg dan seatrade asia pada tahun 2011, pengembangan jejaring wisata kapal pesiar luar negeri, sales mission ke Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan Australia, mengadakan familiarization trip serta peningkataan pendayaguaan website cruiseindo.
Noviendi optimis bila semua rencana pengembangan dan kegiatan itu dilakukan dengan koordinasi yang baik, ke depan Indonesia bisa menjadai tujuan cruise dunia, bukan lagi sebatas rute singgah kapal-kapal pesiar dari Singapura menuju Australia, Australia menuju Australia, maupun world cruise.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ist. & Rozi, Pusformas, Kemenbudpar
0 komentar:
Posting Komentar