10 Kiat Menanamkan Spirit Pendakian Bernilai Konservasi
Kegiatan pecinta alam di Tanah Air belakangan ini kembali bergairah. Ditandai dengan tingginya animo mendaki gunung, termasuk rencana menggelar ekspedisi terbaru. Sayangnya semangat mengajak orang mendaki gunung belum dibarengi dengan semangat mensosialisasikan nilai-nilai konservasi.
Bukti menggeliatnya dunia petualangan khususnya pendakian gunung, selain disebutkan di atas. Pun dibuktikan dengan munculnya komunitas-komunitas penggiat alam bebas baru yang menitikberatkan pada pendakian instan.
Naik gunung sampai puncak, narsis-narsisan lewat foto atau video lalu turun. Itu saja, dan cara itu terus berlanjut ke gunung-gunung berikutnya.
Wajah-wajah fresh pendaki baru, muda, dan enerjik bermunculan bak jamur di musim penghujan.
Mereka adalah pendaki era digital yang datang saat perlengkapan pendakian semakin beragam dan komplit, termasuk peralatan pendakian navigasinya yang serba digital.
Mereka hadir di era narsisme lewat bermacam jejaring sosial dunia maya, yang memudahkan mereka terhubung lalu bergabung dengan komunitas pendaki lain atau bahkan membentuk komunitas baru, cepat dan lagi-lagi instan.
Bukti lain bergairahnya dunia pendakian, munculnya rencana ekspedisi berupa pendakian ke gunung-gunung terpilih untuk menjadi orang/kelompok yang pertama. Misalnya ada yang ingin melakukan pendakian solo 25 gunung secara berantai.
Ada juga yang mau mengadakan pendakian perempuan ke 7 puncak gunung tertinggi di Tanah Air, dan ada juga yang berencana mengajak anak-anak kecil mendaki bersama ke puncak-puncak tertinggi.
Kabar rencana aneka ekspedisi tersebut jelas kabar yang menggembirakan. Maklum ekspedisi gunung sempat mati suri, padahal dulu pernah booming pada era 70-an dan 80-an, terutama didominasi oleh dua organisasi kepecintaalaman pertama dan terbesar ketika itu Mapala UI dan Wanadri.
Kini dengan adanya rencana ekspedisi tersebut, jelas memberi warna baru mengingat ekspedisi tersebut dilakukan oleh organisasi atau orang diluar kedua organisasi tua tersebut.
Bila semangat mendaki gunung serta ekspedisi yang akan dilakukan itu dibarengi dengan kegiatan konservasi, minimal membawa turun sampah sendiri apapun itu, tentu akan berdampak positif bagi kondisi gunung di Tanah Air yang hingga kini sebagian besar masih merana karena belum terbebas dari sampah produksi pendaki.
Sejatinya harus ada kegiatan kepecinataalaman/petualangan yang bernilai konservasi secara kontinyu untuk paling tidak mengimbangi kegiatan pendakian atau ekspedisi semata.
Biarlah pendakian dan ekspedisi marak dengan segala pencapaian prestasi terbaru, baik sebagai yang pertama, tercepat, ataupun terbanyak.
Karena itu pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia petualangan pendakian di manapun. Namun alangkah bijaknya bila dibalut dengan selimut konservasi.
Berikut 10 (sepuluh) kiat menanamkan spirit bernilai konservasi dalam kegiatan kepecintaalaman, petualangan, khususnya pendakian gunung:
1. Membuat Diskusi Pendakian Konservasi
Tujuannya untuk mencetak pendaki-pendaki bermental konservasi, ramah lingkungan, dan selalu menyuarakan spirit go green mountaineering.
Diskusi harus diikuti oleh komunitas pendaki atau pecinta alam baik tingkat SMU maupun umum, serta pengelola paket-paket petualangan pendakian.
Diskusi tersebut sebaiknya diisi oleh narasumber dari kalangan pendaki dan lainnya yang konsen menggaungkan pendakian konservasi di berbagai media.
2. Rutin dan Biar Tak Jenuh
Diskusi pendakian konservasi harus dilakukan rutin. Biar tak jenuh, sebaiknya dikemas secara kreatif dan menarik, misalnya tempatnya bergantian di indoor dan outdoor.
Kalau menggelar diskusi outdoor bisa berbentuk perkemahan bersama yang diisi dengan pensosialisasian pendakian konservasi.
3. Menerapkan Pendakian Konservasi
Selalu melakukan pendakian gunung baik perorangan, kelompok kecil maupun pendakian massal yang berkonsep konservasi, minimal menurunkan sampah sendiri dan kelompok.
4. Aksi Bersih Plus Sosialisasi
Lebih bagus lagi bila menggelar aksi bersih gunung atau ada yang menyebutnya opsih (operasi bersih) disertai dengan pensosialisasian pendakian konservasi. Kemudian hasil kegiatan tersebut disebarluaskan ke berbagai media. Lebih baik lagi mengikutsertakan sejumlah media pers agar gaung informasinya lebih meluas.
5. Untuk Investasi Masa Depan
Jadikan kegiatan bernilai konservasi sebagai investasi masa depan. Sesering mungkin digelar di berbagai tempat/kota/daerah agar sasarannya lebih luas. Paling tidak minimal satu kali dalam setahun mengadakan kegiatan bernilai konservasi, entah diskusi, perkemahan ataupun pendakian konservasi bersama.
6. Ikut Berkontribusi
Ikut andil dalam menyuarakan atau mensosialsasikan pendakian konservasi sekecil apapun, mulai dari teman terdekat hingga ke kelompok/komunitas lain lewat berbagai cara seperti diskusi, membuat tulisan dan buku yang memuat pesan nilai-nilai konservasi.
7. Gandeng Perusahan Makanan & Minuman
Ajak sejumlah perusahaan yang terbukti memproduksi bermacam produk makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi pendaki atau dibawa saat pendakian, untuk bekerjasama mensponsori atau membantu mendanai pelaksanaan bermacam kegiatan pensosialisasian nilai-nilai konservasi seperti diskusi, kemah dan pendakian konservasi.
8. Buat Aksi Simpatik
Bila perusahaan-perusahaan yang dimaksud tidak mau mendukung, lakukan aksi simpatik agar mereka ikut bertanggungjawab atas pencemaran termasuk di gunung dengan memproduksi kemasan produk yang ramah lingkungan.
9. Kuatkan Mental
Jangan mengeluh apalagi menyerah bila ada segelincir orang termasuk pendaki yang mencibir atas usaha pensosialisasian pendakian konservasi yang Anda galakkan.
Setiap aksi pasti ada yang pro dan kontra, ada yang mendukung dan ada pula yang mencemooh.
Sejauh yang Anda lakukan itu positif untuk menjaga keasrian gunung-gunung di Tanah Air, itu lebih mulia daripada rajin mendaki dan berekspedisi tapi justru hanya menambah pencemaran dan perusakan.
10. Sinergi Konservasi
Menjalin sinergi yang kuat antarpendaki, baik komunitas pendaki yang hanya mencari kesenangan ataupun prestasi dengan pendaki/komunitas konsen berjuang menyebarluaskan nilai-nilai konservasi.
Misalnya dengan bekerjasama mengadakan kegiatan konservasi entah itu diskusi, kemah, pendakian dan lainnya yang bermuara pada penanaman wawasan konservasi.
Sekali lagi, semangat mengajak orang-orang untuk menyukai gunung hingga mereka akhirnya rutin mendaki, itu bagus.
Tapi lebih bagus lagi, bila diiringi dengan semangat melakukan kegiatan konservasi tiada henti.
Dengan begitu secara tidak langsung, Anda sudah berjasa menanamkan dan membentuk pendaki bermental konservasi selain mewariskan pengetahuan dan pengalaman pendakian Anda ke generasi pendaki berikutnya.
NB: Tulisan ini boleh disebarluaskan atau digunakan untuk materi pendidikan dan diskusi, asal mencantumkan penulis dan sumbernya.
Bukti menggeliatnya dunia petualangan khususnya pendakian gunung, selain disebutkan di atas. Pun dibuktikan dengan munculnya komunitas-komunitas penggiat alam bebas baru yang menitikberatkan pada pendakian instan.
Naik gunung sampai puncak, narsis-narsisan lewat foto atau video lalu turun. Itu saja, dan cara itu terus berlanjut ke gunung-gunung berikutnya.
Wajah-wajah fresh pendaki baru, muda, dan enerjik bermunculan bak jamur di musim penghujan.
Mereka adalah pendaki era digital yang datang saat perlengkapan pendakian semakin beragam dan komplit, termasuk peralatan pendakian navigasinya yang serba digital.
Mereka hadir di era narsisme lewat bermacam jejaring sosial dunia maya, yang memudahkan mereka terhubung lalu bergabung dengan komunitas pendaki lain atau bahkan membentuk komunitas baru, cepat dan lagi-lagi instan.
Bukti lain bergairahnya dunia pendakian, munculnya rencana ekspedisi berupa pendakian ke gunung-gunung terpilih untuk menjadi orang/kelompok yang pertama. Misalnya ada yang ingin melakukan pendakian solo 25 gunung secara berantai.
Ada juga yang mau mengadakan pendakian perempuan ke 7 puncak gunung tertinggi di Tanah Air, dan ada juga yang berencana mengajak anak-anak kecil mendaki bersama ke puncak-puncak tertinggi.
Kabar rencana aneka ekspedisi tersebut jelas kabar yang menggembirakan. Maklum ekspedisi gunung sempat mati suri, padahal dulu pernah booming pada era 70-an dan 80-an, terutama didominasi oleh dua organisasi kepecintaalaman pertama dan terbesar ketika itu Mapala UI dan Wanadri.
Kini dengan adanya rencana ekspedisi tersebut, jelas memberi warna baru mengingat ekspedisi tersebut dilakukan oleh organisasi atau orang diluar kedua organisasi tua tersebut.
Bila semangat mendaki gunung serta ekspedisi yang akan dilakukan itu dibarengi dengan kegiatan konservasi, minimal membawa turun sampah sendiri apapun itu, tentu akan berdampak positif bagi kondisi gunung di Tanah Air yang hingga kini sebagian besar masih merana karena belum terbebas dari sampah produksi pendaki.
Sejatinya harus ada kegiatan kepecinataalaman/petualangan yang bernilai konservasi secara kontinyu untuk paling tidak mengimbangi kegiatan pendakian atau ekspedisi semata.
Biarlah pendakian dan ekspedisi marak dengan segala pencapaian prestasi terbaru, baik sebagai yang pertama, tercepat, ataupun terbanyak.
Karena itu pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia petualangan pendakian di manapun. Namun alangkah bijaknya bila dibalut dengan selimut konservasi.
Berikut 10 (sepuluh) kiat menanamkan spirit bernilai konservasi dalam kegiatan kepecintaalaman, petualangan, khususnya pendakian gunung:
1. Membuat Diskusi Pendakian Konservasi
Tujuannya untuk mencetak pendaki-pendaki bermental konservasi, ramah lingkungan, dan selalu menyuarakan spirit go green mountaineering.
Diskusi harus diikuti oleh komunitas pendaki atau pecinta alam baik tingkat SMU maupun umum, serta pengelola paket-paket petualangan pendakian.
Diskusi tersebut sebaiknya diisi oleh narasumber dari kalangan pendaki dan lainnya yang konsen menggaungkan pendakian konservasi di berbagai media.
2. Rutin dan Biar Tak Jenuh
Diskusi pendakian konservasi harus dilakukan rutin. Biar tak jenuh, sebaiknya dikemas secara kreatif dan menarik, misalnya tempatnya bergantian di indoor dan outdoor.
Kalau menggelar diskusi outdoor bisa berbentuk perkemahan bersama yang diisi dengan pensosialisasian pendakian konservasi.
3. Menerapkan Pendakian Konservasi
Selalu melakukan pendakian gunung baik perorangan, kelompok kecil maupun pendakian massal yang berkonsep konservasi, minimal menurunkan sampah sendiri dan kelompok.
4. Aksi Bersih Plus Sosialisasi
Lebih bagus lagi bila menggelar aksi bersih gunung atau ada yang menyebutnya opsih (operasi bersih) disertai dengan pensosialisasian pendakian konservasi. Kemudian hasil kegiatan tersebut disebarluaskan ke berbagai media. Lebih baik lagi mengikutsertakan sejumlah media pers agar gaung informasinya lebih meluas.
5. Untuk Investasi Masa Depan
Jadikan kegiatan bernilai konservasi sebagai investasi masa depan. Sesering mungkin digelar di berbagai tempat/kota/daerah agar sasarannya lebih luas. Paling tidak minimal satu kali dalam setahun mengadakan kegiatan bernilai konservasi, entah diskusi, perkemahan ataupun pendakian konservasi bersama.
6. Ikut Berkontribusi
Ikut andil dalam menyuarakan atau mensosialsasikan pendakian konservasi sekecil apapun, mulai dari teman terdekat hingga ke kelompok/komunitas lain lewat berbagai cara seperti diskusi, membuat tulisan dan buku yang memuat pesan nilai-nilai konservasi.
7. Gandeng Perusahan Makanan & Minuman
Ajak sejumlah perusahaan yang terbukti memproduksi bermacam produk makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi pendaki atau dibawa saat pendakian, untuk bekerjasama mensponsori atau membantu mendanai pelaksanaan bermacam kegiatan pensosialisasian nilai-nilai konservasi seperti diskusi, kemah dan pendakian konservasi.
8. Buat Aksi Simpatik
Bila perusahaan-perusahaan yang dimaksud tidak mau mendukung, lakukan aksi simpatik agar mereka ikut bertanggungjawab atas pencemaran termasuk di gunung dengan memproduksi kemasan produk yang ramah lingkungan.
9. Kuatkan Mental
Jangan mengeluh apalagi menyerah bila ada segelincir orang termasuk pendaki yang mencibir atas usaha pensosialisasian pendakian konservasi yang Anda galakkan.
Setiap aksi pasti ada yang pro dan kontra, ada yang mendukung dan ada pula yang mencemooh.
Sejauh yang Anda lakukan itu positif untuk menjaga keasrian gunung-gunung di Tanah Air, itu lebih mulia daripada rajin mendaki dan berekspedisi tapi justru hanya menambah pencemaran dan perusakan.
10. Sinergi Konservasi
Menjalin sinergi yang kuat antarpendaki, baik komunitas pendaki yang hanya mencari kesenangan ataupun prestasi dengan pendaki/komunitas konsen berjuang menyebarluaskan nilai-nilai konservasi.
Misalnya dengan bekerjasama mengadakan kegiatan konservasi entah itu diskusi, kemah, pendakian dan lainnya yang bermuara pada penanaman wawasan konservasi.
Sekali lagi, semangat mengajak orang-orang untuk menyukai gunung hingga mereka akhirnya rutin mendaki, itu bagus.
Tapi lebih bagus lagi, bila diiringi dengan semangat melakukan kegiatan konservasi tiada henti.
Dengan begitu secara tidak langsung, Anda sudah berjasa menanamkan dan membentuk pendaki bermental konservasi selain mewariskan pengetahuan dan pengalaman pendakian Anda ke generasi pendaki berikutnya.
Naskah & Foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar