Geliat Pantai Padang dari Subuh hingga Malam
Bila Anda berkunjung ke Padang, Sumatera Barat, rasanya belum lengkap kalau belum ke Pantai Padang. Selain masih gratis, banyak warna dan cerita yang bakal Anda temui di sana. Ada kisah asmara subuh, aktivitas pegunjung, pengais rezeki hingga pencari jodoh.
Pantai Padang sejak subuh hingga larut malam terus menggeliat. Di setiap perbedaan waktu itu, ada saja warna dan cerita yang disuguhkan. Kisah asmara subuh misalnya mucul saat bulan puasa. Biasanya usai sahur dan shalat subuh, banyak warga Kota Padang dan sekitarnya yang datang ke pantai ini. Beberapa di antaranya muda-mudi yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, diam-diam berpacaran. Sejak itulah muncul julukan asmara subuh di Pantai Padang setiap bulan puasa.
Bagi warga Kota Padang, pantai ini bukan sekadar tempat bersantai. Tapi juga tempat untuk bersosialisasi, mencari jodoh, mengais rejeki, dan berekspresi seni. Setiap hari, mulai matahari terbit, sejumlah pedagang ikan hasil tangkapan nelayan menjajakan bermacam ikan di sepanjang jalan di tepi pantai ini. Ada ikan tuna bermacam ukuran sampai ada yang besarnya sepaha orang dewasa, bawal, kakap, cumi, rajungan, lobster dan lainnya. Para pembeli mulai berdatangan bahkan sampai sore masih ada beberapa pedagang ikan yang berjualan termasuk pembeli yang datang.
Ketika matahari di atas kepala, sejumlah warung makan di tepi pantai maupun di seberang jalan yang menjajakan aneka masakan khas Minang diserbu pengunjung untuk santap siang. Warung-warung tersebut juga menjual ikan bakar dan aneka minuman jus dan kelapa muda.
Menjelang sore, warga Kota Padang dan sekitarnya berdatangan dengan sepeda motor ataupun mobil. Sementara yang tinggal di sekitar pantai cukup berjalan kaki. Pantai Padang oleh warga Padang lebih dikenal dengan sebutan Taplau singkatan dari tapi lauit atau tepi laut. Umumnya warga mulai dari anak-anak laki sampai orang dewasa datang untuk main layang-layang. Langit di atas pantai ini pun sekejap berubah lebih berwarna dan seperti hidup oleh bermacam layang-layang yang melayang, tak bisa diam.
Yang menarik lagi, para pedagang pakaian anak-anak sampai orang dewasa, bermacam balon tiup, aksesoris dan lainnya mulai menggelar dagangannya di tepian jalan di sepanjang tepi pantai. Sepintas seperti pasar kaki lima. Para ibu dan wanita muda memburu sejumlah barang yang dijajakan. Harganya cuku terjangkau, pakaian pantai atau pun t'shirt wanita dijual mulai Rp 25.000 per potong.
Saat malam merayap, cafe-cafe di tepi pantai mulai ramai di datangi rombongan anak muda dan keluarga terutama pasangan muda-mudi untuk ngobrol sana-sini sambil menikmati aneka penganan seperti roti dan pisang bakar, nasi goreng, kopi susu, dan lainnya.
Di Gedung Budaya di seberang pantai, hentakan musik terdengar sampai pantai. Sejumlah band bergantian unjuk kebolehan. Aksi musik mereka menarik perhatian pengendara motor dan mobil untuk mendekat ke areal panggung.
Semakin larut, suasana pantai semakin ramai. Mereka yang ada yang berniat mencari pasangan. Sebab bukan rahasia lagi, sudah lama pantai ini menjadi tempat mendapatkan teman dekat bahkan pasangan hidup bila memang berjodoh.
Hotel Tepi Pantai
Bagi pengunjung Hotel Pangeran Beach, Pantai Padang menjadi bonus sendiri saat menginap di hotel, termasuk buat peserta yang sedang mengikuti Sumatera International Travel Fair (SITF) 2009 di hotel ini. Maklum sesuai namanya, hotel berbintang 4 ini lokasinya masih di deretan Pantai Padang. Halaman belakang hotel ini terdapat kolam renang yang menghadap ke pantai ini. Dari tempat itu, pengunjung hotel termasuk peserta SITF 2009 lalu meluangkan waktu berenang atau sekadar menyaksikan matahari terbenam serta melihat para pemancing sedang menunggu kailnya disambar ikan laut.
Saat malam Minggu, geliat Pantai Padang berdenyut hingga larut. Jelang subuh kembali berdenyut dengan warna dan cerita lain. Aktivitas para nelayan melaut terlihat mewarnai pantai ini. Bila cuaca tak bersahabat, deretan perahu kayu bermotor dan bercadik ditambatkan di pantai ini.
Untuk menikmati semua geliat pantai ini, pengunjung tak perlu mengeluarkan uang lantaran masih gratis. Sebenarnya kalau kawasan pantai ini dikelola Pemkot Padang atau Pemprov Sumbar dengan segala macam fasilitas wisata yang lebih memadai, pasti namanya kian masyur dan mampu menjaring investor untuk membangun pantai ini menjadi lebih indah, lengkap, dan mentereng.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar