Obyek Sejarah Solsel: Dari Ustano Rajo Balun hingga Rumah PDRI
Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat memiliki sejumlah obyek wisata sejarah, antara lain Ustano Rajo Balun, Mesjid Aso 60, Tugu dan Rumah PDRI. Masing-masing memiliki latar belakang sejarah yang menarik untuk ditelusuri.
Ustano Rajo Balun berada di Jorong Balun, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, sekitar 50 Km dari Padang Aro. Ustano (istana) ini berbentuk rumah gadang Surambi Aceh. Posisinya menghadap Timur fajar menyingsing. Di dalam istana ini terdapat koleksi peninggalan kuno seperti naskah balun, perlengkapan upacara penobatan raja, peralatan sekapur sirih, peralatan makan raja adat, keramik, dan sebagainya.
Meskipun berbentuk rumah gadang, namun motif Ustana Rajo Balun sangat khas. Hampir semua permukaan ustano ini bermotif dengan warna merah.
Masjid Tua & Bersejarah
Masjid Aso Kurang 60 berada di Nagari Pasir Talang, Kecamatan Sungai Pagu, sekitar 30 Km dari padang Aro. Masjid ini bermuatan sejarah yang sangat tinggi khususnya bagi masyarakat Alam Surambi Sungai Pagu. Masjid ini dipercaya sebagai bangunan pertama di Alam Surambi Sungai Pagu.
Menurut catatan sejarah, mesjid ini dibangun sekitar 200 tahun lalu oleh para ninik mamak yang pada awalnya berjumlah 60 orang. Akan tetapi dalam perjalanannya tinggal 59 orang saja sehinga disebut “Aso kurang 60” (satu kurang 60).
Masyarakat setempat banyak yang meyakini masjid ini memiliki kekeramatan di dalamnya, antara lain pada tiang mesjid yang berada di tengah yang disebut tiang macu dibangun oleh ninik pauh Duo Nan Batigo. Pembuatannya melewati serangkaian upacara sakral, yakni diasapi dengan asap kemenyan putih oleh Syekh Maulana Sofi.
Semula maesjid ini beratap ijuk dengan atap balenggek (bertingkat) empat. Yang melambangkan suku ampek, kato ampek, dan rajo ampek. Dindingnya dari papan yang penuh dengan ukiran bunga teratai kombinasi dengan rabuang mambacuik.
Di luar mesjid terdapat rumah tabuah dengan 16 tiang. Atapnya gonjong. Di dalamnya terdapat tabuah gadang sepanjang 2,5 meter. Di dalam masjid terdapat mimbar kayu bertingkat. Sedangkan di belakang mesjid terdapat makam Syekh Maulana Sofi.
Mesjid bersejarah lainnya antara lain Mesjid Koto Baru di Nagari Koto Baru, Mesjid Sampu di Jorong Sampu sekitar 5 Km dari padang Aro yang dibangun oleh Syek Sampu. Selain itu Mesjid Sitapuih di Jorong Sitapuih sekitar 3 Km dari Simpang Lubuk Malako atau 20 Km dari padang Aro. Mesjid ini semula berukuran kecil namun sekarang sudah diperluas. Mesjid ini juga memiliki kekeramatan, seperti pada tiang macu yang ada di tengah mesjid. Tiamng utamanya itu kini dilapisi beton. Sebab kalau tidak, banyak orang yang menguliti kayunya untuk obat dan lainnya karena dianggap mujarab.
Selanjutnya Tugu dan Rumah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berada Nagari Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan. Tugu PDRI yang berjarak sekitar 26 Km dari padang Aro menjadi saksi tonggak sejarah perjuangan Presiden PDRI, untuk menyelematkan negara dalam keadaan status darurat.
Sedangkan Rumah PDRI yang berada sekitar 27 Km dari Padang Aro, dikenal juga sebagai Rumah Jama menjadi saksi perjuangan pahlawan Indonesia dalam mempertahankan Negara RI dari cengkaraman penjajah Belanda. Rumah ini dulunya berfungsi sebagai markas keamaman pada waktu PDRI yang diketua Muhamad Syarifuddin Prawira Negara dan sekaligus menjadi tempat sidang-sidang kabinet PDRI selama 3, 5 bulan tahun 1949. Kini rumah bersejarah ini menjadi Museum Rumah PDRI.
