. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 21 Juni 2016

Trio Dadakan Ini, Riuhkan Launching Festival Pesona Palu Nomoni 2016

Ada yang menarik dari launching Festival Pesona Palu Nomoni 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Senin (20/6). Tak disangka-sangka Menteri Arief Yahya yang akrab disapa dengan sebutan AY oleh awak media, tiba-tiba mau tampil bernyanyi di ujung acara bersama pentolan sekaligus vokalis Band Ungu, Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha Ungu.

Orang nomor satu di Kemenpar ini tak kuasa menolak ajakan Pasha Ungu, yang kini menjadi orang nomor dua di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) sebagai Wakil Walikota (Walkot) Palu usai me-launching festival tersebut.

“Tadi sewaktu di panggung, Pak Arief Yahya berbisik kepada saya. Katanya beliau juga menyukai lagu-lagu Ungu,” kata Pasha yang resmi dilantik menjadi Walkot Palu, 17 Februari lalu.

“Saya cukup kaget dan senang. Nah, mumpung Pak Arief Yahya ada di sisi dan menyukai lagu-lagu Ungu, saya meminta beliau untuk ikut bernyanyi bersama saya dan juga Walikota Palu Pak Hidayat. Kita bikin trio dadakan,” ujar Pasha.

“Sekarang, biar Pak Arief Yahya pilih lagu Ungu yang paling disukai. Liriknya biss digoogling aja pak,” kata suami dari Adelia Pasha ini.

Kemudian pria kelahiran Donggala, Sulteng 36 tahun silam ini pun menyanyikan sebuah lagu religi milik Ungu, bertajuk Andai Ku Tahu.

“Andai ku tahu kapan tiba ajalku. Ku akan memohon, Tuhan tolong panjangkan umurku. Andai ku tahu kapan tiba masaku. Ku akan memohon, Tuhan jangan kau ambil nyawaku. Aku takut akan semua dosa-dosaku. Aku takut dosa yang terus membayangiku..”.

Begitu penggalan lirik lagu yang dibawakan Pasha dengan penuh penghayatan sekalipun band yang mengiringinya tak sehebat rekan-rekannya di Ungu.

Saat Pasya bernyanyi, di bangku terdepan, AY nampak tengah mencari lirik lagu Ungu sesuai pilihannya lewat telepon genggamnya. Sesekali dia melihat cara Pasha bernyanyi dengan santainya.

Usai menyelesaikan lagu, Pasha pun meminta AY untuk bernyanyi bersamanya. “Coba host kasih mikropon buat Pak Arief Yahya. Saya juga minta Pak Hidayat ke sini juga,” kata Pasha.

AY langsung berdiri lalu menghampiri Pasha sambil membawa mic. Hidayat pun menyusul menuju panggung kecil dan sederhana di sudut kiri ruangan dalam balairung tersebut.

Para tamu yang datang, pejabat eselon satu Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reka Astuty, Asdep Pengembangan Pasar Personal Raseno Arya, beberapa musisi seperti Gilang Ramadhan dan lainnya memberi tepukan tangan, seakan menyemangati AY.

“Pak Arif Yahya, kita bertiga nyanyiin lagu apa nih?” tanya Pasha. AY menunjukkan HP-nya yang berisi judul lagu dan liriknya.

“Wah Pak Arief Yahya mau kita nyanyi lagu Demi Waktu. Kalau tadi saya nyanyi lagu untuk urusan akherat, nah sekarang masalah dunia. Jadi balance ya Pak,” ujar Pasha seraya disambut tawa AY yang berdiri di tengah di antara Pasya dan Hidayat.

“Aku yang tak pernah bisa lupakan dirinya. Yang kini hadir di antara kita. Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu yang selama ini temani hidupku,”. Seperti itu lirik intro awal yang dinyanyikan AY dengan cukup santai, jelang Maghrib kemarin. Tepuk riuh hadirin pun bergema.

Lalu AY melanjutkan ke chorus atau refrain. “Maafkan aku menduakan cintamu. Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya. Dan demi waktu yang bergilir di sampingmu. Maafkanlah diriku sepenuh hatimu. Seandainya bila ku bisa memilih..”.

AY yang mengenakan jaket casual berkancing di bagian tengah ini berhasil membawakannya dengan mulus. Pasha dan Hidayat pun memberi tepukan. Begitu pun hadirin.

Lihat saja aksi AY, dia bernyanyi sambil memejamkan mata, bak penyanyi profesional yang tengah menghayati sebuah lagu saat konser.

Gayanya pun cukup santai. Saat bernyanyi, tangan kirinya dimasukkan ke saku celana hitamnya.

Berikutnya giliran Pasha yang mengenakan baju batik lengan panjang dan ikat kepala berwarna ungu, melanjutkan intro bait kedua. Kemudian mereka bertiga bersama-sama membawakan refrain-nya sampai selesai. Tepukan hangat pun kembali bergema.

Ketiga trio dadakan itu benar-benar membuat acara launching Festival Pesona Palu Nomoni 2016 ini menjadi riuh dan beda.

Jujur, dipenghujung acara launching festival tahunan ini, awalnya saya ingin balik. Tapi mendengar Pasha minta lulusan Teknik Elektro ITB ini tampil bernyanyi dan dia bersedia, akhirnya saya urungkan niat itu.

Saya memilih mengabadikan aksi AY karena tak diduga-duga berani menunjukkan bakatnya yang lain. Ini momen langka dan menarik diberitakan, apalagi AY nyanyi bareng Pasha.

Sebenarnya soal kesukaan AY terhadap musik bukan hal baru. Seperti big boss-nya yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi), juga sama-sama penggemar musik.

Kalau Jokowi lebih suka musik cadas ber-genre rock dan metal seperti Metallica dan Arkarna, sementara mantan Dirut PT Telkom ini lebih senang band lokal yang punya masa penggemar luar biasa yakni Slank. Buktinya salah satu lagu favorit AY adalah lagu Slank yang berjudul Ku Tak Bisa.

Penggalan lirik lagunya seperti ini: “Pernah berpikir 'tuk pergi. Dan terlintas tinggalkan kau sendiri. Sempat ingin sudahi sampai di sini. Coba lari dari kenyataan. Tapi ku tak bisa jauh.., jauh.., darimu. Ku tak bisa.. jauh.., jauh.., darimu..”.

Keberanian AY tampil trio secara mendadak di acara itu, memberi warna sekaligus sinyal tersendiri. Dia seolah ingin memberitahukan kembali kepada seluruh bawahannya bahwa suguhan musik dalam sebuah even itu penting, karena dapat menjaring wisatawan.

“Kenapa Palu waktu event Gerhana Matahari Total kemarin sukses menjadi kota terbanyak menjaring wisatawan dari sekian kota lain? Salah satunya karena ada Slank,” tegas AY.

Meng-endorse public figure seperti penyanyi atau band ternama, artis sinetron atau bintang film yang diminati, sambungnya menjadi salah satu pemicu wisatawan berbondong-bondong datang ke sebuah even.

“Kalau cuma pejabat Kemenpar yang datang, siapa yang tonton,” terang AY yang sudah berulang-ulang mengatakan hal itu diberbagai kesempatan termasuk di acara launching festival ini.

Sebelum bernyanyi, AY menegaskan kembali bahwa pihaknya (Kemenpar) berkomitmen mendukung kegiatan atau even wisata dan budaya yang dibuat oleh pemkot, pemkab ataupun pemprov, asalkan CEO-nya dalam hal ini pemimpinnya juga berkomitmen serius terhadap sektor pariwisata.

“Kalau CEO-nya entah itu walikota, bupati ataupun gubernurnya tidak komit, saya tinggalkan. Percuma saja mendukung kota, kabupaten atau provinsi yang pemimpinnya tidak berkomitmen kuat terhadap pariwisata,” tegasnya.

Salah satu bukti pemimpinnya itu komit dengan sektor pariwisata, lanjut AY bisa dilihat dari seberapa besar jumlah alokasi anggarannya. “Kalau dia komit, alokasi untuk sektor pariwisatanya harus kelihatan dong,” pungkasnya.

Usai tampil trio bernyanyi dengan Pasha dan Hidayat, Menpar AY kemudian meninggalkan ruangan. Sejumlah awak media termasuk Travelplusindonesia mencegatnya dipintu masuk.

Beberapa pertanyaan terkait perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dilontarkan rekan-rekan media, dan dengan lugas AY menjawabnya.

Meski terburu-buru, lantaran harus menghadiri acara di tempat lain, AY bisa menjawab semua pertanyaan itu secara gamlang, penuh keyakinan.

Beda sekali jika dibandingkan ketika dia bernyanyi tadi. Kendati lancar, terlihat masih ada sedikit keraguan dan kekakuan.

Karena apa? Karena sejatinya Arief Yahya bukanlah penyanyi seperti Pasha Ungu melainkan Menteri Pariwisata yang tengah berjuang keras bersama jajarannya serta pihak terkait untuk mewujudkan target yang ditentukan bos besar-nya (Presiden Jokowi), mencapai 20 juta wisatawan mancanegara  (wisman) hingga 2019 mendatang.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP