. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 27 Desember 2009

Keliling Obyek Tsunami Usai Meeting




Usai mengi-kuti rapat (meet-ing), konvensi (convention) maupun pameran (exhibition) di Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh, sebaiknya jangan langsung pulang. Nikmati dulu sejumlah obyek tsunaminya sebagai insentif (incentive) pelepas lelah. Pastinya, Anda bakal menemukan obyek wisata khas tsunami yang tak mungkin Anda temukan di kota lain.

Pasca gempa berkekuatan 9,8 Skala Richter dan disusul tsunami dasyat yang meluluhlantahkan beberapa wilayah di Aceh 5 tahun silam, membuat wajah Banda Aceh berubah lebih baik, termasuk obyek wisatanya yang ternyata semakin bertambah.

Dulu, sebelum bencana tujuan utama wisatawan ke Banda Aceh tentu untuk melihat Masjid Baiturrahman. Tapi usai gelombang dasyat itu berlalu, bukan cuma Masjid Raya Banda Aceh itu yang menjadi obyek tujuan melainkan pula obyek-obyek wisata dari sisa-sisa keganasannya.

Obyek-obyek tersebut, kini justru menjadi primadona wisata baru di kota berjuluk Serambi Mekah ini. Pasalnya selain khas dan bikin heran, obyek-obyek itu hanya ada di Banda Aceh. Karenanya pula, kota ini pun kemudian mendapat sebutan baru sebagai Tsunami Memorial City.

“Obyek wisata khas tsunami di Aceh bisa menjadi alternatif incentive usai melakukan meeting, convention maupun exhibition di Banda Aceh,” jelas Betty Anita, Kasi Asosiasi Luar Negeri Direktorat MICE, Depbudpar saat mengunjungi salah satu obyek tsunami usai membawa rombongan media dari Jakarta untuk meliput acara peringatan 5 tahun tsunami yang dihadiri Wapres Boediono di Pelabuhan Ulee Lheue, Gampong Pante Cermin, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh (26/12).

Sebelum acara puncak peringatan 5 tahun tsunami Aceh di Pelabuhan Ulee Lheue, diselenggarakan seminar international bertajuk Aceh’s Development Prospect Post Tsunami (17/12) di Hermes Palace Hotel, Pameran berjudul Exhibition of Success Story (14-19/12) di Museum Tsunami Aceh, dan Pagelaran Budaya Aceh (18-19/12) juga di Museum Tsunami Aceh.

Obyek wisata yang terjadi akibat tsunami yang dapat Anda lihat di Banda Aceh antara lain Kapal Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Apung I di Kelurahan Punge Blang Cut. Ketika kali pertama melihat kapal ini mungkin Anda bakal heran. Bagaimana tidak, tongkang berbobot mati 2.500 ton dan luas lambung 1.600 meter persegi ini terempas tsumani dari Dermaga Ulee Lheue sejauh 4 Km ke tengah permukiman padat penduduk hingga menelan korban nyawa dan juga merusak bangunan.

Di tongkang PLTD Apung yang sudah tak berfungsi lagi itu, Anda dapat naik ke atas geladak setinggi lebih kurang 20 meter lewat tangga besi di sisi tongkang. Dari atas geladaknya, Anda dapat menyaksikan pemandangan luas ke berbagai belahan kota di Banda Aceh, termasuk ke Dermaga Ulee Lheue, tempat tongkang itu semula berlabuh.

Dalam rangka memperingati 5 tahun tsunami, di kapal ini digelar sejumlah kegiatan antara lain tabligh dan zikir akbar oleh warga setempat yang disponsori beberapa produk. Sejumlah warga dari luar Banda Aceh bahkan dari Medan berdatangan ke kapal ini untuk bertakbir bersama atau sekadar melihat kapal besar ini.

Usai menaiki tongkang PLTD Apung 1, Anda bisa rehat sejenak di Taman Edukasi Tsunami, sekitar 50 meter dari tongkang itu. Di sana Anda bisa duduk-duduk di teras sambil melihat aneka tanaman bunga seperti mawar dan lainnya atau mendatangi pusat kreasi seni yang memamerkan sejumlah foto-foto tsunami.

Obyek sama yang mungkin juga mampu membuat Anda heran dan mengakui betapa dasyatnya tsunami ketika itu adalah obyek kapal kayu di atas rumah di Kelurahan Lampulo, Kecamatan Kuta Alam.

Semula kapal nelayan itu berlabuh di Dermaga Pantai Aceh. Akibat tsunami, kapal itu terbawa arus hingga lebih kurang 3 Km ke daratan. Yang mencengangkan, meski terbawa arus super deras, kapal itu berhasil menyelamatkan 165 orang dari terjangan gelombang karena mereka menyelamatkan diri ke atas kapal tersebut. Untuk memudahkan pengunjung melihat kapal melayan ini dari dekat, Pemkot Banda Aceh membangun sebuah jembatan.

Kuburan Massal
Selain mengunjungi sisa-sisa kedayatan tsunami di atas, Anda bisa melanjutkan kunjungan ke obyek-obyek wisata baru yang masih berkaitan dengan tsunami seperti Kuburan Massal, Museum Tsunami Aceh, dan Tugu Peringatan Tsunami.

Kuburan Massal Meuraxa semula merupakan halaman Puskesmas Meuraxa yang luluh lantah oleh tsunami. Lokasinya sekitar 6 Km dari pusat Kota Banda Aceh atau beberapa ratus meter dari Pantai Ulee Lheue. Di kuburan massal itu tidak ada batu nisan. Hanya berupa lapangan dan gundukan tanah berlapis rumput.

Pada hari-hari tertentu, termasuk pas perayaan peringatan 5 tsunami, sejumlah warga Aceh berziarah ke kuburan massal ini. Mereka sengaja datang untuk mendoakan sanak-saudara, istri-suami, anak, tetangga, maupun sahabat yang menjadi korban tsunami dan dimakamkan secara bersama di perkuburan tersebut.

Di lahan kuburan tersebut ada plang kecil berbentuk menara masjid bertulisan “Kuburan Dewasa”. Di depannya ada gapura dengan pintu besi bercat hijau bertuliskan kata-kata yang mengingatkan pengunjung supaya sadar bahwa kematian itu mutlak adanya. Di kuburan massal tersebut, Anda bisa memanjatkan do’a buat para korban tsunami.

Selanjutnya ke Tugu Peringatan Tsunami di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tugu yang dibangun oleh Yayasan Harapan Bangsa Nusantara dan didanai oleh yayasan dari USA ini diresmikan pembuatannya oleh Panglima Kodam Iskandar Muda, Majend TNI Supiadin AS, Juni 2008.

Selain tugu di lapangan ini juga ada Prasasti Taman Internasional “Aceh Thanks The World” yang berbentuk gelombang tsunami bercat putih. Serta ratusan prasasti ucapan dari bermacam negara berbentuk pucuk perahu yang tertancap di tanah mengeliligi tengah lapangan, bertuliskan terimakasih dalam bahasa masing-masing negara.

Keberadaan Prasasti Taman Internasional dan Tugu Peringatan Tsunami membuat Lapangan Blang Padang semakin menarik untuk dikunjungi. Sebelumnya sudah ada Tugu Pesawat Seulawah RI-001 di lapangan yang menjadi kebanggaan warga Banda Aceh itu.

Dari Lapangan Blang Padang, Anda tinggal menyeberang ke Museum Tsunami Aceh, di sebelah Makam Belanda (Kherkhof) dekat simpang jam, tepatnya di Jalan Iskandar Muda.

Yang menarik dari museum yang diresmikan Presiden SBY Februari 2008, arsitekturnya unik. Desainnya berbentuk Rumoh Aceh Escape Hill karya M Ridwan Kamil. Eksteriornya berbentuk kapal terdiri 4 tingkat dan hiasan motif Islam. Koleksi museum ini antara lain sejumlah foto-foto tsunami.

Melihat banyaknya obyek baru pascatsunami guna mengenang bencana alam maha dasyat itu, wajar kalau Banda Aceh kini berpredikat Tsunami Memorial City.

Tips Perjalanan
Usai meeting, convention maupun exhibition, Anda bisa mengunjungi semua obyek baru pascatsunami di Banda Aceh dalam satu atau dua hari saja sebagai incentive-nya. Sebab, lokasinya mudah dijangkau dan berdekatan. Anda bisa menyewa bus damri, mobil travel, taksi, labi-labi (angkot) atau kalau ingin irit ongkos pilih saja bentor (becak motor) yang sudah lama menjadi kendaraan khas warga Banda Aceh dan sekitarnya.

Untuk tempat menginap, ada sejumlah hotel berbintang di Banda Aceh antara lain Hermes Palace Hotel di Jalan Nyak Makam sekitar 5 Km dari Masjid Baiturrahman, Oasis Atjeh Hotel dan Hotel Grand Nanggroe keduanya di Lueng Bata, sekitar 5 Km pusat kota, atau Sulthan Hotel di Jalan Panglima Polem, kawasan bisnis dan pertokoan Peunayong. Sedangkan hotel yang lebih murah antara lain Hotel Mirah (belakang Sulthan), Hotel 61 Jalan Panglima Polem (depan Sulthan) atau Hotel Diana di Kuta Alam.

Di sela-sela city tour Banda Aceh, sempatkan menikmati wisata kuliner setempat seperti Mie Aceh di Rumah Makan Mie Lala di Jalan Syiah Kuala Kuata Alam dan Resto Mie Rajalie di Jalan Panglima Polem. Jangan lupa menikmati bermacam makanan khas Tanah Rencong ini seperti Ayam Tangkap, Ikan Kayu Tumis, Sambal Udang, Gule Kambing, Sate Matang, dan Ikan Bakar Rambeu di Retoran Banda Seefood di Jalan Raya Kp. Blang, Ulee Lheue.

Kalau mau minum kopi tarik khas Aceh datang saja ke kedai kopi seperti Kedai Kopi Solong di Ulee Kareng yang berdiri sejak 1974 dan diklaim sebagi kedai kopi tertua di Banda Aceh. Di kedai ini Anda bisa minum aneka jenis kopi atau membeli kopi bubuknya. Atau bisa juga ke Dapu Kupi di Jalan Simpang Surabaya, Banda Aceh yang buka 24 jam. Kalau ingin membeli Dendeng Aceh pergi saja di Toko Seulawah di Jalan Tengku Cik Ditiro.

Bila ingin membawa cendramata khas Aceh seperti baju koko, sajadah, tas, rencong, batik Aceh, gantungan kunci, dan lainnya pergi saja ke Toko Putroe Aceh di Jalan KH Ahmad Dahlan, Toko Rencong Aceh di seberang Masjid Baiturrahman, dan Koperasi Souvenir Mutiara Intan di dekat Masjid Baiturahim. Kalau suka dengan kaos berkata-kata humor atau bijak khas Aceh, semacam Dagadu-Yogya atau Joger-Bali, datang saja ke Toko Celoteh di dekat Kapal PLTD Apung.

Selama berwisata di Bumi Iskandar Muda termasuk di Banda Aceh, bagi muslimah dewasa sebaiknya mengenakan pakaian muslimah atau minimal berkeredung. Bagi muslim dewasa, sebaiknya pula berbusana pria santun. Selamat ber-incentive mengelilingi obyek wisata tsunami di Banda Aceh.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP