. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 03 Agustus 2017

Sekura Magnet Utama Karnaval “Kemilau Budaya Bumi Sekala Brak” FSB 2017

Ratusan peserta  Sekura tak bisa dipungkiri menjadi daya pikat utama Karnaval “Kemilau Budaya Bumi Sekala Brak” yang berlangsung di Liwa, Ibukota Kabupaten Lampung Barat, Kamis (3/8/2017).

Selepas zuhur, para Sekura mulai berdatangan dari berbagai kecamatan di Kabupaten Lampung Barat (Lambar).

Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Kadisporpar) Lambar, Indra Kesuma menjelaskan ada 46 kelompok peserta yang mengikuti Karnaval “Kemilau Budaya Bumi Sekala Brak” yang merupakan salah satu acara utama Festival Sekala Brak (FSB) IV yang digelar Pemkab Lembar selama sepekan.

“46 tim Terdiri atas 16 kelompok perwakilan dari kecamatan se-Lambar, dan 30 kelompok dari utusan sekolah,” jelas Indra saat memberikan laporan kegiatan FSB 2017 di panggung kehormatan.

Setiap kelompok peserta ada 50 orang, terdiri para topeng Sekura, pengantin tradisional, dan pemain musik. Pesertanya mulai dari anak-anak pelajar SD sampai mahasiswa dan orang dewasa.

Salah satunya Doni Firsada (21), mahasiswa Unila yang tengah Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Batu Brak.

Doni mengenakan kostum Sekura Betik. “Yang saya pakai termasuk kelompok saya dari Kecamatan Batu Brak adalah topeng Sekura Betik atau Sekura yang bersih tanpa atribut, cukup dengan beberpa helai kain, ditambah kaca mata,” ujarnya kepada TravelPlus Indonesia.

Seluruh peserta karnaval termasuk topeng Sekura berkumpul di sekitaran Pom Bensin dan kemudian bergerak menuju bunderan Tugu Ara melintasi panggung kehormatan yang ditempati Bupati dan Wakil Bupati Lambar, perwakilan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar), dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Kemenpar lewat lewat Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Segmen Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara memang mendukung FSB 2017 ini. Dukungannya berupa promosi dan publikasi termasuk liputan dari media online/blogger pusat.

Kehadiran para Sekura berhasil membetot perhatian ribuan masyarakat Lambart khususnya di Kota Liwa dan sekitarnya serta sejumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang tengah berwisata di Lambar.

Sekura dalam kebudayaan ini artinya topeng/penutup wajah (menutup wajah) atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat manusia dimuka bumi ini.

Namun dalam karnaval ini, sekura menggambarkan suasana kegembiraan dan kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.

Pesertanya bertopeng (menutup wajah) dan merubah penampilan sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghibur sekaligus bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistim beguai jejama (gotong royong).

Ada dua jenis Sekura dalam karnaval ini. Pertama kelompok Sekura Betik yang penampilannya helau (indah) lucu, bersih, dan memakai kaca mata, Sekura ini sifatnya sebagai penghibur.

Semua kostumnya dari kain panjang dan biasanya penutup kepala menggunakan Selindang Miwang atau kain khas sebutan masyarakat Lambar.

Pinggangnya juga dipenuhi gantungan kain panjang. Banyak atau sedikitnya kain panjang yang dipakai oleh seorang atau kelompok orang yang sedang bersekura menunjukkan banyak atau sedikitnya Muli yang jadi pengikutnya (dalam Kebotnya/kelompoknya), karena kain panjang yang dipakai oleh Sekura tersebut dahulunya adalah hasil pinjaman dari muli-muli yang ada dalam Jukku/Kebot adatnya.

Sekura Betik lebih mengarah pada menghibur penonton dengan tingkah mereka yang bebas berekspresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira.

Satu jenis lagi, kelompok Sekura Kamak yang berpenampilam kotor, bisa disebut sebagai juga sebagai “Sekura Calak”. Kamak (kotor) adalah ciri Sekura ini.

Ada yang memakai topeng dari bahan kayu, bahan-bahan alami (tumbuh-tumbuhan), dan atau terbuat dari bahan-bahan yang jelek/bekas yang membaluri tubuh mereka sehingga menjadikan penampilannya menjadi lebih unik dan kotor dengan pakaian aneh dan lucu. Ada juga yang mengenakan baju daster sambil memainkan alat musik pukul tradisional .

Tim Sekura Kamak inilah yang berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, untuk bersaing dan bekerjasama dalam berkelompok untuk mencapai puncak dan menjadi pemenang.

Secara keseluruhan Karnaval “Kemilau Budaya Bumi Sekala Brak” berlangsung semarak dan memikat ribuan pengunjung sehingga pantas menjadi salah satu dari 6 acara utama FSB IV tahun ini.

Tak heran kalau Bupati Lambar Drs. Mukhlis Basri menegaskan agar budaya asli Lambar seperti Sekura dan lainnya harus dipertahankan, dilestarikan, dan juga ditampilkan dalam berbagai event termasuk di FSB yang dihelat setiap tahun. "Kenapa begitu? karena wisatawan yang datang bukan hanya untuk menikmati keindahan alam tapi juga budaya lokal," ungkapnya.

Bupati Mukhlis berpesan agar jajran pemda dan masyarakat Lambar giat membangun sektor wisata dan budaya.

"Keduanya kalau dibangun, dilestarikan, dan dikreasikan akan mendatangkan wisatawan sehingga dapat meningkatkan PAD," pungkasnya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Peserta Sekura di Karnaval Festival Sekala Brak IV.
2. Sekura betik atau berpenampilan bersih.
3. Kelompok Sekura Kamak atau "kotor".
4. Salah satu peserta karnaval FSB 2017.
5. Salah satu kelompok peserta Karnaval FSB 2017.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP