Sederet Fakta Terkait Pidato Kebudayaan Garin Nugroho "Balas Budi untuk Rakyat"
“Selamat datang, Warganet.“ Salam pertama ini, saya sampaikan tidak dengan menyapa “warga negara“, karena sepuluh tahun belakangan ini penyelenggaraan negara lebih pada bingkai warga yang diperlakukan sebagai warga-net atau netizen, bukan warga negara, maka kehidupan bernegara dikelola dalam hukum serba net dan bukan hukum kewarganegaraan".
Itulah yang disampaikan Garin Nugroho saat menyapa para hadirin dalam pidato kebudayaannya yang bertajuk "Balas Budi untuk Rakyat" di Graha Bhakti Budaya (GBB), Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu (10/11/2024) malam.
Dalam pidato awalnya Garin Nugroho juga menyapa Menteri Kebudayaan (Menbud) RI.
“Selamat datang, Menteri Kebudayaan.“
Warga dan budayawan telah cukup lama mendambakan adanya kementerian
khusus kebudayaan. Oleh karena itu, harapan terhadap Kementerian
Kebudayaan menjadi begitu besar.
Menteri Kebudayaan yang baru, “Saya orang budaya yang masuk ke politik, bukan orang politik yang masuk budaya.” Bahkan, saya juga selalu mencatat dalam sebuah wawancaranya baru-baru ini bahwa, “Keberagaman budaya Indonesia adalah yang terkaya di dunia, Indonesia layaknya menjadi Ibu Kota Budaya Dunia.”
"Saya juga merasa sangat menghormati beliau, karena ayahanda Bapak Menteri Kebudayaan adalah seorang pemain dan penulis randai, salah satu bentuk seni dan kebudayaan Minangkabau. Oleh karena itu, sebuah pertanyaan dasar muncul, “Setelah ekonomi dan politik menjadi ‘panglima’,
mampukah di era Presiden Prabowo dan dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan, kebudayaan di masa depan menjadi ‘panglima’ daya hidup bangsa bersama ekonomi dan politik?”
Itulah fakta pertama tentang isi awal Pidato Kebudayaan Garin Nugroho. Masih ada beberapa fakta lainnya hasil amatan langsung saya (TravelPlus Indonesia) acara Pidato Kebudayaan 2024.
Berikutnya atau fakta yang kedua, para tamu yang hadir dalam acara Pidato Kebudayaan 2024 yang digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di GBB, TIM, mulai melakukan registrasi pukul 18.30 WIB.
Fakta ketiga, usai registrasi beberapa tamu berfoto dengan latar belakang backdrop besar bertuliskan "Balas Budi untuk Rakyat".
Berikutnya atau fakta keempat, tamu yang hadir dari Kementerian Kebudayaan antara lain Wamenbud Giring Ganesha mewakili Menbud Fadli Zon yang berhalangan hadir karena tengah menghadiri pertemuan tingkat menteri G20 di Brasil. Selain itu ada Hilmar Farid dan Ahmad Mahendra.
Fakta kelima, acara Pidato Kebudayaan 2024 yang dipandu oleh Sakdiyah Ma'ruf selaku pembawa acara, dimulai dengan menyanyikan lagu "Indonesia Raya".
Selanjutnya atau fakta keenam, sebelum Garin Nugroho menyampaikan pidatonya, hadirin disuguhkan pertunjukan musik Nathania Karina (pianis) dan Hanifa Shabrina (vokalis) membawakan lagu "Payung Fantasi" sebuah lagu karya Ismail Marzuki.
Fakta ketujuh, Ketua Harian DKJ Bambang Prihadi menyampaikan kata sambutan.
"Pidato Kebudayaan dibayangkan sebagai oase atau suara jernih dari Cikini yang merujuk pada makna pusat kesenian sebagai mata air yang mengaliri air jernih ke segala penjuru dan menjadi sumber inspirasi bagi para pegiat seni budaya dan masyarakat luas, wabil khususnya juga untuk inspirasi bagi arah kebijakan pemerintah," terang Bambang Prihadi.
Berikutnya atau fakta kedelapan, Menbud Fadli Zon menyampaikan kata sambutan lewat rekaman video.
"Saya sebagai Menteri Kebudayaan RI beberapa kali mengatakan bahwa kita bisa menjadi Ibukota Kebudayaan Dunia, karena kekayaan budaya yang luar biasa dari Sabang sampai Merauke," ungkap Menbud Fadli Zon.
Fakta kesembilan, setelah menyapa hadirin diawal pidatonya, Garin Nugroho kemudian menyuguhkan potongan visual dari beberapa film yang pernah digarapnya.
Selanjutnya atau fakta kesepuluh, dalam pidato awalnya, selain menyapa para hadirin dan lainnya, Garin juga menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, sinema disebut sebagai gambar hidup. Maka, tugas
penciptaan sinema adalah menghadirkan kehidupan dan memberi hidup.
"Film karya-karya saya sedari tahun 1981 hingga sekarang, langsung atau tidak langsung menjadi pandangan pribadi saya pada keindonesiaan. Karya film yang telah diputar merepresentasikan era industri 1.0 sampai 4.0 dari era mesin uap yang ditandai mistisisme, era industri awal, maupun era
organisasi politik pertama hingga berbagai fenomena revolusi 4.0, baik isu gender hingga fenomena politik dan ekonomi sebagai panglima yang justru menjadikan kemanusiaan dan keadilan dipertanyakan," terangnya.
"Oleh karena itu, pidato budaya akan diuraikan berbasiskan latar profesi, pendidikan, pengalaman, dan perjalanan saya ke berbagai wilayah Indonesia sejak 1983," ungkapnya.
Selanjutnya atau fakta ke-11, diujung pidatonya, Garin Nugroho menyampaikan PR dari pemerintahan Presiden Prabowo, antara lain:
"Satu, pemerintahan mengambil momentum Revolusi 4.0, 5.0 untuk menjadikan revolusi itu sebagai suatu strategi dan framing pada generasi baru untuk menjadi generasi yang mengenal keutamaan berbangsa, kritis, produktif, dan sejahtera. Dan mengembalikan kembali hak warga negara untuk tidak sekadar menjadi warganet dan mengembalikan hak kedaulatan digital kita sebagai bagian terpenting dari bangsa ini," ungkapnya.
Di ujung pidatonya Garin Nugroho kembali menegaskan: "Maka sudah saatnya kita mengatakan pemerintahan penyelenggaraan negara, DPR dan sebagainya, sekali lagi "Membalas Budi kepada Rakyat". Tepuk tangan hadirin yang memenuhi GBB pun bergemuruh.
Terakhir atau fakta ke-12, Hilmar Farid berkesempatan naik ke atas panggung untuk menyerahkan penghargaan dan karangan bunga kepada Garin Nugroho. Sedangkan Wamenbud Giring Ganesha menyerahkan penghargaan dan karangan bunga kepada dua musisi yang tampil Nathania Karina dan Hanifa Shabrina. Dilanjutkan dengan foto bersama.
Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id
0 komentar:
Posting Komentar