. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 25 Oktober 2009

Delapan Narsum Workshop Peningkatan Pemahaman Budpar



Delapan narasumber dari eselon 1 Depbudpar menjadi pembicara Workshop Peningkatan Pemahaman Budpar Bagi Jurnalis & Pers di lantai 23 Gedung Sapta Pesona, Jakarta Jumat (23/10). Siapa narsumnya & apa saja yang disampaikan?

Workshop diikuti sekitar 40 jurnalis dari media cetak, elektronik, dan online yang sudah biasa meliput kegiatan Depbudpar maupun yang baru, serta pengamat pariwisata. Workshop kali ini dibagi menjadi 2 sesi.

Sesi pertama berlangsung mulai 10.00 WIB dengan menghadirkan 6 narsum yakni Sekretaris Jenderal Depbudpar Wardiyatmo, Inspektur Jenderal Sambudjo Parikesit, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya (BPSD) I Gusti Putu Laksaguna, Dirjen Sejarah & Purbakala (Sepur) Hari Untoro Dradjat, Dirjen Pemasaran Sapta Nirwandar yang diwakili Novi, dan Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF) Tjetjep Suparman dengan moderator Kepala Pusat Informasi & Humas Surya Dharma.

Wardiyatmo mengatakan kerangka pikir analisis pembangunan pariwisata Indonesia 2009 2014 bertujuan untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. “Caranya dengan meningkatkan daya saing produk wisata, mengembangkan daya tarik wisata, mempromosikannya secara terpadu & berkesinambungan serta mengembangkan institusi dan SDM-nya,” Wardiyatmo.

Sambudjo Parikesit menyampaikan bahwa peran ‘internal auditor’ Depbudpar saat ini sebagai ‘watchdog’ (pemeriksa) untuk melihat dan memperingatkan, sebagai ‘consultant’ untuk meningkatkan dan memberikan saran, dan sebagai ‘catalist’ (pembawa perubahan) untuk memimpin dan mendorong yang lain untuk tetap berada dalam strategi yang telah ditetapkan oleh pimpinan. “Untuk mencegah terjadinya penyimpangan ataupun pelanggaran antara lain dibangun struktur pengendalian intern yang baik dan mengefektifkan fungsi internal audit,” jelas Sambudjo.

I Gusti Putu Laksanaguna menyatakan pokok-pokok kebijakan BPSD 2009 antara lain di bidang pengembangan SDM diarahkan untuk melakukan pemetaan SDM baik dari sisi penyediaan maupun permintaan melalui perencanaan SDM pariwisata. “Tahun ini sedang dilakukan pembekalan budpar bagi pelaku industri pariwisata di 15 destinasi unggulan. Selain itu sebanyak 990 orang aparatur pemerintah juga menjadi bagian yang sedang ditingkatkan pengetahuan dan pemahamannya mengenai pelayanan di bidang budpar,” jelas Putu.

Sementara Novi mengatakan bahwa target jumlah kunjungan wisman ke Indonesia optimis 7 juta pada 2010 sedangkan 2014 menjadi 10,3 juta wisman. Upaya pemasaran dilakukan dengan strategi makro antara lain fokus pada horizontal marketing dengan lebih banyak menggunakan online, transaksi elektronik, serta famtrip jurnalis, tokoh, dan selebritis. “Sasaran pasar 2010 masih ke negara-negara pemasok wisatawan ke negeri ini yakni Singapura, Malaysia, Jepang, dan Australia,” jelas Novi.

Hari Untoro Dradjat mengungkapkan program kerja Dirjen Sepur 2009-2014 antara lain menangani obyek-obyek Sepur pascagempa di Sumbar dan juga menangani Candi Pramabanan dan Sewu pasca gempa Yogya beberapa waktu lalu. “Selain itu akan ada peluncuran buku sejarah kebudayaan Indonesia dan Indonesia dalam arus sejarah, penyelesaian diorama di Kawasan Sejarah Panglima Jenderal Sudirman di Jawa Timur, pembangunan Pusat Informasi Majapahit, dan persiapan penyelenggaraan Asian-Europe Meeting di Solo, April 2010,” jelas Hari.

Sedangkan Tjejtep Suparman menyampaikan bahwa perlu tindakan dan langka perlindungan dan pengembangan warisan budaya Indonesia baik dalam tataran nasional maupun internasional. “Dalam tingkat nasional antara lain memperkuat database nasional tentang inventarisasi budaya Indonesia dan mendukung percepatan pengesahan RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Sedangkan di tataran internasional antara lain mencalonkan RI sebagai anggota komite antarpemerintah UNESCO mengenai perlindungan warisan budaya takbenda periode 2010-2014 dan melanjutkan pengajuan nominasi mata-mata budaya Indonesia lainnya secara selektif dan berkala kepada UNESCO,” jelas Tjetjep.

Edu-Touism
Sesi kedua yang dimulai pukul 14.00 WIB usai shalat Jum’at dan makan siang, menghadirkan dua narsum yakni Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim, dan sekjennya Winarno dengan moderator Citra.

Firmansyah Rahim mengatakan bahwa fokus kegiatan direktoratnya 2010 antara lain meningkatkan daya tarik pariwisata melalui pendukungan sarana dan prasarana melalui tugas pembantuan dan dekosentrasi. Selain itu PNPM bidang pariwisata melalui pengembangan desa wisata dan juga penyusunan travel patern untuk pelajar (edu-tourism) dan wisata minat khusus. “Kita harus meningkatkan daya saing pariwisata kita yang masih rendah seperti melengkapi ketersediaan kamar di rumah sakit, kemudahan untuk berbisnis dan akses yang semakin terjangkau. Untuk itu harus ada sinergi dengan sektor lain seperti PU, Perhubungan, DKP, Depkes, Imigrasi dan lainnya,” jelas Firmansyah.

Sementara Winarno menambahkan bahwa usaha pariwisata itu adalah industri dalam industri. “Contonya dalam sebuah hotel ada Spa, Salon, Warnet dan lainnya yang berbeda pemilik usahanya. Jadi mereka menyewa,” jelas Winarno.

Workshop berakhir dengan penyematan pin kepada dua perwakilan jurnalis tertua dan termuda. Sejumlah jurnalis berharap ada kelanjutan dari workshop ini berupa diskusi atau seminar yang disampaikan masing-masing narusember agar program kerja dan kendala yang dihadapi masing-masih bidang/dirjen lebih detil tersampaikan.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP