Batam, Surga Bagi Para Vegetarian
Sate yang terlihat di foto ini bukan sate ayam, daging kambing ataupun sapi. Sate ini dari jamur yang diperuntukkan bagi penganut vegetarian. Mungkin di kota Anda, sate vegetarain ini juga ada. Tapi mungkin tidak selengkap bila Anda bertandang ke Batam. Di pulau yang berdekatan dengan negeri mungil Singapura itu tersedia aneka makanan berat dan ringan khusus vegetarian. Dimana lokasi tepatnya dan ada apa saja?
Adalah Maha Vihara Duta Maitreya yang menjadi surga bagi para vegan (istilah orang yang bervegetarian atau tidak makan daging). Bukan hanya vegan dari Batam, pun dari daerah lain di Indonesia bahkan mancanegara seperti Singapura, Malaysia, bahkan India. Pasalnya, di dalam kompleks vihara terbesar di Asia Tenggara ini terdapat restoran vegetarian serta toko makanan kecil khusus vegetarian yang lengkap. Nama restorannya Ariya Maitreya Vegetarian Restaurant yang mampu menampung sekitar 100 orang.
Beragam menu vegetarian yang ’menipu’ seperti sate, rendang, babat, dan lainnya yang bentuknya menyerupai aslinya ada di resto ini. Padahal sebenarnya bukan dari daging, melainkan olahan dari sayur-sayuran dan bahan nabati lainnya.
Pengunjung yang datang ke resto ini, bukan cuma bisa membeli dan menyantapnya di sana, pun bisa melihat proses pembuatan aneka makanan vegetarian itu di dapur restoran tersebut yang beruangan besar, bersih, dan peralatannya higenis serta modern.
Masih di dalam resto ini, dekat pintu masuk sebelah kanan terdapat Arya Maitreya Shop yang menjual aneka makanan kecil khusus vegetarian. Ada biskuit, kacang-kacangan, aneka penganan nabati dan lainnya yang non hewani. Biasanya pengunjung datang membeli untuk oleh-oleh. ”Produk makanan ringannya ada yang dari Cina, Singapura, dan Malaysia selain dari dalam negeri sendiri seperti mie instan, keripik balado dan lainnya,” jelas Alvin Octavianus Yolanda, Humas Maha Vihara Duta Maitreya.
Di sebelah kiri dari pintu masuk resto ini terdapat sekretariat komunitas Indonesia Vegetarian Society (IVS). Di dinding depan ruang ini terdapat majalah dinding (mading) berupa kliping info tulisan berkaitan dengan vegetarian.
Di tengah antara toko dan ruang komunitas, tepat menghadap pintu masuk resto ini terdapat patung dewa penjaga yang lucu, berbadan tambun dan tersenyum, seolah menyapa siapapun yang masuk ke resto ini.
Kelebihan lain, selain dapat menyantap menu serba vegetarian. Anda dapat melihat bangunan vihara di mana di bagian luarnya terdapat beberapa patung berukuran besar, berbadan tambun, dan berkepala plontos dengan mimik wajah yang lagi-lagi selalu tersenyum. Tak heran banyak pengunjung yang datang ke vihara yang diresmikan pada tanggal 23 Januari 1999 oleh Menteri Kebudayaan, Seni dan Budaya Marzuki Usman dan Menteri Agama A. Malik Fadjar ini.
Pengunjungnya bukan hanya untuk bersembahyang khusus buat pemeluk agama Budha, tapi banyak juga yang sekadar bertandang untuk melihat-lihat dan berfoto-foto. ”Vihara ini terbuka untuk umum, apapun agamanya dan gratis. Restorannya pun begitu buka tiap hari, dari pagi hingga malam,” kata Alvin.
Di bagian di belakang kompleks vihara ini pun berdiri bangunan sekolah khusus vegetarian, mulai dari tingkat TK, SD, SMP sampai SMA. Boleh dibilang vihara ini semacam pondok pesantren modern yang tidak hanya sebagai pusat pendidikan, pun bermacam aktivitas yang didukung fasilitas yang memadai dan tenaga profesional.
Dengan keberadaan vihara besar ini lengkap dengan restoran dan sekolah khusus vegetarian, wajar bila Batam kerap menjadi lokasi penyelenggaraan kegiatan vegetarian baik tingkat nasional maupun internasional.
Pada tahun 2009 misalnya, pulau surga bagi vegetarian ini menjadi tuan rumah The 4th Asian Vegetarian Congress dengan tema Vegetarian: Healthy and Eco-Friendly For All, dan dipengujung 2010 menjadi tuan rumah event The 3rd Vegetarian Food bertajuk Lets Save Life, Lets Save Planet Earth yang diorganisir oleh IVS didukung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Acara Vegetarian Food ini digelar rutin tiap tahun di vihara ini dan berhasil menarik kunjungan wisatawan dari negara tetangga terutama Singapura, Malaysia, Thailand, dan India. ”Kemenbudpar mendukung kegiatan ini karena mampu menjaring wisman, terlebih event ini berbasis komunitas tersendiri yakni para vegetarian baik dari dalam maupun luar negeri. Tahun depan akan kita perkaya lagi acara ini biar lebih besar gaungnya hingga menarik lebih banyak wisman terutama dari negara-negara yang penduduknya banyak menganut gaya hidup makan vegetarian,” jelas Nia Niscaya selaku Direktur Meeting, Incentive, Conference, & Exhibition (MICE, Kemenbudpar.
Alvin menambahkan vegetarian itu bukan ajaran agama tertentu. Ini adalah gaya hidup sehat yang dapat dilakukan oleh penganut agama manapun. Tak begitu sulit menjalaninya, karena sebagian besar makanan vegetarian sudah biasa kita makan sehari-hari. Bedanya tidak makan daging, baik ikan, maupun daging hewan lainnya. ”Seminggu pertama mungkin akan ngantuk, karena belum terbiasa. Tapi seterusnya sudah bisa beradaptasi dan bikin badan terasa lebih sehat dan bugar,” jelas Alvin yang sudah 20 tahun lebih menjadi vegan.
Tips Perjalanan
Bila ingin ke Maha Vihara Duata Maitreya yang berada di di Jl. Bukit Beruntung, Sei Panas, Batam Center, Batam. Dari Jakarta Anda naik pesawat udara ke Bandara Hang Nadim Batam. Setelah itu naik taksi ke lokasi. Di bandara ini sudah tersedia tarif taksi sesuai jarak dari bandara ke lokasi yang Anda tuju. Tarif taksi ke Batam Center Rp 75.000.
Akomodasi terdekat dengan vihara ini antara lain Hotel Sky View dan Hotel Sydney di kawasan Batam Center dengan tarif sekitar Rp200.000-an per kamar termasuk makan pagi. Kalau punya budget lebih, Anda bisa memilih bermalam di hotel berbintang 3 maupun bintang 4.
Obyek wisata bahari yang dapat Anda kunjungi Pantai Melur. Tiket masuknya Rp 10.000 per mobil. Di pantai ini bisa berenang atau sekadar makan siang.
Lalu ke kawasan Jembatan Barelang (Batam – Rempang – Galang). Kalau mau sewa mobil sekitar 400 sampai 500ribu sehari untuk mobil jenis Kijang. Beli makanan kecil dan minuman untuk bekal perjalanan di supermarket yang dilewati selama perjalanan ke Barelang.
Lanjutkan ke Pulau Galang, eks kamp pengungsi Vietnam. Tiketnya sekitar Rp 20.000 per mobil. Di lokasi ini Anda dapat melihat bekas barak-barak atau rumah pengungsi asal Vietnam, gereja atau dari kayu yang masih cukup terawat, dan sisa-sisa perahu yang dipakai oleh para pengungsi.
Sebelum kembali ke penginapan, Anda bisa ke perkebunan buah naga asal Taiwan yang belakangan banyak dibudidayakan di daerah Barelang. Hasil buahnya bertebaran di sejumlah supermarket dan pasar di Batam, bahkan diekspor ke Singapura dan Malaysia.
Di perkebunan buah naga ini, Anda dapat membeli langsung semasa panen. Biasanya panen buah naga dilakukan 2 pekan sekali, setiap Sabtu dan Minggu. Harga buah naga di perkebunan ini jauh lebih murah dibandingkan di mall dan pasar di Batam. Kalau mau menikmati buah naga dan jusnya, singgah saja di salah satu rumah makan yang menyediakan berbagai makanan dari buah naga.
Sebelum pulang ke Jakarta, bisa berbelanja buat sendiri dan oleh-oleh di kawasan Nagoya. Jangan lupa menikmati pempek dan pisang goreng aisuka di dekat Hotel Kolecta atau makan siang dengan sop ikan khas Batam di Rumah Makan Yongkie.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Adalah Maha Vihara Duta Maitreya yang menjadi surga bagi para vegan (istilah orang yang bervegetarian atau tidak makan daging). Bukan hanya vegan dari Batam, pun dari daerah lain di Indonesia bahkan mancanegara seperti Singapura, Malaysia, bahkan India. Pasalnya, di dalam kompleks vihara terbesar di Asia Tenggara ini terdapat restoran vegetarian serta toko makanan kecil khusus vegetarian yang lengkap. Nama restorannya Ariya Maitreya Vegetarian Restaurant yang mampu menampung sekitar 100 orang.
Beragam menu vegetarian yang ’menipu’ seperti sate, rendang, babat, dan lainnya yang bentuknya menyerupai aslinya ada di resto ini. Padahal sebenarnya bukan dari daging, melainkan olahan dari sayur-sayuran dan bahan nabati lainnya.
Pengunjung yang datang ke resto ini, bukan cuma bisa membeli dan menyantapnya di sana, pun bisa melihat proses pembuatan aneka makanan vegetarian itu di dapur restoran tersebut yang beruangan besar, bersih, dan peralatannya higenis serta modern.
Masih di dalam resto ini, dekat pintu masuk sebelah kanan terdapat Arya Maitreya Shop yang menjual aneka makanan kecil khusus vegetarian. Ada biskuit, kacang-kacangan, aneka penganan nabati dan lainnya yang non hewani. Biasanya pengunjung datang membeli untuk oleh-oleh. ”Produk makanan ringannya ada yang dari Cina, Singapura, dan Malaysia selain dari dalam negeri sendiri seperti mie instan, keripik balado dan lainnya,” jelas Alvin Octavianus Yolanda, Humas Maha Vihara Duta Maitreya.
Di sebelah kiri dari pintu masuk resto ini terdapat sekretariat komunitas Indonesia Vegetarian Society (IVS). Di dinding depan ruang ini terdapat majalah dinding (mading) berupa kliping info tulisan berkaitan dengan vegetarian.
Di tengah antara toko dan ruang komunitas, tepat menghadap pintu masuk resto ini terdapat patung dewa penjaga yang lucu, berbadan tambun dan tersenyum, seolah menyapa siapapun yang masuk ke resto ini.
Kelebihan lain, selain dapat menyantap menu serba vegetarian. Anda dapat melihat bangunan vihara di mana di bagian luarnya terdapat beberapa patung berukuran besar, berbadan tambun, dan berkepala plontos dengan mimik wajah yang lagi-lagi selalu tersenyum. Tak heran banyak pengunjung yang datang ke vihara yang diresmikan pada tanggal 23 Januari 1999 oleh Menteri Kebudayaan, Seni dan Budaya Marzuki Usman dan Menteri Agama A. Malik Fadjar ini.
Pengunjungnya bukan hanya untuk bersembahyang khusus buat pemeluk agama Budha, tapi banyak juga yang sekadar bertandang untuk melihat-lihat dan berfoto-foto. ”Vihara ini terbuka untuk umum, apapun agamanya dan gratis. Restorannya pun begitu buka tiap hari, dari pagi hingga malam,” kata Alvin.
Di bagian di belakang kompleks vihara ini pun berdiri bangunan sekolah khusus vegetarian, mulai dari tingkat TK, SD, SMP sampai SMA. Boleh dibilang vihara ini semacam pondok pesantren modern yang tidak hanya sebagai pusat pendidikan, pun bermacam aktivitas yang didukung fasilitas yang memadai dan tenaga profesional.
Dengan keberadaan vihara besar ini lengkap dengan restoran dan sekolah khusus vegetarian, wajar bila Batam kerap menjadi lokasi penyelenggaraan kegiatan vegetarian baik tingkat nasional maupun internasional.
Pada tahun 2009 misalnya, pulau surga bagi vegetarian ini menjadi tuan rumah The 4th Asian Vegetarian Congress dengan tema Vegetarian: Healthy and Eco-Friendly For All, dan dipengujung 2010 menjadi tuan rumah event The 3rd Vegetarian Food bertajuk Lets Save Life, Lets Save Planet Earth yang diorganisir oleh IVS didukung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Acara Vegetarian Food ini digelar rutin tiap tahun di vihara ini dan berhasil menarik kunjungan wisatawan dari negara tetangga terutama Singapura, Malaysia, Thailand, dan India. ”Kemenbudpar mendukung kegiatan ini karena mampu menjaring wisman, terlebih event ini berbasis komunitas tersendiri yakni para vegetarian baik dari dalam maupun luar negeri. Tahun depan akan kita perkaya lagi acara ini biar lebih besar gaungnya hingga menarik lebih banyak wisman terutama dari negara-negara yang penduduknya banyak menganut gaya hidup makan vegetarian,” jelas Nia Niscaya selaku Direktur Meeting, Incentive, Conference, & Exhibition (MICE, Kemenbudpar.
Alvin menambahkan vegetarian itu bukan ajaran agama tertentu. Ini adalah gaya hidup sehat yang dapat dilakukan oleh penganut agama manapun. Tak begitu sulit menjalaninya, karena sebagian besar makanan vegetarian sudah biasa kita makan sehari-hari. Bedanya tidak makan daging, baik ikan, maupun daging hewan lainnya. ”Seminggu pertama mungkin akan ngantuk, karena belum terbiasa. Tapi seterusnya sudah bisa beradaptasi dan bikin badan terasa lebih sehat dan bugar,” jelas Alvin yang sudah 20 tahun lebih menjadi vegan.
Tips Perjalanan
Bila ingin ke Maha Vihara Duata Maitreya yang berada di di Jl. Bukit Beruntung, Sei Panas, Batam Center, Batam. Dari Jakarta Anda naik pesawat udara ke Bandara Hang Nadim Batam. Setelah itu naik taksi ke lokasi. Di bandara ini sudah tersedia tarif taksi sesuai jarak dari bandara ke lokasi yang Anda tuju. Tarif taksi ke Batam Center Rp 75.000.
Akomodasi terdekat dengan vihara ini antara lain Hotel Sky View dan Hotel Sydney di kawasan Batam Center dengan tarif sekitar Rp200.000-an per kamar termasuk makan pagi. Kalau punya budget lebih, Anda bisa memilih bermalam di hotel berbintang 3 maupun bintang 4.
Obyek wisata bahari yang dapat Anda kunjungi Pantai Melur. Tiket masuknya Rp 10.000 per mobil. Di pantai ini bisa berenang atau sekadar makan siang.
Lalu ke kawasan Jembatan Barelang (Batam – Rempang – Galang). Kalau mau sewa mobil sekitar 400 sampai 500ribu sehari untuk mobil jenis Kijang. Beli makanan kecil dan minuman untuk bekal perjalanan di supermarket yang dilewati selama perjalanan ke Barelang.
Lanjutkan ke Pulau Galang, eks kamp pengungsi Vietnam. Tiketnya sekitar Rp 20.000 per mobil. Di lokasi ini Anda dapat melihat bekas barak-barak atau rumah pengungsi asal Vietnam, gereja atau dari kayu yang masih cukup terawat, dan sisa-sisa perahu yang dipakai oleh para pengungsi.
Sebelum kembali ke penginapan, Anda bisa ke perkebunan buah naga asal Taiwan yang belakangan banyak dibudidayakan di daerah Barelang. Hasil buahnya bertebaran di sejumlah supermarket dan pasar di Batam, bahkan diekspor ke Singapura dan Malaysia.
Di perkebunan buah naga ini, Anda dapat membeli langsung semasa panen. Biasanya panen buah naga dilakukan 2 pekan sekali, setiap Sabtu dan Minggu. Harga buah naga di perkebunan ini jauh lebih murah dibandingkan di mall dan pasar di Batam. Kalau mau menikmati buah naga dan jusnya, singgah saja di salah satu rumah makan yang menyediakan berbagai makanan dari buah naga.
Sebelum pulang ke Jakarta, bisa berbelanja buat sendiri dan oleh-oleh di kawasan Nagoya. Jangan lupa menikmati pempek dan pisang goreng aisuka di dekat Hotel Kolecta atau makan siang dengan sop ikan khas Batam di Rumah Makan Yongkie.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar