. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 12 September 2024

Mau Mendulang Wisatawan Pasca-PON XXI, Aceh dan Sumut Harus Lakukan 5 Kiat Ini


Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI atau ke 21 tahun 2024 di Aceh-Sumut memberi banyak keuntungan bagi kedua provinsi bertetangga tersebut diberbagai sektor antara lain pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif (ekraf).

Keuntungan dari sektor pariwisata antara lain menambah jumlah kunjungan wisatawan buat Aceh maupun Sumut sebagai tuan rumah PON XXI, khususnya wisatawan nusantara (wisnus) dengan kedatangan para atlet, kru, keluarga, kerabat maupun pengunjung yang menyaksikan pertandingan cabang olahraga (cabor) termasuk acara pembukaan dan penutupannya.

Keuntungan dari sektor budaya, antara lain berkesempatan memperkenalkan kekayaaan kebudayaan yang dimiliki Aceh maupun Sumut, misalnya dari keseniannya seperti seni tari, musik, pertunjukan tradisional, dan lainnya baik yang sudah dikenal luas maupun belum sehingga semakin tersiar sebagai daya tarik.

Keuntungan dari sektor ekraf, meningkatkan penjualan di beberapa subsektor ekraf seperti aneka kuliner tradisional termasuk oleh-oleh khasnya, kerajinan tangan, dan fesyen berikut bermacam merchandise dan aksesoris.


Keuntungan dari tiga sektor terkait tersebut, jelas kini tengah atau sedang dinikmati Aceh dan Sumut sampai dengan berakhirnya pelaksanaan PON 2024.

Namun sebenarnya keuntungan dari ketiga sektor tersebut juga berpeluang besar diraup Aceh dan Sumut untuk masa nanti atau dalam istilah pariwisata setelah pelaksanaan PON XXI alias post or pasca-event berskala nasional tersebut.

Peningkatan Kualitas Layanan  
Untuk meraih keuntungan ketiga sektor tersebut di masa yang akan datang (pasca-PON XXI), Aceh dan Sumut harus melakukan 5 kiat ini saat menjadi tuan rumah PON XXI.

Kiat pertama, meningkatkan kualitas layanan atau hospitality.


Baik Aceh maupun Sumut sudah memiliki modal 3 aspek penting yang menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan pariwisata yang disingkat dengan 3A (atraksi, amenitas, aksesbilitas).

Ketiga aspek tersebut merupakan syarat minimal bagi pengembangan sebuah destinasi wisata.

Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), atraksi wisata adalah seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam, atau hiburan, yang merupakan daya tarik wisatawan di daerah tujuan wisata. Singkat kata atraksi wisata itu bisa dibilang daya tarik wisata.

Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.


Hasil buatan manusia di era sekarang lebih dikenal dengan istilah ekonomi kreatif, khususnya kuliner, kerajinan tangan, dan fesyen.

Contoh dari sisi atraksi wisata, baik Aceh maupun Sumut punya kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang sudah lama dikenal/diminati wisnus maupun wisatawan mancanegara (wisman).

Contoh daya tarik Aceh antara lain Gunung Leuser, keindahan bawah laut di Sabang, Pulau Weh, Masjid Raya Baiturrahman, objek-objek tsunami, tari Saman, tenun sutra, kupiah meukeutop, dan rencong, mie Aceh, dan kopi Aceh. Sedangkan daya tarik Sumut di antaranya Danau Toba, Gunung Sibayak, Istana Maimun, Masjid Raya Medan, ulos Batak, songket Medan, bika Ambon, dan Lontong Sayur Medan. Sebagai pengingat, baik Gunung Leuser maupun Danau Toba, keduanya sudah mendunia namanya dan pernah berjaya menjaring banyak kunjungan wisman pada masa lalu buat Aceh dan Sumut. 

Sudah memiliki modal daya tarik yang mendunia, tinggal bagaimana Aceh dan Sumut meningkatkan kualitas layanan atau hospitality-nya berikut pengemasannya.


Menurut S Pendit (2007) hospitality itu adalah ruh dan jiwa dari pariwisata. Tanpanya, produk pariwisata akan lesu seperti benda mati tanpa ruh.

Hospitality dalam pariwisata diartikan sebagai sikap ramah-tamah, sopan, dan rasa menghormati dalam menyambut/menerima kunjungan tamu/wisatawan.

Siapa yang harus mengedepankan hospitality dalam sektor pariwisata terkait penyelenggaraan PON XXI DI Aceh dan Sumut? Jawabannya bukan hanya panitia penyelenggara, pun seluruh stakeholder terkait dengan kepariwisataan mulai dari seluruh petugas/pekerja di bandara, pelabuhan, terminal, stasiun, penginapan/hotel, rumah makan/resto, toko oleh-oleh, objek wisata, travel agent, dan lainnya sehingga tamu/wisatawan merasa nyaman, betah, dan terkesan.

Kiat kedua, melibatkan partisipasi warganya untuk menjadi masyarakat wisata yang lebih baik/berkualitas lagi.


Masyarakat wisata dapat diartikan sebagai masyarakat atau kelompok/komunitas yang terlibat dalam pengembangan pariwisata, baik sebagai pelaku utama maupun sebagai tuan rumah bagi tamu/ wisatawan.

Aceh dan Sumut harus punya banyak  menciptakan masyarakat/kelompok/komunitas sadar wisata, yakni masyarakat yang memahami cara mengelola dan menjaga objek wisata sehingga pengunjung merasa nyaman dan terkesan.

Dikaitkan dengan penyelenggaraan PON XXI, masyarakat wisata tersebut aktif mendukung penyelenggaraan PON 2024 ini dengan cara menyambut kedatangan wisnus dengan baik sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing.

Literasi Digital
Kiat berikutnya atau yang ketiga, kontinyu meracik literasi digital tentang ketiga sektor tersebut.

Caranya dengan melibatkan wartawan/jurnalis, blogger, dan pembuat konten dari berbagai kota di Tanah Air yang sudah biasa atau berpengalaman membuat literasi digital ketiga sektor tersebut baik di website (web-com, web-blog) maupun media sosial (terutama di Instagram baik itu Reels maupun Threads, Tiktok, FB, Twitter, YouTube, dan lainnya).


Literasi digital disini merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berbasis digital untuk mengkomunikasikan bermacam konten/informasi secara menarik dan informatif.

Dikutip dari situs eliterasi, Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya What is ‘Digital Literacy‘? (2011) mengatakan bahwa ada 8 elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital yakni kultural atau pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital; kognitif (daya pikir dalam menilai konten); konstruktif (reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual); komunikatif (memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital); kepercayaan diri yang bertanggung jawab; Kreatif (melakukan hal baru dengan cara baru); kritis dalam menyikapi konten; dan bertanggung jawab secara sosial.

Aspek kultural, menurut Belshaw, menjadi elemen terpenting karena memahami konteks pengguna akan membantu aspek kognitif dalam menilai konten.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman TravelPlus Indonesia meliput sejumlah acara/kegiatan terkait pariwisata, budaya, dan ekraf, sekurangnya ada 15 poin literasi digital pra, on, dan post/pasca-event yang harus diterapkan pihak penyelenggara supaya tercapai tujuan target wisatawan/penontonnya.

Salah satu dari 15 poin itu adalah bekerja sama dengan wartawan/jurnalis, blogger, dan pembuat konten kepariwisataan/kebudayaan dan ekraf yang berpengalaman untuk meliput langsung ragam daya tarik yang dimiliki Aceh dan Sumut saat ini. Dengan cari itu, akan menambah kaya (warna) informasinya sehingga dapat memperluas jangkauan wisatawan yang disasar.

Jurnalis/blogger dan atau konten kreator yang tepat disini bukan hanya berpengalaman, pun sudah terbukti dari produktivitas dan kreativitas karya  jurnalistik digital/online yang dihasilkan selama ini, yakni bukan cuma tulisan (berita/artikel) dan foto pun konten video serta rajin menyebarluaskan link-nya ke ragam medsos termasuk WA, WAG, dan lainnya.


Paket Wisata Spesial
Kiat keempat, mengemas paket-paket wisata spesial PON XXI yang menarik dan variatif, berikut paket-paket wisata favorit tahun depan.

Paket tersebut merupakan paket kombinasi beberapa jenis wisata seperti wisata alam, bahari, budaya, kuliner, kerajinan tangan, dan lainnya, termasuk paket spesial kuliner dan oleh-oleh spesial PON XXI.

Terakhir atau kiat kelima, mempromosikan calendar of event ketiga sektor tersebut yang akan berlangsung tahun depan atau 2025, termasuk sport tourism event yang akan digelar di Aceh maupun Sumut selepas PON XXI sampai tahun depan.

Itulah 5 kiat yang harus dilakukan Aceh maupun Sumut secara sinergi antara Pemprov, Pemkab/Pemkot, stakeholder terkait, komunitas/kelompok/masyarakat pelaku usaha wisata, jurnalis/blogger/content creator kepariwisataan yang berpengalaman, dan lainnya supaya bisa tetap meraup wisatawan dalam jumlah signifikan, selepas menjadi tuan rumah PON XXI.

Semoga PON tahun ini berjalan lancar dan sukses. Semoga tulisan ini bermanfaat turut memajukan sektor pariwisata, budaya, dan ekraf Aceh dan Sumut🙏.

Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Keliling Danau Toba dengan kapal kayu berarsitektur rumah Batak (atas) & keliling perairan Sabang dengan speedboat (bawah)
2. Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh ikon pariwisata Aceh yang wajib dikunjungi.
3. Masjid Raya Al Mashun atau Masjid Raya Medan yang berjarak 200 meter dari Istana Maimun (atas) & museum di Pulau Samosir berarsitektur rumah tradisional Batak (bawah).
4. Bika Ambon khas Medan (atas) & Mie Aceh khas Aceh (bawah).
5. Objek-objek tsunami di Banda Aceh.
6. Tari Saman Aceh (atas) & tari tortor Batak Sumut (bawah).
7. Saya sebagai jurnalis/blogger & content creator saat meliput saya tarik Danau Toba.
8. Saya (atas) & beberapa pendaki Pidie di puncak Gunung Seulawah Agam, Aceh.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP