Puisi yang Dibacakan Menbud Fadli Zon Ini Bukan Sembarang Puisi
Selain menyampaikan komitmennya di sektor kebudayaan, yang tak kalah menarik dalam kata sambutannya untuk Pidato Kebudayaan 2024, Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon juga membacakan puisi. Tapi bukan sembarang puisi.
"Saya tutup sambutan ini dengan puisi yang pernah dibacakan KH. D. Zawawi Imron pada penutup Pidato Kebudayaan tahun 2007," ungkap Menbud dalam rekaman video kata sambutannya yang dikirim dari Brazil lalu ditayangkan dalam acara Pidato Kebudayaan 2024 yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dengan Garin Nugroho sebagai penyaji di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta pada Minggu (10/11) malam.
Selanjutnya Menbud Fadli Zon membacakan penggalan puisi yang berjudul "Indonesia Tanah Sajadah" tersebut dengan lancar.
"Kita lahir di Indonesia, minum air Indonesia
menjadi darah kita
Kita makan beras, sagu, dan buah-buahan Indonesia
menjadi daging kita
Kita mereguk udara Indonesia
menjadi napas kita
Kita bersujud di atas bumi Indonesia
Bumi Indonesia adalah sajadah kita
Nanti bila tiba saatnya mati, kita akan dikubur
dalam pelukan bumi Indonesia
Daging kita yang meleleh
akan bersatu dengan bumi Indonesia
Tak ada alasan untuk tidak mencintai Tanah Air
Tak ada alasan untuk tidak menyantuni bangsa".
Dilansir dari laman dkj.or.id, D. Zawawi Imron lahir di desa Batang-batang, ujung Timur Pulau Madura, mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 1982.
Kumpulan sajaknya Bulan Tertusuk Lalang mengilhami sutradara Garin Nugroho untuk membuat film layar perak Bulan Tertusuk Ilallang.
Kumpulan sajaknya Nenekmoyangku Airmata terpilih sebagai buku puisi terbaik dengan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama pada 1985. Pada 1990 kumpulan sajak Celurit Emas dan Nenekmoyangku Airmata terpilih menjadi buku puisi di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Juara pertama sayembara menulis puisi Anteve dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-50 pada 1995.
Buku puisinya yang lain adalah Berlayar di Pamor Badik (1994), Lautmu Tak Habis Gelombang (1996), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Madura, Akulah Darahmu (1999), dan Kujilat Manis Empedu (2003). Beberapa sajaknya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda, dan Bulgaria.
Kalau menilik dari daftar prestasi D. Zawawi Imron tersebut, tak berlebihan bila puisi yang dibacakan Menbud Fadli Zon diujung kata sebutannya untuk Pidato Kebudayaan DKJ tahun 2024 itu, bukanlah sembarang puisi alias bukan puisi biasa.
Naskah: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id
Captions:
1. Menbud RI Fadli Zon saat membacakan puisi karya D. Zawawi Imron diujung kata sambutannya untuk Pidato Kebudayaan 2004 yang menampilkan Garin Nugroho sebagai penyaji. (foto: adji)
2. D. Zawawi Imron penyair Indonesia sekaligus budayawan asal Madura yang pernah menjadi penyaji Pidato Kebudayaan DKJ tahun 2007. (foto: dok. ensiklopedia.kemdikbud.go.id)
0 komentar:
Posting Komentar