Naskah & Foto: Adji K. (adji_travelplus@yahoo.com)
Ustano Rajo Balun berada di Jorong Balun, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, sekitar 50 Km dari Padang Aro. Ustano (istana) ini berbentuk rumah gadang Surambi Aceh. Posisinya menghadap Timur fajar menyingsing. Di dalam istana ini terdapat koleksi peninggalan kuno seperti naskah balun, perlengkapan upacara penobatan raja, peralatan sekapur sirih, peralatan makan raja adat, keramik, dan sebagainya.
Meskipun berbentuk rumah gadang, namun motif Ustana Rajo Balun sangat khas. Hampir semua permukaan ustano ini bermotif dengan warna merah.
Masjid Tua & Bersejarah
Masjid Aso Kurang 60 berada di Nagari Pasir Talang, Kecamatan Sungai Pagu, sekitar 30 Km dari padang Aro. Masjid ini bermuatan sejarah yang sangat tinggi khususnya bagi masyarakat Alam Surambi Sungai Pagu. Masjid ini dipercaya sebagai bangunan pertama di Alam Surambi Sungai Pagu.
Menurut catatan sejarah, mesjid ini dibangun sekitar 200 tahun lalu oleh para ninik mamak yang pada awalnya berjumlah 60 orang. Akan tetapi dalam perjalanannya tinggal 59 orang saja sehinga disebut “Aso kurang 60” (satu kurang 60).
Masyarakat setempat banyak yang meyakini masjid ini memiliki kekeramatan di dalamnya, antara lain pada tiang mesjid yang berada di tengah yang disebut tiang macu dibangun oleh ninik pauh Duo Nan Batigo. Pembuatannya melewati serangkaian upacara sakral, yakni diasapi dengan asap kemenyan putih oleh Syekh Maulana Sofi.
Semula maesjid ini beratap ijuk dengan atap balenggek (bertingkat) empat. Yang melambangkan suku ampek, kato ampek, dan rajo ampek. Dindingnya dari papan yang penuh dengan ukiran bunga teratai kombinasi dengan rabuang mambacuik.
Di luar mesjid terdapat rumah tabuah dengan 16 tiang. Atapnya gonjong. Di dalamnya terdapat tabuah gadang sepanjang 2,5 meter. Di dalam masjid terdapat mimbar kayu bertingkat. Sedangkan di belakang mesjid terdapat makam Syekh Maulana Sofi.
Mesjid bersejarah lainnya antara lain Mesjid Koto Baru di Nagari Koto Baru, Mesjid Sampu di Jorong Sampu sekitar 5 Km dari padang Aro yang dibangun oleh Syek Sampu. Selain itu Mesjid Sitapuih di Jorong Sitapuih sekitar 3 Km dari Simpang Lubuk Malako atau 20 Km dari padang Aro. Mesjid ini semula berukuran kecil namun sekarang sudah diperluas. Mesjid ini juga memiliki kekeramatan, seperti pada tiang macu yang ada di tengah mesjid. Tiamng utamanya itu kini dilapisi beton. Sebab kalau tidak, banyak orang yang menguliti kayunya untuk obat dan lainnya karena dianggap mujarab.
Selanjutnya Tugu dan Rumah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berada Nagari Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan. Tugu PDRI yang berjarak sekitar 26 Km dari padang Aro menjadi saksi tonggak sejarah perjuangan Presiden PDRI, untuk menyelematkan negara dalam keadaan status darurat.
Sedangkan Rumah PDRI yang berada sekitar 27 Km dari Padang Aro, dikenal juga sebagai Rumah Jama menjadi saksi perjuangan pahlawan Indonesia dalam mempertahankan Negara RI dari cengkaraman penjajah Belanda. Rumah ini dulunya berfungsi sebagai markas keamaman pada waktu PDRI yang diketua Muhamad Syarifuddin Prawira Negara dan sekaligus menjadi tempat sidang-sidang kabinet PDRI selama 3, 5 bulan tahun 1949. Kini rumah bersejarah ini menjadi Museum Rumah PDRI.
Naskah & Foto: Adji K. (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar