. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 15 Mei 2020

Intip Sinergi Warga Desa Penyangga dan TN Kelimutu Bikin Pupuk Organik

Kawasan Taman Nasional (TN) Kelimutu, Flores, NTT dikelilingi 24 desa penyangga. Sebagian besar penduduknya berprofesi  petani yang sangat membutuhkan pupuk untuk meningkatkan hasil pertanian.

Untuk membantu ketersediaan pupuk cair organik yang akan bermanfaat mendukung pertanian masyarakat sekitar, pihak Balai TN Kelimutu memanfaatkan tanaman gulma hutan (Invasive Alien Species)/invasif asing Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium) sebagai bahan baku pengembangan pupuk tersebut.

Selama ini keberadaan tumbuhan invasif Kirinyuh sangat mengganggu ekosistem TN Kelimutu, karena dapat mengubah bentang alam disana.

Tumbuhan yang sulit diberantas ini telah menyerang lebih dari 300 ha dari 5.000 ha luas kawasan taman nasional.

"Dengan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas pemberantasan jenis tanaman invasif ini, karena dilakukan pihak Balai bersama-sama dengan bantuan masyarakat sekitar yang merasakan manfaatnya," ujar Kepala Balai TN Kelimutu, Persada A. Sitepu (15/5).

Berangkat dari pemikiran itu, Balai TN Kelimutu mengajak beberapa orang ahli pertanian dari Universitas Nusa Cendana untuk mengembangkan pupuk cair organik berbahan baku Kirinyuh. 

Pengembangan pupuk cair organik ini telah dilakukan sejak tahun 2018 melalui percontohan dengan beberapa petani di sekitar kawasan. 

Uji coba dan pendampingan penggunaan pupuk organik dilakukan pada Kelompok Tani Rimbawan yang berada di Desa Nduaria, Kecamatan Kelimutu. 

Penggunaan pupuk cair organik di Desa Nduari ini telah dilakukan pada beberapa budidaya tanaman pertanian seperti kol, sawi, cabai, bawang merah, dan tomat dengan hasil yang memuaskan.

Saat ini, pupuk cair organik yang kemudian diberi nama Nduari ini mulai dimanfaatkan juga oleh beberapa petani di desa lainnya seperti di Desa Wiwipemo, Woloara, dan Pemo.

Louyz, Ketua Kelompok Tani Muriwalo Desa Woloara mengatakan Pupuk Organik berbahan dasar Kirinyuh sangat cocok pada tanaman sayuran, umbi-umbian, bawang, jahe, dan sebagainya.

Keunggulan lain dari Pupuk Organik ini, lanjutnya  menyebabkan tanaman tetap tumbuh dan hidup walaupun ditanam pada siang hari. 

"Pertumbuhannya juga sangat bagus karena 800 bibit tanaman Sawi milik saya menunjukkan hasil panen yang memuaskan, dimana tanaman yang siap dipanen semuanya terlihat berwarna hijau segar. Selain itu, kacang panjang hasil panen berpola pertanian organik ini memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan kacang panjang yang dipupuk menggunakan pupuk kimia," ungkap Louyz.

Keberadaan pupuk organik ini sangat membantu para petani di sekitar kawasan TN Kelimutu.

Harganya Rp 50.000/1 jerigen 5 liter,  masyarakat dapat menghasilkan produk organik sebanyak 1.000 tanaman Sawi Putih pada kebun seluas 10 are dengan harga jual yang lebih tinggi.

Misalnya, sayur sawi biasa (dengan pupuk kimia) dihargai Rp 5.000/kg, sayur sawi organik seharga Rp 8.000/kg; bawang merah organik dihargai Rp 30.000/kg, sedangkan bawang merah biasa Rp 15.000-20.000/kg.

Persada A. Sitepu menambahkan selain dapat mempercepat pemberantasan tanaman invasif Kirinyuh, penggunaan pupuk organik tersebut juga dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas bahan organik dalam tanah.

"Produk pertanian organik yang dihasilkan juga akan lebih sehat bagi tubuh dan yang juga tidak kalah penting produk-produk sehat organik dapat menjadi unsur penunjang daya tarik wisata di TN Kelimutu," pungkasnya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.birkom klhk

Captions:
1-5: Hasil perkebunan warga desa penyangga TN Kelimutu dengan menggunakan pupuk organik cair.


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP