Gaya Jogja Memulihkan Sektor Pariwisatanya
Usai Merapi mereda, Jogjapun berbenah. Untuk memulihkan pariwisatanya termasuk citra kurang kondusif yang sempat tercoreng semasa erupsi, diambillah beberapa langkah. Salah satunya dengan membentuk Jogja Tourism Forum dengan mencanangkan gerakan Go Jogja. Apa saja kegiatannya dan berhasilkah mengembalikan Jogja sebagai destinasi favorit wisatawan baik nusantara dan mancnegara?
Tak bisa dipungkiri akibat erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2010, terlebih penutupan Bandara Adi Sutjipto selama dua pekan, berimbas pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Jogja, baik wisatawan mancanegara maupun nusantara termasuk penundaan sejumlah event internasional.
Akibat penurunan wisatawan, sejumlah hotel berbintang di Jogja pun mengalami penurunan tamu. Djulkarnain selaku General Manager Hotel Ibis Malioboro Jogjakarta mengatakan bulan November 2010 tingkat hunian hotel di Jogja umumnya turun hingga 50%. ”Dibandingkn bulan yang sama, November tahun lalu, okupansinya di atas 70%. November tahun ini cuma 30%,” jelasnya.
Hotel Sheraton misalnya mengaku turun 40 % dibanding tahun lalu. “Sekarang sudah mulai membaik,” jelas Fadil selaku Director of Sales & Marketing Hotel Sheraton. Sementara Hotel Hyatt Regency Yogyakarta mengalami penurunan sampai dengan 20 % sama seperti Hotel Ibis Malioboro.
Hal sama dirasakan sejumlah perusahaan angkutan travel. Selama November 2010, penyewaan bis PO Bima di Jogja turun 70%. “Jumlah bus kami yang 50 seat ada 50 bus, yang beroperasi hanya beberapa bus saja,” jelas Bambang, sopir bis PO Bima.
Untuk memulihkan pariwisata Jogja, bermacam strategipun dilakukan. Menurut Kadisbudpar DIY Tazbir langkah pertama yang diterapkan untuk mempercepat recovery pariwisata Jogja adalah dengan menginformasikan kepada khayalak bahwa saat ini kondisi Jogja secara umum cukup kondusif untuk dikunjungi wisatawan, kecuali kawasan Kaliurang yang masih tertutup. “Semua obyek wisata dan fasilitas wisata lain berfungsi normal. Hotel restoran dan berbagai atraksi wisata berjalan seperti biasa,” jelasnya.
Selanjutnya mengadakan familiarizion trip atau pengenalan kembali Jogja pascaerupsi dan memperbanyak kegiatan MICE (meeting, incentive, conference, and exebition). “Dan pastinya dengan memperbanyak event, seperti kenduri Jogja di Malioboro, perayaan malam satu suro, pergelaran malam tahun baru, dan lainnya untuk menarik pengunjung,” terangnya.
Kalangan industri pariwisata Jogja pun tak mau kalah. Mereka membentuk Jogja Tourism Forum (JTF). Menurut ketua JTF, Djulkarnain, meskipun pembentukannya berlangsung cepat, namun wadah yang terdiri dari ASITA, beberapa hotel di Jogja, Maskapai Penerbangan Garuda, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, serta didukung oleh Disbudparprov DIY ini punya pekerjaan besar yakni memulihkan pariwisata Jogja seperti sediakala.
Sejumlah langkah JTF pun sudah ditempuh, misalnya dengan menggelar travel dialog di Bali pada 3 Desember 2010, dengan mengundang sejumlah travel agent. “Ada 65 travel agent yang ikut travel dialog ini,” jelas Djulkarnain.
Langkah selanjutnya mengadakan media trip dengan mengundang sejumlah media baik elektronik, cetak maupun online dari Jakarta ke Jogja pada 5-6 Desember 2010. “Kami pun menggelar jumpa pers dan kunjungan ke beberapa obyek wisata utamanya seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan Jalan Maliobro,” terangnya.
Masih di bulan Desember ini, tepatnya tanggal 13-14, giliran media trip dari negara Malaysia, Thailand, dan Singapura yang diundang untuk melakukan hal sama. “Masing-masing negara diundang 6 media. Tujuannya untuk menyiarkan bahwa Jogja sudah nyaman untuk dikunjungi,” kata Djul.
Di ujung Desember, sekaligus dalam rangka merayakan tahun baru, Jogja mengelar konser akbar bertajuk Legend of Nation dari tanggal 25-31 Desember 2010 di area Candi Prambanan. “Ada sekitar 17 artis ibukota yang akan tampil dengan iringan Purwacaraka Orkestra,” jelas Djul.
Diskon Hotel
Disamping langkah pemulihan di atas, hotel-hotel di Jogja pun memberikan harga diskon selama Desember untuk menarik tamu. “Tarif diskon selama bulan recovery ini berkisar antara 20-40%,” jelas Djul.
Hotel bintang 3 Ibis Malioboro misalnya memberi diskon 20%-30% untuk semua kamar sampai dengan pertengahan Desember 2010. Sejumlah hotel bintang 5 di Jogja pun melakukan hal yang sama. Hotel Melia Purosani misalnya memberikan potongan 20%-25 % untuk semua kamar. Hotel Sheraton menawarkan diskon 30% sejak 20 November hingga akhir Desember 2010 khusus untuk kamar garden vie dan volcano view. Sedangkan Hotel Hyatt Regency memberikan recovery promo dengan potongan 20%-30%. Diskon ini sudah berlaku sejak November sampai 24 Desember 2010." kata Syarial R. Lubis selaku Dirctor of Sales Hotel Hyatt Regency Yogyakarta.
Paket Wisata Pemulihan
Untuk mempercepat pemulihan pariwisata Jogja, Ben suka selaku Ketua Umum ASITA menyarankan industri pariwisata Jogja untuk membuat paket-paket yang menarik seperti paket lava tour tracking, paket bersama 2 malam 3 hari dengan tur ke Candi Borobudur dan Prambanan seharga Rp 800ribu, serta mengusulkan pembuatan monumen Mbah Maridjan. “Proses pemulihan wisata harus cepat dilakukan. Sebelum 15 Desember 2010 paket-paket wisata pemulihan tersebut, diharapkan sudah siap jual kepada masyarakat luas,” imbau Ben.
Bila dalam enam bulan semua pihak peduli Jogja dan wisatawan domestik tidak mengalihkan liburan akhir tahun ke destinasi lain, Ben Sukma mengaku optimis pariwisata Jogja pascaerupsi Merapi, dapat pulih dalam beberapa bulan saja.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Tak bisa dipungkiri akibat erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2010, terlebih penutupan Bandara Adi Sutjipto selama dua pekan, berimbas pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Jogja, baik wisatawan mancanegara maupun nusantara termasuk penundaan sejumlah event internasional.
Akibat penurunan wisatawan, sejumlah hotel berbintang di Jogja pun mengalami penurunan tamu. Djulkarnain selaku General Manager Hotel Ibis Malioboro Jogjakarta mengatakan bulan November 2010 tingkat hunian hotel di Jogja umumnya turun hingga 50%. ”Dibandingkn bulan yang sama, November tahun lalu, okupansinya di atas 70%. November tahun ini cuma 30%,” jelasnya.
Hotel Sheraton misalnya mengaku turun 40 % dibanding tahun lalu. “Sekarang sudah mulai membaik,” jelas Fadil selaku Director of Sales & Marketing Hotel Sheraton. Sementara Hotel Hyatt Regency Yogyakarta mengalami penurunan sampai dengan 20 % sama seperti Hotel Ibis Malioboro.
Hal sama dirasakan sejumlah perusahaan angkutan travel. Selama November 2010, penyewaan bis PO Bima di Jogja turun 70%. “Jumlah bus kami yang 50 seat ada 50 bus, yang beroperasi hanya beberapa bus saja,” jelas Bambang, sopir bis PO Bima.
Untuk memulihkan pariwisata Jogja, bermacam strategipun dilakukan. Menurut Kadisbudpar DIY Tazbir langkah pertama yang diterapkan untuk mempercepat recovery pariwisata Jogja adalah dengan menginformasikan kepada khayalak bahwa saat ini kondisi Jogja secara umum cukup kondusif untuk dikunjungi wisatawan, kecuali kawasan Kaliurang yang masih tertutup. “Semua obyek wisata dan fasilitas wisata lain berfungsi normal. Hotel restoran dan berbagai atraksi wisata berjalan seperti biasa,” jelasnya.
Selanjutnya mengadakan familiarizion trip atau pengenalan kembali Jogja pascaerupsi dan memperbanyak kegiatan MICE (meeting, incentive, conference, and exebition). “Dan pastinya dengan memperbanyak event, seperti kenduri Jogja di Malioboro, perayaan malam satu suro, pergelaran malam tahun baru, dan lainnya untuk menarik pengunjung,” terangnya.
Kalangan industri pariwisata Jogja pun tak mau kalah. Mereka membentuk Jogja Tourism Forum (JTF). Menurut ketua JTF, Djulkarnain, meskipun pembentukannya berlangsung cepat, namun wadah yang terdiri dari ASITA, beberapa hotel di Jogja, Maskapai Penerbangan Garuda, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, serta didukung oleh Disbudparprov DIY ini punya pekerjaan besar yakni memulihkan pariwisata Jogja seperti sediakala.
Sejumlah langkah JTF pun sudah ditempuh, misalnya dengan menggelar travel dialog di Bali pada 3 Desember 2010, dengan mengundang sejumlah travel agent. “Ada 65 travel agent yang ikut travel dialog ini,” jelas Djulkarnain.
Langkah selanjutnya mengadakan media trip dengan mengundang sejumlah media baik elektronik, cetak maupun online dari Jakarta ke Jogja pada 5-6 Desember 2010. “Kami pun menggelar jumpa pers dan kunjungan ke beberapa obyek wisata utamanya seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan Jalan Maliobro,” terangnya.
Masih di bulan Desember ini, tepatnya tanggal 13-14, giliran media trip dari negara Malaysia, Thailand, dan Singapura yang diundang untuk melakukan hal sama. “Masing-masing negara diundang 6 media. Tujuannya untuk menyiarkan bahwa Jogja sudah nyaman untuk dikunjungi,” kata Djul.
Di ujung Desember, sekaligus dalam rangka merayakan tahun baru, Jogja mengelar konser akbar bertajuk Legend of Nation dari tanggal 25-31 Desember 2010 di area Candi Prambanan. “Ada sekitar 17 artis ibukota yang akan tampil dengan iringan Purwacaraka Orkestra,” jelas Djul.
Diskon Hotel
Disamping langkah pemulihan di atas, hotel-hotel di Jogja pun memberikan harga diskon selama Desember untuk menarik tamu. “Tarif diskon selama bulan recovery ini berkisar antara 20-40%,” jelas Djul.
Hotel bintang 3 Ibis Malioboro misalnya memberi diskon 20%-30% untuk semua kamar sampai dengan pertengahan Desember 2010. Sejumlah hotel bintang 5 di Jogja pun melakukan hal yang sama. Hotel Melia Purosani misalnya memberikan potongan 20%-25 % untuk semua kamar. Hotel Sheraton menawarkan diskon 30% sejak 20 November hingga akhir Desember 2010 khusus untuk kamar garden vie dan volcano view. Sedangkan Hotel Hyatt Regency memberikan recovery promo dengan potongan 20%-30%. Diskon ini sudah berlaku sejak November sampai 24 Desember 2010." kata Syarial R. Lubis selaku Dirctor of Sales Hotel Hyatt Regency Yogyakarta.
Paket Wisata Pemulihan
Untuk mempercepat pemulihan pariwisata Jogja, Ben suka selaku Ketua Umum ASITA menyarankan industri pariwisata Jogja untuk membuat paket-paket yang menarik seperti paket lava tour tracking, paket bersama 2 malam 3 hari dengan tur ke Candi Borobudur dan Prambanan seharga Rp 800ribu, serta mengusulkan pembuatan monumen Mbah Maridjan. “Proses pemulihan wisata harus cepat dilakukan. Sebelum 15 Desember 2010 paket-paket wisata pemulihan tersebut, diharapkan sudah siap jual kepada masyarakat luas,” imbau Ben.
Bila dalam enam bulan semua pihak peduli Jogja dan wisatawan domestik tidak mengalihkan liburan akhir tahun ke destinasi lain, Ben Sukma mengaku optimis pariwisata Jogja pascaerupsi Merapi, dapat pulih dalam beberapa bulan saja.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar